Seminggu telah berlalu, sebentar lagi akan diadakan acara pertunangan antara Kara dan Regan. Di kamar, gadis cantik itu terus-terusan memandangi dirinya di cermin.
Acara kali ini hanya mengundang keluarga terdekat saja, serta beberapa teman Regan dan Kara sebagai saksi mata. Hal seperti ini menurut Kana, sudah sangat biasa.
Dia menyunggingkan senyuman saat banyak orang yang sibuk di rumah, termasuk saudara Hendra juga datang.
Selama ini, Kara mengira dia tidak memiliki kakek dan nenek, ternyata dia salah.
Keesokan malam, Kara menggunakan sebuah dress hitam sampai mata kaki dengan lekukan tubuh yang terlihat sempurna. Kana sendiri memandangi sang kakak yang terlihat seperti bintang besar.
"Wah, kakak udah kayak artis papan atas aja."
Kara tersenyum, dia senang jika meliat Kana menampakan senyuman manisnya.
"Kita liat, siapa yang bakalan kalah dalam taruhan ini!"
.
.
.
FLASHBACK ON
Seminggu sebelum acara pertunangan diadakan, Kara sempat memergoki Regan yang dengan diam-diam mengecup pipi Siska di belakang sekolah.
Menurut informasi yang dia dapat dari beberapa siswa, Regan kerap kali datang ke kelas Siska yang berada di lantai tiga. Kebetulan pula Siska adalah kakak kelas mereka berdua.
Kara berdiri sembari bersandar di tembok tepat Regan membelakangi Kara. Siska sendiri sudah menyadari kehadiran Kara dan merasa bahwa dengan mencium bibir Regan, maka gadis itu akan mengalah.
Regan pun yang merasa diberi lampu hijau tak tanggung-tanggung langsung menyambar mulut seksi Siska. Mata gadis itu terus menatap Kara seakan mengatakan bahwa dia menang.
Kara sendiri hanya tersenyum, kemudian bertepuk tangan dan melangkah mendekati keduanya. Mendengar itu, Regan spontan melepas ciumannya dan mendorong tubuh Siska dengan panik.
Lebih panik lagi saat mengetahui bahwa Karalah yang memergoki keduanya.
"Wow!"
Regan yang ingin menjelaskan pun langsung dibungkam dengan bukti dari Kara. Gadis itu menunjukan rekaman di mana mereka berdua sedang beromantis-mantisan.
Kara tersenyum dan memasukan kembali ponselnya ke dalam saku.
"Kayaknya peringatan gue sama sekali nggak berguna."
"Eh, lo ngapain di sini? Denger, ya Regan itu nggak suka sama lo. Jadi stop ngejar-ngejar dia, ketahuan murahannya, deh!" ucap Siska sembari memandang Kara dengan remeh.
"Apa bukti kalo gue ngejar-ngejar dia?" tanya Kara sembari masih mempertahankan senyumannya.
"Buktinya lo selalu ada di dekat Regan apalagi setiap gue sama dia. Bilang aja lo iri sama gue karena bisa ngambil ciuman pertamanya Regan!"
"Seminggu lagi ... Dateng ke alamat ini!"
Kara menunjukan sebuah alamat lewat pesan yang dia tulis di ponselnya pada Siska membuat gadis itu mengernyit keheranan.
"Gue dengan pribadi ngasih lo undangan buat dateng ke acara pertunangan gue sama Regan. Gue juga bakalan nunjukin sesuatu buat lo, mungkin lo bakalan suka. Soalnya, kan kalian sama-sama murahan!"
Mendengar kata murahan, Siska langsung menarik rambut Kara lalu mendorongnya. Beruntung gadis itu cepat menghindar, mengakibatkan Siska terjatuh.
Kara tertawa pelan, sementara Regan membantu gadis itu untuk bangun.
"Regan, Regan. Udah bagus gue gak bongkar rahasia lo, masih aja nganggap remeh peringatan gue."
Regan yang terlihat emosi karena ditekan terus oleh Kara akhirnya meledak amarahnya.
"Halah, lo kira gue bakalan takut sama semua ancaman kacang lo itu? Gue gak takut. Kalo perlu gue juga bakalan bongkar rahasia lo."
"Oke. Kita bakalan lihat ucapan siapa yang bakalan lebih dipercaya sama publik. Sampai bertemu lagi sayang."
FLASHBACK OFF
Kara berjalan dengan anggun sembari didampingi oleh saudarinya yang cantik. Dia tersenyum dan menggenggam tangan Kana.
"Santai aja. Mereka nggak bakalan bisa buat ngehancurin keluarga kita selagi ada kakak."
Acara pun dimulai, di sana juga ada Siska. Dia nampak geram melihat bagaimana Kara tersenyum padanya. Di sisi lain ada Novi, gadis itu sepertinya sudah melupakan perkara Regan. Beruntung Kara sempat menegurnya, dia juga semakin tersadarkan saat salah satu sepupunya mengatakan bahwa Regan bukanlah pria yang baik.
Novi sendiri sekarang menjadi teman Kara dan secara spesial memilihkan dress tersebut untuk dia gunakan.
Untuk masalah ayahnya, Novi tak mau ambil pusing. Ayahnya dulu sangat tidak peduli apa dia dan ibunya, jadilah Novi juga enggan mempedulikan pria tua gila uang itu.
Novi pernah curhat pada Kara kalau ayahnya sering menyusahkan dia dan ibunya. Menghabiskan banyak uang sebelum ayahnya menjadi seorang petinggi akibat bantuan orang dalam.
Kara sering membantah ayahnya yang berniat memeras rakyat, dia juga ditampar dan ditendang akibat selalu menegur ayahnya sendiri padahal itu baik.
Akhirnya mereka tiba pada sesi acara tukar cincin. Orang tua Regan nampak tersenyum sumringah, senyuman Kara justru jauh lebih lebar lagi.
Dia melirik ke arah Regan, lalu mulai mengucapkan beberapa kata.
"Mau dimulai sekarang?" tanyanya membuat pria itu kebingungan.
Kara menepis tangan Regan, lalu mulai menatap ke beberapa tamu undangan.
"Sebelum kita masuk ke acara tukar cincin, saya memiliki beberapa hadiah untuk calon suami saya. Dia pasti akan terkejut saking senangnya, karena saya sudah membuat kejutan gila ini."
Semuanya kini mulai penasaran termasuk Regan. Dia khawatir, gelisah semuanya menjadi satu. Bahkan keringat sudah mulai mengucur dari dahinya.
Kara menatap ke arah Langit yang berada di samping Kana. Saat itu Kana berdiri di tempat yang orang-orang tidak akan menyadarinya. Mereka lebih berfokus pada Kara yang tampak sangat menawan itu.
Kara kini menatap ke arah Regan dengan senyuman yang sedikit aneh menurut pria itu.
"Let's play the game!"
Acara pertunangan diadakan malam hari, ketika lampu mati langsung sebuah layar lebar membuat mereka terkejut dua kali.
Pertama, menampilkan sebuah foto di mana Regan sedang bersama teman-temannya ke club. Foto berikutnya dia membawa mantan kekasihnya ke salah satu hotel. Orang tua Regan sendiri sudah hampir jantungan, terutama ibunya.
Regan langsung melotot ke arah Kara. Dia meminta gadis itu untuk menghentikan semua omong kosong itu.
"Hentikan semua ini. Lo udah gila?"
Kara tersenyum menatap Regan yang sudah mati menahan panik.
"Kenapa? Lo panik, ya?"
Hendra terlihat sangat marah saat melihat kelakuan Regan yang sudah sangat keterlaluan.
Tibalah hingga di video terakhir yang Kara jadikan sebagai bukti, yaitu Regan mencium Siska membuat gadis itu malu setengah mati. Setelahnya lampu kembali menyala.
Langit berjalan mendekati Kara dengan memberikan gadis itu sebuah mic.
"Gimana sama kado yang udah saya kasih, tuan dan nyonya Damares? Kalian sangat hebat bisa menutupi kasus anak kalian dengan rapi sampai-sampai dia masih bisa mencari korban ke sana dan ke mari!"
Awalnya nyonya Damares ingin protes, tetapi Kara lebih dulu berucap.
"Keluarga Kusuma sudah tidak memiliki hutang apapun pada keluarga Damares. Aku yang menyelidiki semuanya seorang diri dan menurut informasi yang didapat, kakek telah membayar habis semua hutang papaku itupun tanpa sepengetahuan kami. Pintar sekali kalian memanipulatif keadaan!"
