Kara terbangun saat alarm yang kesekian kalinya berbunyi. Dia melihat jam dengan detak jantung yang tak normal.
"Mati, gue telat kerja!"
Beberapa menit kemudian, Kara berlarian menuju meja makan dan menyambar roti begitu saja.
"Kara ka-"
"Kara berangkat dulu!"
Hendra yang hendak bicara pun hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Om, saya juga mau langsung berangkat. Takutnya mereka udah nunggu di sana!"
"Oh, iya. Tolong kamu sekalian perhatikan kinerja Kara. Om takut dia jadi kewalahan!"
"Siap om!"
Setelah kepergian Lucas, mulailah ketiganya bergosip.
"Papa yakin mau ngejodohin kak Kara sama kak Lucas?" tanya Kana penasaran sembari meneguk habis susu cokelatnya.
"Yakin. Selama ini Lucas selalu nunggu kedatangan Kara. Kita juga harus menceritakan semuanya pada kakakmu. Dia pasti penasaran bagaimana bisa Liam memiliki saudara kembar."
Di sisi lain, Kara baru saja dimarah habis-habisan karena terlambat. Terlebih mereka akan kedatangan CEO baru yang di mana CEO lama telah pindah tugas.
"Duh, gara-gara telat. Mana gaji gue di potong lagi. Udah gitu ntar kita disuruh bohong lagi kalo soal gaji ke CEO baru. Gue aja gajian belom!"
Sejam kemudian, depan perusahaan nampak heboh. Hanya Kara saja yang sedang sibuk mengerjakan tugasnya. Dia bahkan sampai menjambak rambutnya sendiri saking frustasinya.
"Gue kemari cuma buat nyelidikin pelaku bukannya malah kerja rodi begini. Jadi males!"
Beruntung di dalam ruangan hanya ada dia, karena karyawan lain terutama yang wanita sudah lebih dulu pergi untuk melihat CEO baru. Menurut rumor, CEO mereka kali ini masih lajang dan juga tampan.
Seorang perempuan memasuki ruangan itu.
"Kana, kata bu direktur semua karyawan harus berkumpul. CEO baru kita mau kenalan!"
"Duh, lama kelamaan juga kenal. Ribet banget ini CEO. Yaudah!"
Kara hanya mengikuti langkah gadis di depannya hingga mereka pun tiba. Kara sendiri memilih berdiri di belakang seorang pria bertubuh tinggi agar dia tidak kelihatan. Malas juga kalau ditanya-tanya nantinya.
"Halo, saya CEO baru di perusahaan ini ... "
"Kok, suara ini kayak nggak asing?"
Saking penasarannya, Kara pun akhirnya mencoba untuk maju ke 1depan dengan susah payah.
"Permisiii!"
Akhirnya dia bisa maju dengan susah payah. Dia menatap ke arah depan dan betapa terkejutnya Kara melihat siapa CEO baru mereka.
"Aduh! Mampus gue. Kenapa harus dia yang jadi CEO di sini?" batinnya kebingungan.
Ketika hendak pergi, tiba-tiba namanya disebut sehingga dia harus berhenti bergerak.
"Juga saya ada perlu dengan Kana. Selaku tim marketing, saya perlu bantuan dia!"
Setelah para karyawan bubar, tinggallah mereka berdua.
"Duuh, ngapain, sih pake acara jadi CEO di sini?" tanyanya dengan kesal, bahkan dia enggan menatap wajah pria itu.
"Om Hendra yang meminta saya menjadi CEO di sini sekaligus melihat sejauh mana perkembangan kamu."
Kali ini Kara menatap sengit pria di depannya.
"Tau juga lo mesti manggil gue Kana. Awas aja kalo keceplosan manggil Kara, gue buat lo gak bisa jalan!"
Setelah mengancam, Kara pun pergi dari sana. Pria itu hanya tertawa kecil melihat raut wajah kesal gadis tersebut.
"Saya sudah nunggu kamu begitu lama jadi tidak mungkin saya akan mengacaukan semuanya."
Siang itu Kara sedang sibuk menatap laptop, kepalanya sedikit pusing mengingat dia hanya sarapan roti saja. Kara biasanya tidak akan telat makan, tetapi karena pekerjaan dan direktur yang menyebalkan, jadilah dia harus lembur dan tidak memiliki kesempatan untuk sekedar membeli makanan.
Tiba-tiba seorang perempuan dengan pakaian yang terbilang cukup terbuka mendekati Kara.
"Eh, Kana. Lo udah kenal sama pak CEO, ya?" tanyanya penasaran.
Mendengar itu Kara berusaha mencari alasan yang tepat agar tidak ketahuan.
"Ah, enggak. Gue tadi terlambat gara-gara gak sengaja hampir ketabrak sama mobilnya pak Lucas. Terus dia nanya nama gue, ya semacam kenalan gitu. Udah, ah gue mau lanjut kerjain tugas dari bu manajer!"
Setelahnya perempuan itu manggut-manggut dan kembali ke tempatnya. Beberapa menit kemudian Lucas datang ke meja Kara.
"Kamu tolong bawa kopi ke ruangan saya."
Kara yang diperintah pun hanya bisa manyun-manyun tidak jelas. Dia benci jika harus disuruh ketika sedang sibuk.
"Duh, ini CEO baru ngeselin banget. Gak liat apa gue lagi sibuk!"
Tiba-tiba perempuan tadi kembali lagi mendekati Kara.
"Gue aja yang buat kopinya, lo lanjut kerjain tugas dari manajer."
Kara seketika tersenyum, merasa pertolongan Tuhan telah datang.
"Makasih banyak, ya Ca. Kapan-kapan gue traktir lo makan, deh!"
Gadis bernama Icha itu hanya bisa mengangguk. Lucas yang sedang menunggu kopinya datang dengan sabar pun masih bisa tersenyum. Kala pintu diketuk, dia langsung mengalihkan pandangannya ke pintu sembari tersenyum.
"Masuk!"
Pintu terbuka dan seketika itu wajah Lucas kembali menjadi datar.
"Ini pak, kopinya!"
"Iya, taruh aja di meja. Em, kenapa kamu yang bawakan saya kopi? Kan, tadi saya suruh Kana bukan kamu!"
Icha nampak kikuk dengan pertanyaan Lucas apalagi wajahnya yang terlihat tidak bersahabat.
"Kananya lagi sibuk pak. Dia minta tolong sama saya buat nganterin kopi ini. Lagipula dia karyawan baru, itu kenapa biasanya bu direktur bakalan nyuruh-nyuruh dia!"
"Ya, sudah. Kamu boleh keluar sekarang!"
"Baik pak!"
Di sisi lain, saat ini Kara yang sedang sibuk pun teringat akan cctv. Dia lantas mulai mencari gadis berkacamata itu dan ternyata dia sedang bersama bu direktur di ruangan direktur.
Kara pun hendak menguping, tetapi ketahuan oleh Lucas yang kala itu hendak ke ruangan direktur.
"Ngapain kamu nguping kayak gitu?"
Mendengar itu, Kara spontan menarik tangan Lucas untuk menjauh.
"Duh, lo itu apa-apaan, sih. Ganggu tugas gue aja. Kara melihat gadis berkacamata itu keluar dari ruangan direktur membuatnya nampak kesal.
"Tuhkan, keburu pergi. Dasar, udah sana!"
Kara mendorong Lucas dengan kasar. Segera dia mengejar gadis berkacamata itu.
"Memang bener, susah buat naklukin dia. Oh iya, hampir aja lupa!"
Kara kini sudah bersama dengan gadis itu.
"Sekarang jelasin sama gue apa maksud dari lo punya isi dokumen yang sama persis kayak punya gue?"
Gadis berkacamata itu nampak terdiam dan menunduk. Kemungkinan dia sedang memikirkan alasan yang bagus.
"Kalo lo nggak ngasih tau, gue bakalan sebarin video lo yang nerima dokumen gue dari orang lain!"
Kara pun menunjukan rekaman cctv tersebut membuat gadis itu panik bukan main.
"I-iya, gue bakalan ngasih tau. Sebenarnya bu direktur yang ngasih saya dokumen itu terus katanya harus ngasih tepat saat lo bilang dokumennya hilang. Please jangan disebarin videonya, gue gak mau dipecat!"
"Denger, ya. Gue kasih tau aja ke lo, jangan macem-macem sama gue. Rahasia sekecil apapun bakalan gue tau kalo gue udah penasaran dan stop cari masalah sama gue. Ini peringatan terakhir gue, jangan pernah mengusik kehidupan gue!"
Hari semakin sore, saat itu Kara baru saja menyelesaikan projek mereka. Di mana tim marketing diminta untuk menyusun strategi marketing produk terbaru dari perusahaan cabang dan bisa mempresentasikan hasilnya pada meeting bersama beberapa klien yang telah menandatangi kontra kerja sama.
Juga tim marketing dan karyawan lainnya akan melakukan rapat bersama CEO, direktur dan manajer agar mereka bisa mendapatkan masukan dari tim yang lain juga.
Kara diminta pada ketua tim untuk membawa laporan mereka ke CEO langsung, karena jika ke direktur maka tim mereka hanya akan dihambat saja.
Hal seperti ini sudah pernah kejadian dan tim mereka hampir saja dirombak sebelum Kara datang.
Pintu terketuk, Lucas pun mempersilahkan masuk. Beruntung dia akan membahas masalah kerja, jadi Kara akan seprofesional mungkin.
Lucas yang awalnya sedang berada di mood yang kurang bagus pun tersenyum kala melihat Kara mendekat.
"Ini pak, saya membawa laporan strategi dari tim marketing tentang produk baru perusahaan kita."
"Saya liat dulu!"
Kara pun menyerahkan laporan tersebut, nampak Lucas hanya manggut-manggut dan kembali melihat ke arah Kara.
"Bagus. Saya sudah dengan strategi kalian. Kita akan melakukan rapat besok jam sebilan pagi. Oh, kebetulan posisi sekretaris sekarang kosong. Apa kamu minat-"
"Gak. Jangan suruh gue jadi sekretaris lo. Sampek mati pun gue gak mau. Kalo gitu gue keluar!"
Setelah mengambil kembali laporannya, Kara bergegas keluar. Lagi Lucas hanya bisa menggeleng heran. Terlihat sekali bagaimana dia membatasi diri dengan laki-laki.
Jam pulang pun tiba, saat Kara akan beranjak dari sana, tiba-tiba direktur datang dengan wajah ketusnya.
"Kamu ke ruangan saya sekarang!"
Setelahnya Kara hanya bisa mendumel di dalam hati. Kini dia berdiri di hadapab bu direktur sembari mencoba tersenyum.
"Ada apa, ya bu?"
"Kamu itu bisa nggak jangan terlalu ganjen sama pak Lucas?"
Mendengar itu, Kara hampir saja tersedak salivanya sendiri.
"K-kok sa-"
"Denger, ya. Pak Lucas dan saya itu punya hubungan spesial. Kamu sebagai karyawan biasa harusnya bisa tau batasannya."
"Awas aja, sekali lagi kamu berani gatel sama pak Lucas, saya bakalan pecat kamu!"
Saking kesalnya, Kara akhirnya mengeluarkan segala isi hatinya.
"Heh, mak lampir. Lo kira lo siapa berani mau mecat gue? Lagian gue gak ada hubungan apapun sama Lucas. Masalah pribadi sama pekerjaan jangan digabung dooong. Bener nggak, sih yang milih dia jadi direktur?"
"Kamu bilang apa? Kamu berani ngebantah ucapan saya? Lihat saja, saya akan buat kamu menyesal sudah berani dan cari perhatian sama pak Lucas!"
"Oke, siapa takut. Kita lihat, siapa yang bakalan lebih dipeduliin sama Lucas!"
Setelah kepergian Kara, direktur itu nampak kesal. Baru kali ini ada karyawan yang berani membantah setiap ucapannya.
Saat membuka pintu, Kara sedikit terkejut melihat Lucas yang berdiri tepat di depannya. Wajahnya nampak merah seperti menahan kesal.
"Ngapain lo di sini? Oh, mau ketemu sama pacarnya, ya? Ya, sudah. Gue balik duluan!"
Saat Kara hendak pergi, Lucas lebih dulu menahan tangan gadis cantik itu.
"Pulang saja sama saya."
"E-eh!"
"Katanya mau perhatian dari saya?"
Kara seketika kicep. Dia mulai beralasan, tetapi Lucas menahan tawanya.
"Ng-nggak, kok. Gue cuma ... "
"Cuma mau balas perbuatan direktur, iyakan? Yaudah, kalo gitu gunain saya juga supaya saya berguna buat kamu."
"O-oke. Jangan nyesel, ya!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments