20| Sekretaris

Malam itu, semuanya berkumpul di ruang televisi. Kara dan Kana duduk dibagian karpet, sementara tiga pria lainnya di atas sofa.

    "Kara, papa pengen ngasih tau kamu ini. Papa lupa soal Lucas!"

Kara kini mengalihkan perhatiannya pada Hendra, begitu pun dengan yang lainnya.

     "Kamu pasti kebingungan dan penasaran, kenapa Lucas dan Liam nggak ditangkap sama pemerintah padahal mereka anak kembar, iyakan?"

    "Lah, iya juga. Gue saking sibuk mikirin masalah perusahaan sampek nggak sadar kalo Lucas sama Liam itu kembar."

    "Iya, pah."

    "Sebenarnya ada pengecualian dalam peraturan itu dan cuma Lucas sama Liam doang yang berhasil melewatinya. Dulu sebelum kamu lahir juga dengan Kana, pemerintah mengumumkan siapa yang berhasil membobol sistem keamanan negara kita yang super ketat, maka akan ada pengecualian bagi mereka yang kembar. Sayangnya banyak yang gagal sehingga mereka ditembak mati."

    "Tunggu dulu, pa. Siapa yang udah buat peraturan nggak masuk akal itu? Emangnya anak kembar gak pantes hidup sampek-sampek nyawa mereka juga diincar?"

Kara selama ini penasaran dengan peraturan yang satu itu. Bukankah membunuh anak kembar hanyalah sebuah omong kosong dari dunia yang penuh kebusukan ini?

     "Papa juga kurang tau, karena peraturan itu terjadi sewaktu papa masih kecil. Menurut rumor yang papa denger, ada salah seorang petinggi bermimpi kalau ada anak kembar yang nantinya menghancurkan kehidupan kejahatan di dunia ini. Makannya itu mereka ingin memusnahkan anak-anak kembar yang ada!"

Mendengar itu Kara spontan tertawa. Dia bahkan sampai memukul Lucas.

    "Kenapa kak Kara ketawa?" tanya Kana keheranan.

    "Aduh. Lagian zaman sekarang masih aja percaya begituan. Itumah cuma mimpi, bunga tidur. Ih, ini orang-orang gila apa stress, sih?"

Mendengar ucapan Kara, mereka terheran sendiri kecuali Lucas. Pria itu juga pemikirannya sama dengan Kara.

     "Gini aja, deh. Kara bakal buat dunia konyol ini paham kalo apa yang mereka perbuat dari dulu itu bakalan ngerugiin banyak keluarga. Udah ngelahirin anak susah-susah, malah diburu. Emang manusia kembar itu hewan langka apa? Stress, ya yang buat peraturan gila kayak gitu. Emang paling bener pergi dari sini."

Mendengar itu Kana nampak tertunduk. Kara yang melihat itu segera mengubah ekspresi wajahnya.

    "Ahaha, kalo bisa kita pergi bareng dari sini. Sejujurnya dunia tiruan ini makin hari makin rusak. Sulit buat nanganin kejahatan yang makin merajalela. Kalo ada pergeseran, kakak mau kamu yang duluan pergi dan nyusul mama."

Kana nampak menggeleng.

    "Kana takut kak. Kalo Kana nyasar gimana?"

     "Iya juga. Ya, sudah. Masalah itu dipikir belakangan aja. Sekarang kakak mau nanya ke papa. Kenapa Lucas bisa jadi CEO di perusahaan tempat Kara kerja?" tanyanya dengan penuh penasaran.

     "Ya, nggak ada salahnya dong dia jadi CEO. Lagipula Lucas ini lebih berpengalaman daripada kamu. Dia sudah berada di dunia kerja selama hampir lima tahun."

     "Iya, deh. Terserah papa maunya gimana. Oh iya, Kara mau ngasih laporan ke papa. Kara lumayan curiga sama direktur. Masa dia ngasih Kara tugas terus sama lembur sendirian. Udah gitu dia nyuruh salah satu karyawan buat make dokumen yang udah Kara bikin dengan susah payah. Kara juga berniat nyari orang yang jadi saksi atas kegiatan penggelapan uang perusahaan."

     "Kara, papa minta kamu hati-hati buat melakukan tugas ini. Kamu juga kalo bisa minta bantuan sama Lucas, dia bersedia bantu kamu."

     "Siap pa!"

.

.

.

Siang itu di kantor, Kara setiap kali berpas-pasan dengan direktur, selalu menatapnya sinis begitupun sebaliknya.

Sekarang Lucas telah memiliki sekretaris baru. Menurut informasi yang dia dapatkan dari Langit, sekretaris baru Lucas ini memiliki pendidikan yang sangat bagus.

Langit sendiri sekarang bekerja di salah satu perusahaan Hendra. Dia diberi kepercayaan menjadi seorang direktur, walaupun begitu tetap siap membantu Kara ketika gadis itu meminta tolong.

Hari semakin sore, Kara diminta untuk datang ke ruangan Lucas karena akan membicarakan masalah produk baru mereka.

Setelah mengetuk pintu, Kara pun bergegas masuk. Hampir seharian ini Kara belum mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan sekretaris baru Lucas. Namun, yang membuatnya tercengang adalah pakaian seksi perempuan itu.

Lucas yang awalnya cemberut, berubah ekspresinya kala melihat sang pujaan hati masuk.

Kara sendiri menatap dari atas hingga bawah kaki gadis itu. Rok ketat dan pendek sepaha, lalu kancing baju yang sengaja dibuka hingga dua itu menampilkan dua gundukan yang mengkilap. Kara segera menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju Lucas.

     "Jadi untuk masalah produknya, target pemasaran kita adalah remaja hingga orang tua."

Setelah menyelesaikan membicarakan masalah produk baru tersebut, Kara berpamit untuk pulang.

     "Kalau begitu saya permisi, karena sudah jam pulang!"

     "Tunggu. Kamu pulang sama saya!"

Kara melirik sedikit ke arah si sekretaris yang sejak tadi hanya diam.

     "Maaf pak, tetapi kita memiliki jadwal untuk pertemuan dengan klien sore ini di restoran dekat hot-"

     "Batalkan saja. Saya mau langsung pulang untuk mengurus beberapa hal!"

Sesaat setelah mereka pergi, sekretaris baru itu nampak kesal. Apalagi Kara tadi sempat tersenyum mengejek padanya.

Setibanya di rumah, Kara bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju sofa. Badannya lumayan pegal dikarenakan duduk sejak tadi.

     "Remaja jompo inimah!" ucapnya sembari memukul pinggulnya yang lumayan sakit.

Malam harinya Kara membuka laptop, ditatapnya beberapa data yang telah dia kumpulkan dari kemarin. Bibirnya tersenyum senang ketika melihat foto dan biodata orang yang dia incar.

    "Mau sampek kapan kalian goblokin gue?"

Kara akhirnya kembali melanjutkan pencarian biodata sekretaris baru Lucas.

Saat tengah malam tiba, Kara yang mencoba untuk terjaga dari tidurnya pun terkejut karena mendengar suara sesuati yang jatuh di lantai bawah. Penasaran, dia segera menutup laptop dan berjalan secara perlahan.

Baru saja membuka pintu, dia melihat Lucas juga baru saja keluar dari kamar. Sepertinya dia mendengar suara seperti yang Kara dengar. Keduanya saling bertatap dan mengangguk.

Kara berjalan lebih dulu dan mengintip dari balik tiang tangga. Walaupun lampu telah dimatikan, tetapi masih ada cahaya bulan yang masuk dari sela-sela ventilasi jendela.

Keduanya sudah seperti mata-mata saja. Kara mengisyaratkan pada Lucas untuk turun ke bawah secara perlahan-lahan.

     "Pstt! Jalannya jangan cepet-cepet blok. Ntar ketahuan!" bisik Kara, Lucas sendiri hanya manggut-manggut.

Baru saja akan menginjakan kaki di anak tangga terakhir, tiba-tiba lampu menyala. Kara dan Lucas langsung menatap ke satu objek yang berdiri tak jauh dari mereka sembari tangan di saklar lampu.

     "Ngapain kalian berdua kayak maling gitu?"

Keduanya pun saling memandang keheranan.

    "Papa ngapain tengah malem berkeliaran di ruang tamu? Udah gitu, gucinya dipecahin lagi!"

Kara dan Lucas lantas mendekati Hendra.

    "Papa tadi niatnya mau ke dapue buat minum, cuma karena mata papa gak biasa digelap, nabrak guci jadinya."

    "Ish, tadi Kara kirain maling."

    "Lagian kalian berdua juga ngapain malam-malam begini belum tidur? Besok, kan harus kerja pagi!"

     "Tadi saya lagi ngerjain dokumen penting om, jadi nggak bisa tidur. Kalo Kara nggak tau!"

     "K-Kara tadi lagi liat-liat data perusahaan. Mau tau siapa aja yang pernah jadi CEO, direktur sama manajer sebelumnya. Ini juga mau tidur, tapi papa malah mecahin gucinya!"

     "Ya sudah, kalian pergi tidur sana."

Keesokan harinya Kara dan Lucas telah berada di perusahaan tepat waktu. Baru saja akan masuk ke dalam perusahaan, tiba-tiba Kara dikejutkan dengan kemunculan sekretaris. Beruntung dia tidak terjatuh.

    "Selamat pagi pak!"

Kara menatap perempuan itu kesal, lantas berjalan lebih dulu.

Hari-hari berjalan seperti biasa, Kara juga sudah hampir dua minggu ini belum mendapatkan bukti lanjutan dan membuatnya frustasi bukan main.

    "Kenapa nggak ada sesuatu yang mencurigakan selama beberapa hari ini?"

Kara nampak berucap sendiri di depan mesin pembuat kopi.

     "Nggak apa-apa Kara, pasti sehari atau dua hari lagi bakalan ada masalah yang langsung bisa buat nendang pelakunya keluar dari sini!"

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!