Tiga hari setelah kejadian itu banyak desas-desus di sekolah tersebut mengenai beberapa siswa yang tidak masuk sekolah. Kara tengah duduk di kantin dengan menikmati es tehnya. Matanya menerawang jauh beberapa bukti yang dia kumpulkan dua hari belakangan.
"Gue bakalan bongkar semua rahasia busuk dan bawa masalah ini ke pengadilan. Demi derajat perempuan, gue bakal lakuin apapun." Kara pun terkejut dengan kedatangan Langit yang tidak biasanya.
Kara juga merasa senang karena Arkan kini tidak pernah mengganggunya lagi, tetapi dia sering memergoki pria itu mencuri pandang ke arahnya. Terlebih mantan sahabat Kana seperti tidak dekat lagi dengan Arkan.
"Tumben lo nyamperin gue?" tanya Kara dengan sedikit rasa penasaran.
"Gue dapet kabar dari tuan Hendra, malam ini rekan bisnisnya bakalan dateng bareng anak sulungnya. Lo disuruh pulang lebih awal buat jagain Kana."
Kara manggut-manggut mendengar ucapan Langit.
"Satu lagi ... Apapun yang terjadi, jangan biarin mereka tau kalau lo kakak kandung Kana. Pulang sekolah bakalan gue jelasin alasannya!"
Langit pun segera pergi dari sana meninbulkan banyak tanda tanya pada benak Kara. Tiba-tiba seorang gadis datang dengan raut wajah malu-malu. Jara memperhatikan gerak-geriknya dan membuang napasnya lelah.
"Ada apa?" tanyanya tanpa basa-basi.
"Ah ... Anu. K-kamu kenal sama dia?" tanyanya yang kemudian menunjuk ke arah Langit yang baru saja menghilang dari balik tembok kantin.
"Kenal, kenapa? Oh, lo suka sama dia?"
Gadis itu spontan terkejut dan menggeleng dengan cepat.
"N-nggak, kok. K-kamu ada hubungan apa sama dia?"
Kara mengernyit heran, sebenarnya apa mau gadis di depannya ini?
"Apa mau lo? Kalo lo berharap gue sama Langit ada hubungan seperti yang lo pikirin, lo salah besar. Dia cuma, yah semacam bodyguard gue di sekolah."
"O-oh. K-kalau gitu aku permisi dulu, m-makasih udah jawab."
Gadis itu segera melenggang pergi membuat Kara hanya bisa menggeleng kepalanya.
Di sisi lain gadis tadi berjalan menuju ruang kepala sekolah yang ternyata sudah ada seseorang menunggunya. Duduk dengan dua kaki dia letakan di atas meja.
"Gimana?" tanyanya, gadis itu menunduk dan mengangguk.
"A-aku sudah tanya dan katanya mereka nggak punya hubungan hanya sebatas majikan dan bawahannya."
Seseorang itu tersenyum dan menyuruh gadis tadi untuk keluar serta tutup mulut.
"Hmm, baguslah kalo dia nggak ada hubungan apapun. Mau nyembunyiin identitas asli kamu dari saya? Gak akan bisa. Saya mau lihat seberapa jauh dia nyamar sebagai adiknya sendiri."
.
.
.
Siang itu Kara sedang mencuci tangan di toilet. Samar-samar dia mendengar suara seseorang menangis tersedu-sedu di bilik paling ujung. Setelah mematikan kran, barulah sedikit jelas. Padahal tadi dia tak mendengar apapun saat pertama masuk.
Dia tak takut hantu, melangkah perlahan dan mulai mengetuk pintu.
"Permisi, ada orang di dalam?"
Hening ...
Kara tahu kalau gadis di dalam sengaja diam agar tidak ada yang tahu keberadaannya.
"Gue gak bakalan ngapa-ngapain lo. Sebaliknya, kalo lo diem doang bakalan susah kediri lo sendiri."
Detik berikutnya pintunya terbuka menampilkan seorang gadis dengan baju yang robek bagian depan serta beberapa bekas gigitan di dada dan lehernya.
Kara menutup mulutnya cepat, dia terkejut melihat pemandangan menyedihkan ini.
"Astaga, siapa yang udah berani ngelakuin ini ke lo?" tanyanya dengan memegang pundak gadis itu.
Ada sedikit isakan di sana, tubuhnya gemetar ketakutan jika mengingat musibah yang dialaminya.
"Nggak apa-apa. Lo tunggu di sini sebentar, gue balik ke kelas buat ngambil jaket yang kebetulan tadi gue bawa. Tutup pintu dan diam, jangan sampek ada yang tau!"
Gadis itu mengangguk meng-iyakan ucapan Kara. Beberapa menit kemudian dia datang dengan tergesa-gesa dan menyuruh gadis tadi untuk melepas baju lalu menggunakan jaketnya.
Beruntung resleting jaket tersebut mencapai leher hingga kissmark tak dapat terlihat. Kara mulai geram dan menduga pelakunya.
"Ayo, kita ke uks!"
Setibanya di sana, penjaga uks langsung bertanya ada apa dengan keadaannya.