"Kalian pikir aku akan tinggal diam saat kalian memintaku menikah dengan anak kalian?"
"Tidak bisa sembarang orang masuk ke keluarga Kusuma, nyonya. Anda tau bahwa papaku adalah anak tunggal dari keluarga Kusuma dan mewariskan seluruh harta kakekku yang bisa saja diturunkan untukku, jadi kalian menginginkan itu semua!"
Kara tersenyum saat sebuah video menunjukan orang tua Regan tengah berdikusi tentang rencana untuk memindahkan aset milik Kara menjadi punya mereka.
"Salah satu bawahan papaku meletakan kamera tersembunyi di ruang VIP, tempat kita bertemu. Tentu saja papaku tidak semudah itu untuk menerima ajakan kalian tanpa sebuah persiapan yang matang. Perlu diingat, keluarga Kusuma pernah menyelamatkan nyawa anak anda dari arus sungai yang deras!"
Hendra sendiri terkejut dengan semua ucapan Kara. Sejauh mana dia mencari tahu tentang hal itu?
"Setelah ini pasti keluarga Damares akan menyebarkan berita hoax tentang aku yang memiliki saudara kembar."
"Benar! Dia memang punya saudari kembar. Gue yang nyaksiin sendiri waktu dipertemuan, namanya Kana!"
Regan tersenyum bangga karena menurutnya mereka akan mempercayai pria itu.
"Selama ini tuan Hendra sudah membohongi para petinggi. Ahaha, habis lo Kara!"
Kara sendiri tersenyum memandangi wajah Regan.
"Apa buktinya?"
Regan kemudian kebingungan, setelahnya dia melihat seseorang yang mirip dengan Kana.
"Diaaa! Perempuan itu adalah saudari kembar Kara!" teriaknya heboh membuat semua orang spontan menengok ke arah jali telunjuk Regan menunjuk.
Kara akhirnya berjalan ke arah perempuan itu dan membawanya ke dekat Regan. Dia tersenyum penuh arti, spontan melepas topi milik gadis itu.
"Apa ini yang Regan maksud?"
Semuanya terkejut kala melihat gadis itu memang memiliki wajah yang mirip dengan Kara. Terlebih Hendra yang beruntung tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
"Ternyata topeng ciptaan ketua Wisnu berhasil membuat kalian terkecoh!"
Kara lantas menarik kulit wajah Kana dan memang benar, itu adalah sebuah topeng.
Regan dibuat semakin terkejut.
"Pertemuan waktu itu, papa sengaja ngebawa orang lain yang make topeng buatan ketua Wisnu. Awalnya, sih takut ketahuan, eh ternyata kalian terkecoh. Kasian, ya udah ditipu sama keluarga Kusuma."
"Selama ini gue emang anak tunggal dari keluarga Kusuma dan penyamaran itu cuma buat pencitraan aja. Gue mau lihat seberapa percayanya kalian sama keluarga ini. Jadi, gimana rasanya ditipu kayak lo nipu mangsa-mangsa lo yang lainnya. Mereka udah nyiapin laporan dan bakalan ngelaporin semua kelakuan busuk lo ke polisi. Tenang aja, gue udah ngancem kepala kepolisian kalo sampek lo nggak ditangkep, gue bakalan bikin heboh satu negara!"
Seisi tempat menjadi bertanya-tanya, siapa sebenarnya gadis itu. Mengapa dia sampai melakukan semua sejauh ini. Permainnya bukankah terlalu rapih? Bahkan Hendra sendiri hanya bisa terdiam melihat bagaimana sang anak bertindak.
"Segala aktivitas orang yang udah gue incar bakalan selalu gue cari tau. Siapapun yang nyari masalah sama gue atau keluarga gue, siap-siap nerima akibatnya dan gue gak pernah main-main sama setiap ucapan gue."
Kara berjalan perlahan ke arah Regan dan mulai berbisik.
"Selamat mendekam di penjara sayang. Selamanya lo nggak bakalan bisa menang dari gue. Sebelum buat pertandingan, ada bagusnya lo cari tau siapa lawan lo sebenarnya. Byee!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments