Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya

Waktu demi waktu terus berlalu, menghantarkan Mawar De Haas menuju masa remajanya.

Gadis itu tumbuh semakin cerdas dari hari ke hari, hingga akhirnya dia berhasil lulus dengan nilai yang sangat memuaskan membuat Papa dan Mamanya begitu bangga.

Kehidupan masa kecil Mawar di sekolah tidak begitu menyenangkan, hanya Greg dan beberapa anak pribumi baik hati yang setia menjadi sahabat Mawar semasa sekolahnya hingga kini ia berhasil lulus dan masuk ke sekolah HBS terbaik di Batavia.

Greg kini sudah berhasil menyelesaikan sekolahnya, membuat Mawar mau tak mau harus bergaul dengan orang baru di sekolah yang baru.

Ia kini sudah memasuki masa sekolah HBS, sekolah yang diperuntukkan bagi para anak-anak Eropa, keturunan Timur asing seperti Tionghoa, Arab atau India dan para anak pribumi dengan kasta tinggi seperti bangsawan atau saudagar kaya raya.

Sejak kecil, Mawar memang menunjukkan minat tinggi kepada seni terutama menggambar dan melukis. Tangan kecilnya begitu lincah bergerak di atas kerta dan kanvas, menghasilkan karya yang begitu memukau.

"Mawar, apa kamu sudah dengar kalau hari ini kelas kita akan kedatangan murid baru?" tanya Kees, pemuda keturunan Belanda campuran Tionghoa pagi itu kepada Mawar yang sedang menggambar di depan pintu kelas.

Kees merupakan sahabat Mawar sejak hari pertama ia masuk ke sekolah ini, seorang pemuda dengan mata berwarna karamel jernih serta sikapnya yang ramah membuat Mawar betah berteman dengannya.

"Oh ya? memangnya pindahan dari mana?" tanya Mawar tidak begitu berminat.

"Kudengar dia pindah dari Netherland dan berwajah tampan. Apa kamu tidak tertarik?" balas Kees setengah menggoda, mengingat Mawar belum pernah menaruh hati kepada lawan jenis.

"Entahlah, Kees. Aku hanya ingin fokus belajar agar tidak menjadi beban bagi Papa dan Mama dikemudian hari," Mawar menyahut sambil tetap fokus pada pensil serta buku gambarnya.

Belum sempat Kees membalas ucapan Mawar, bell tanda pelajaran akan segera dimulai berbunyi membuat Kees terburu-buru masuk ke dalam kelas sambil menarik tangan Mawar.

"Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru pindahan dari Netherland. Mari masuk, perkenalkan dirimu kepada teman-teman barumu," ucap Pak Guru pagi itu, membuat Mawar yang sejak tadi sibuk menggambar kini memusatkan atensinya ke depan kelas.

"Selamat pagi teman-teman semua, perkenalkan namaku Cecilion van der Linen."

Sebuah suara berat namun lembut yang mengalun dari sosok pemuda tampan berambut hitam itu sukses membuat tubuh Mawar menegang, berbarengan dengan dadanya yang berdebar begitu hebat.

Sorot mata pemuda itu sangat teduh menyejukkan hati, memberikan sensasi mulas aneh yang tak pernah dirasakan oleh perut Mawar sebelumnya seumur hidupnya.

Perasaan apa ini? Mawar sungguh tidak mengerti mengapa ia bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya dari Cecilion sang murid baru.

"Kalau begitu silakan duduk di bangku kosong di sebelah Mawar De Haas, Cecilion," titah Pak Guru, mengarahkan Cecilion untuk duduk disebelah Mawar membuat perasaan sang gadis makin tak menentu.

Sepasang kaki jenjang Cecilion melangkah, mendekat kepada Mawar yang sedang pura-pura sibuk membaca bukunya.

"Halo, Mawar. Senang bisa berkenalan denganmu," ucap Cecilion dengan suara berat nan lembut miliknya, membuat Mawar hanya bisa mengangguk dengan gerakan yang begitu kaku layaknya sebuah batu yang dipaksa bergerak.

...****************...

Hari sudah beranjak sore setelah Mawar kembali ke rumah usai membantu sang Mama mengurus taman bunga mereka.

Seperti hari biasanya, Tuan De Haas masih nampak sibuk di dalam ruang kerjanya mengurus berbagai macam berkas untuk bisnisnya.

"Papa! Papa dimana?" panggil Mawar kepada Tuan De Haas sang Papa yang tengah sibuk bekerja di ruang kerjanya.

"Ada apa, sayang?" sahut Tuan De Haas lembut, menutup buku tebal yang berada tepat di hadapannya.

Dari ruang tamu Mawar beringsut menuju ruang kerja sang Papa, menemui sang Papa yang tengah duduk di atas meja kerjanya.

"Apa Papa tahu sesuatu mengenai keluarga Van Der Linen yang baru saja pindah dari Netherland itu?" tanya Mawar dengan begitu penasaran, mengingat sang Papa memiliki banyak sekali relasi.

Mendengar pertanyaan dari Mawar, seketika air muka Tuan De Haas berubah drastis. Pria itu tidak tahu mengapa Mawar tiba-tiba menanyakan mengenai keluarga Van Der Linen kepadanya.

"Tuan Van Der Linen adalah seorang gubernur baru di Batavia, musuh Papa saat masih tinggal di Netherland tapi entah bagaimana bisa ia menjadi gubernur di sini secara tiba-tiba," balas Tuan De Haas dengan wajah muram, membuat Mawar terdiam.

Apa katanya? Musuh? Itu berarti ada jurang besar serta dalam yang pasti akan menjegal Mawar jika berani mendekatkan dirinya dengan Cecilion van der Linen, pemuda tampan siswa baru di sekolahnya itu.

"Memangnya apa yang membuat Papa dan Tuan Van Der Linen menjadi bermusuhan?"

"Itu merupakan masalah internal yang tidak boleh kamu ketahui sekarang, sayang," jawab Tuan De Haas lembut mencoba memberikan pengertian.

Jawaban itu tentu saja membuat Mawar semakin penasaran, namun ia hanya mengangguk pelan enggan mendesak sang Papa untuk memberikan jawaban lebih rinci.

"Tapi putra dari Tuan Van Der Linen duduk tepat di sebelahku, Papa," ucap Mawar sambil membuka buku laporan keuangan perkebunan tebu milik keluarga De Haas.

Kondisi ekonomi Tuan De Haas beserta keluarga kini semakin mapan, bahkan kini keluarga De Haas sudah memiliki dua buah pabrik gula sendiri.

Karena kekayaan mereka yang kian melimpah, status sosial keluarga De Haas juga kian meningkat membuat banyak orang merasa segan.

"Kalau begitu jangan terlalu dekat dengannya. Mungkin anak itu juga tahu bahwa hubungan Papa dengan kedua orang tuanya sangat buruk," Tuan De Haas membalas ucapan sang putri semata wayang dengan khawatir.

Tuan De Haas tidak ingin jika anaknya terlibat dalam masalahnya dengan Tuan Van Der Linen. Dia hanya ingin anaknya menjalani hidup sebaik mungkin dengan tenang.

"Semoga saja aku bisa melakukannya, Papa," Mawar menyahut dengan seulas senyum tipis, dalam hati gadis itu semakin penasaran sebenarnya siapa Cecilion van der Linen terlepas dari statusnya sebagai putra dari seorang gubernur.

"Sebentar lagi makan malam, aku harus membantu Mama dan para Babu untuk menyiapkan makan malam. Permisi, Papa," tutup Mawar setelah merasa tak mendapatkan jawaban memuaskan dari sang Papa.

Mawar melangkah menjauh dari ruang kerja sang Papa, beringsut menuju kamarnya hendak memikirkan rencana lain untuk mencari tahu mengenai Cecilion van der Linen, pria pertama yang berhasil menarik perhatiannya itu.

Dia sungguh dibuat penasaran oleh Cecilion karena sikapnya yang begitu tenang dan irit bicara.

"Apa pun akan aku lakukan demi bisa mengetahui siapa dirimu sebenarnya, Cecilion van der Linen," ucap Mawar mantap seraya melirik ke luar jendela kamarnya.

Episodes
1 Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2 Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3 Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4 Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5 Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6 Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7 Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8 Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9 Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10 Bab 10 : Keputusan Besar
11 Bab 11 : Langkah Baru
12 Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13 Bab 13 : Batavia
14 Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15 Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16 Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17 Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18 Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19 Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20 Bab 20 : Khawatir
21 Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22 Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23 Bab 23 : Taktik Cecilion
24 Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25 Bab 25 : Voogd Ridder
26 Bab 26 : Langit Biru Batavia
27 Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28 Bab 28 : Pesta
29 Bab 29 : Dappere Bekentenis
30 Bab 30 : Balada sang Bunga
31 Bab 31 : Persimpangan
32 Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33 Bab 33 : Beledigd
34 Bab 34 : Perjalanan Jauh
35 Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36 Bab 36 : Familie Discussie
37 Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38 Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39 Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40 Bab 40 : Pebisnis Handal
41 Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42 Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43 Bab 43 : Een wijze Leider
44 Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45 Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46 Bab 46 : Vreselijk Voorval
47 Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48 Bab 48 : Pelarian
49 Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50 Bab 50 : Langkah Mawar
51 Bab 51 : Kehidupan di Desa
52 Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53 Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54 Bab 54 : Dokter Nathan
55 Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56 Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Bab 1 : Terperosok Dalam Lumpur Dosa
2
Bab 2 : Hidup Baru sang Nona Manis
3
Bab 3 : Hari Pertama Sebagai Nyai
4
Bab 4 : Kemurahan Hati sang Tuan
5
Bab 5 : Bertemu Ibu dan Bapak
6
Bab 6 : Hari Yang Tidak Disangka-sangka
7
Bab 7 : Kehidupan Setelah Pernikahan
8
Bab 8 : Lahirnya Sang Malaikat
9
Bab 9 : Pesta Bersama Para Londo
10
Bab 10 : Keputusan Besar
11
Bab 11 : Langkah Baru
12
Bab 12 : Menyongsong Kehidupan Baru
13
Bab 13 : Batavia
14
Bab 14 : Pertumbuhan Mawar
15
Bab 15 : Hari Pertama Bertemu Dengannya
16
Bab 16 : Berkenalan Lebih Dekat
17
Bab 17 : Rasa Ingin Melindungi?
18
Bab 18 : Ksatria Tanpa Kuda Putih
19
Bab 19 : Vader en Dochter Strijden
20
Bab 20 : Khawatir
21
Bab 21 : Percikan Api Kedua Keluarga
22
Bab 22 : Keluarga Van Der Linen
23
Bab 23 : Taktik Cecilion
24
Bab 24 : Cinta Dua Sejoli
25
Bab 25 : Voogd Ridder
26
Bab 26 : Langit Biru Batavia
27
Bab 27 : Pure Love en Cecilion
28
Bab 28 : Pesta
29
Bab 29 : Dappere Bekentenis
30
Bab 30 : Balada sang Bunga
31
Bab 31 : Persimpangan
32
Bab 32 : Menyebrangi Rintangan
33
Bab 33 : Beledigd
34
Bab 34 : Perjalanan Jauh
35
Bab 35 : Kekacauan Dua Keluarga
36
Bab 36 : Familie Discussie
37
Bab 37 : Percikan Api Dua Kubu
38
Bab 38 : Melodi Indah Menuju Altar
39
Bab 39 : Cecilion, sang Kumbang di Perkebunan
40
Bab 40 : Pebisnis Handal
41
Bab 41 : Langit Biru di Tanah Sumatera
42
Bab 42 : Munajat Sepasang Kekasih
43
Bab 43 : Een wijze Leider
44
Bab 44 : Perjalanan Kebahagiaan Adam dan Hawa
45
Bab 45 : Terkuaknya Aroma Mesiu
46
Bab 46 : Vreselijk Voorval
47
Bab 47 : Putihnya Kebaikan
48
Bab 48 : Pelarian
49
Bab 49 : Hujan Darah di Bumi Sriwijaya
50
Bab 50 : Langkah Mawar
51
Bab 51 : Kehidupan di Desa
52
Bab 52 : Anugerah yang Dinantikan
53
Bab 53 : Malaikat Kecil, sang Lentera Hati
54
Bab 54 : Dokter Nathan
55
Bab 55 : Pelipur Lara Sang Dewi
56
Bab 56 : Jatuhnya Hati sang Dokter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!