"Kenapa wajahnya pucat begini?"
Kara segera membaringkan tubuh gadis itu dan berbalik menatap si penjaga uks.
"Mbak, saya nggak tau dia kenapa tapi kayaknya dia udah di lecehin."
Mendengar itu si penjaga uks terkejut bukan main. Belum pernah ada kasus seperti ini selama dia berada di sekolahan tersebut.
"Ada kissmark di leher sama dadanya, juga tadi dia jalannya ngeluh sakit di bagian ************. Mbak, saya sudah tau siapa pelakunya."
Gadis tadi segera menggenggam lengan Kara dan memintanya untuk tetap berada di sampingnya.
"S-saya bakalan cerita."
Kara dan si penjaga uks akhirnya diam, sebelum itu mereka menutup pintu takut ada yang menguping.
"Jadi, sewaktu jam pertama dimulai, saya pergi ke toilet. Sebenarnya Anisa udah nawarin diri buat nemenin ke toilet, tapi saya tolak. Terus di tangga, saya berpas-pasan sama pak Irwan."
Dia menjeda ucapannya, sakit rasanya jika mengingat kejadian yang menimpanya.
"Pak Irwan awalnya mengajak saya ke ruangannya, tetapi saya tolak. Tiba-tiba dua siswa laki-laki yang kayaknya kakak kelas datang sambil cengar-cengir dan nyeret saya ke toilet perempuan. Pintu toilet dikunci dari dalam dan saya dilecehin sama mereka bertiga. Saya sudah berteriak minta tolong, tapi kayaknya nggak ada yang ke toilet waktu itu."
"Udah, nggak usah dilanjutin."
Penjaga uks pun berdiri dan terlihat geram mendengar cerita gadis itu. Ini bukan tentang sekolah yang akan mendapatkan pencemaran nama baik, tetapi tentang perempuan yang selalu menjadi korban atas nafsu bejat laki-laki.
"Saya akan melapor tindakan ini kepada kepala sekolah."
Saat akan berjalan menuju pintu keluar, Kara menahan pergerakan penjaga uks tersebut dan menggeleng.
"Kepala sekolah bakalan tutup mata sama telinga kalo terkait kasus ini mbak. Saya punya rencana yang lebih bagus dan bakalan saya luncurin sewaktu ulang tahun sekolah. Saya bakalan bongkar sisi jahat guru mesum itu yang selama ini publik nggak tau."
"Saya juga nggak takut kalo nantinya harus berurusan dengan orang-orang kejam. Saya sudah lebih dari siap."
Setelah kejadian itu, para siswi jadi tidak berani ke toilet seorang diri. Bahkan Kara secara diam-diam meminta pada guru bk untuk memasang cctv dibeberapa tempat.
Salah satunya adalah gudang yang notebane tempat paling jarang dijamah. Guru bk setuju tanpa bertanya alasannya, rumor tentang pak Irwan tentu sudah mencapai telinganya.
Namun, rumor tetaplah rumor. Masih banyak orang diluaran sana yang tidak percaya bahwa Irwan semesum itu. Mengingat dia sering membantu beberapa warga di tempat tinggalnya dan selalu tersenyum ramah.
Cerita dari mulut anak sekolahan tentu belum bisa membuat publik percaya, itulah kenyataan. Selain uang, kalian juga harus licik untuk menyembunyikan wujud asli.
Malam itu, Kara sedang asik menikmati kue di taman. Matanya menangkap sebuah pemandangan menggelikan. Sepasang kekasih sedang bermesraan dengan sesekali berciuman, hampir saja Kara memuntahkan isi perutnya.
Jiwa jahilnya pun muncul, segera berjalan di balik semak yang berada tak jauh dari sepasang kekasih itu, lantas bersembunyi. Dia melempar batu ke arah perempuan saat bibir mereka akan bersentuhan.
Kara cekikikan sendiri melihat wajah bingung keduanya. Hingga suara ocehan tadi menjadi keheningan. Dia kembali mengintip dan melihat dua orang tadi sudah tidak ada.
"Loh, kok gak ada?" gumamnya kebingungan.
Tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya, membuat Kara berbalik dan siap memukul. Untunglah seseorang itu dengan sigap menahan serangan Kara.
"E-eh, sorry. Kirain orang iseng!"
Setelah tangan dia jauhkan dari wajah orang itu, barulah ekspresi Kara berubah.
"Lo, kan cowo yang waktu itu di toserba. Ngapain di sini?" tanyanya dengan nada ketus.
Tidak, bukan hanya di toserba. Namun, mereka juga bertemu di rumah Kara.
Ingat waktu Langit bilang bahwa malam hari rekan bisnis Hendra akan datang dan membawa anak sulungnya? Ya, dia adalah anak sulung dari rekan bisnis ayah Kara.
Kara mendengus kesal kalau mengingat sindiran halus pria itu untuknya.
"Ngapain di sini? Kayak maling aja."
Kara tak peduli dan memilih untuk pulang saja mengingat hari sudah semakin malam.
"Gue dicuekin, dasar manusia kulkas!"
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments