05| Regan

Mengingat kembali tentang Langit yang mengatakan bahwa mereka tidak boleh tahu kalau Kara dan Kana adalah saudara kembar, alasannya adalah di negara mereka memiliki sebuah peraturan yang aneh.

Jika memiliki saudara kembar, maka salah satunya harus mati. Jika ketahuan, maka Kara atau Kana menjadi incaran para petinggi negara.

Hal itu menjadi tanda tanya besar bagi publik dengan peraturan tak masuk akal tersebut. Apa alasannya? Bahkan mereka tak memberitahukannya secara detail.

Kara saat ini sedang menikmati waktu senggangnya bersama Kana. Di dekat kolam berenang, keduanya memakan cemilan yang sudah disiapkan oleh maid.

Di sisi lain otak Kara berputar memikirkan tentang pasangan kekasih yang semalam menghilang tanpa jejak dan kedatangan pria menyebalkan secara tiba-tiba.

     "Kak, sebentar lagi acara ulang tahun sekolah. Bagaimana rencana kakak buat bongkar kejahatan guru mesum itu?" tanya Kana penasaran.

Kara sering bercerita mengenai keadaan sekolah dan kejadian apa saja yang menimpa penghuninya. 

.

.

.

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Kara akhirnya tiba. Dia sebelumnya sempat bicara dengan kepala sekolah akan bernyanyi membawakan sebuah lagu yang di mana bukan hanya siswa yang menghadiri acar ulang tahun sekolah, tetapi beberapa menteri pendidikan.

Maklum kepala sekolah ingin sekolahan mereka dikenal oleh publik.

Beberapa sambutan terdengar, banyak sekali kue-kue basah yang telah disiapkan pihak sekolah. Seharusnya tidak perlu semeriah ini, tetapi Kara hanya tutup mulut, enggan berkomentar.

Tibalah gilirannya untuk bernyanyi. Sengaja menggunakan sebuah dress panjang berwarna merah dengan paha yang terekspos. Siswa bebas memggunakan pakaian apapun selagi mereka nyaman.

Acara diadakan di aula dengan para guru duduk di depan. Dandanan Kara membuat para siswa dan guru terpesona apalagi Arkan dan Irwan. Guru mesum itu sendiri sejak tadi memandangi paha mulus Kara. Bahkan matanya seperti tak berkedip.

Kara besyukur di sini bisa mengakses musik yang ada di dunia aslinya. Jadilah dia membawakan lagu milik salah satu idol Korea yang terkenal. Lagu tersebut juga menceritakan tentang bagaimana pandangan laki-laki pada perempuan.

Dia bernyanyi dengan sesekali berkedip manja ke arah Irwan membuat laki-laki itu semakin gila dibuatnya. 

   "Why you think that 'bout nude?

'Cause your view's so rude

Think outside the box

Kkago malhae

Arittaun naui nude

Areumdaun naui nude

I'm born nude

Byeontaeneun neoya."

Setelah lagu selesai dinyanyikan, tiba-tiba tembok aula ternyalakan sebuah layar dengan menampilkan beberapa foto serta video asusila dari Irwan.

Semua yang ada di sana terkejut bukan main, untunglah para korban diblur wajahnya terkecuali Irwan itu sendiri. Dia menjadi panik dan mencoba untuk mencari siapa pelaku yang sudah membongkar sifat bejatnya.

Langit memperhatikan gerak-gerak dan menghampiri guru mesum itu.

   "Maaf pak, anda diwajibkan untuk menonton hingga selesai!"

Kepala sekolah merasa sangat malu dan terhina, padahal sudah susah payah membungkam mulut beberapa oknum agar perbuatan bejat Irwan tertutupi.

Kara tersenyum menatap Irwan disamping panggung, menatapnya tajam seolah siap menghinanya kapan saja.

Setelah foto dan video tersebut selesai ditunjukan, barulah Kara kembali menampakan diri.

    "Bagaimana dengan hadiah dari saya untuk sekolah ini? Saya pikir hadiah itu sudah cukup untuk mengusir seseorang dengan cara yang para guru inginkan. Keadilan di dunia ini sangat minim apalagi bagi kami kaum perempuan. Hukum di sini tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Kalian pasti paham maksud saya!"

Kara tersenyum menatap penghuni aula.

    "Setelah bukti yang saya beberkan serta video di mana pak Irwan memperk*sa anak dibawah umur sepuluh tahun, seharusnya kalian paham. Bahwasanya laki-laki tidak akan mudah terpancing nafsunya hanya dengan melihat perempuan memakai pakaian model apapun melainkan otak mereka yang sudah benar-benar terkontaminasi akan film porn*."

    "Banyak sekali orang yang secara terang-terangan akan menyalahkan korban dimulai dari pakaian, lekuk tubuh. Bukankah mulut-mulut para penggosip perlu dibungkam dengan ratusan bukti? Jika tidak cukup, berikan saja mereka uang. Siapa yang tidak suka uang?"

    "Saya harap setelah bukti ini tersebar luas pada publik, mentri pendidikan memblacklist pak Irwan dari segala macam pekerjaan menjadi guru serta memenjarakannya. Banyak korban yang bungkam akibat ancamannya."

Kara menatap Langit yang nampak mengangguk.

   "Ah, maaf. Sepertinya teman saya sudah lebih dulu menghubungi pihak kepolisian. Mereka sudah mengepung aula dan mari beri sambutan pada kepala polisi."

Beberapa polisi memasuki ruang aula membuat Irwan tak bisa berkutik sedikit pun.

   "Saudara Irwan, anda kami tangkap atas kasus pelecehan pada anak dibawah umur serta menggelapkan dana pada salah satu sekolah tempat anda mengajar. Setelah video bejat anda tersebar, keluarga para korban akhirnya buka suara dan melaporkan anda. Kami juga akan membawa pak Andre selaku kepala sekolah yang diam-diam menyembunyikan bukti perbuatan anda. Silahkan ikut kami!"

Setelah keduanya dibawa ke kantor polisi, aula menjadi sedikit gaduh. Beberapa guru mulai menghampiri Kara dan memberikannya tepuk tangan. Selama ini mereka sudah sangat jenuh dengan tingkah kepala sekolah yang seenaknya saja.

Menteri pendidikan pun mengapresiasi usaha Kara. Mereka juga berjanji akan lebih teliti dalam mengurus masalah-masalah seperti ini, bahkan akan mengganti kepala sekolah.

Beberapa hari setelah kejadian tersebut, hidup Kara perlahan tidak tenang.

Pagi ini dia akan pergi bersama beberapa peserta olimpiade yang diadakan di kota tetangga. Ternyata Arkan juga terpilih sebagai salah satu kandidat peserta olimpiade yang mewakili sekolah mereka.

Di dalam bis, matanya tak henti-henti menatap jalanan. Bersih dan tidak terlihat adanya perusuh. Tiba-tiba matanya seolah menangkap sebuah bayangan laki-laki di dekat sebuah pohon, tersenyum menyeringai menatap bis mereka yang semakin menjauh.

Tidak ingin ambil pusing, jadilah Kara memilih untuk tidur. Posisinya dia duduk seorang diri dibagian belakang, sedangkan Arkan ada paling depan.

Akhirnya mereka tiba, Kara terbangun tepat saat bis berhenti. Empat siswa itu keluar dengan menggendong tas masing-masing. Seorang guru menghampiri dan segera membawa mereka menuju tempat yang akan dijadikan sebagai lomba.

Begitu berjalan, mereka menjadi pusat perhatian. Kara hanya menatap lurus dan enggan melihat ke arah lain. Tibalah mereka pada aula yang besar, beberapa peserta dari sekolah lain juga sudah tiba dan sedang menyiapkan mental mereka.

Kara memilih duduk dan segera mempelajari lagi materi bagiannya, di sisi lain Arkan terkadang menatap gadis itu dengan sekilas. Entah mengapa melihat perubahan pada perempuan tersebut membuat hatinya sedikit bingung.

Arkan pun tidak membuli dan sudah putus dengan sahabat Kana. Rasanya hambar ketika Kana sudah memutuskan hubungan mereka. Dia bisa saja mengancam gadis itu lagi, tetapi mengingat bagaimana Kara membuatnya patah pulang, dia berpikiran dua kali untuk mengekang Kana.

Akhirnya sesi yang ditunggu tiba juga. Ada sekitar empat sekolah yang mengikuti olimpiade.

Kara dan Arkan adalah yang paling aktif dalam menjawab soal hingga babak terakhir tersisa sekolah mereka dan tuan rumah.

Saat itu mereka diberi waktu beristirahat selama dua puluh menit untuk sekedar mengisi perut. Kara dan timnya berjalan menuju kantin yang ternyata telah ramai dengan penghuninya.

    "Kar, lo mau pesen apa?" tanya salah satu dari mereka.

Gadis itu nampak berpikir dan melihat menu yang sudah tersaji di depan mata.

    "Ngikut kalian aja, deh!"

Setelah memesan, mereka memilih untuk duduk. Setelah makanan datang dan hendak menikmatinya, dua orang pria menghampiri Kara dan timnya. Hal tersebut tentu membuat mereka jadi pusat perhatian.

Kara mendongak dan langsung membelalakan matanya. Tidak ingin ambil pusing, dirinya pun menutupi pandangannya dan memilih menyantap nasi goreng yang masih hangat.

Salah satu pria dengan wajah rupawan tersenyum menatap Kara.

    "Kara- ah, maksudku Kana!" panggilnya membuat Arkan dan dua perempuan lain langsung terkejut. Apa mereka saling kenal?

Kara pun tak kalah terkejut saat pria itu menyebut nama aslinya tadi. Buru-buru dia mendongak kembali dan memberikan tatapan tajam.

    "Jangan galak-galak dong. Malam nanti dandan yang cantik, soalnya bakalan ada pertemuan dua keluarga, bukan tentang bisnis."

Dia tersenyum menyeringai membuat Kara mengernyit keheranan. Lagi pula Hendra tak mengatakan apapun?

    "Gue gak akan datang!" ucapnya lantang. Sontak saja hal itu menjadi buah bibir para penghuni sekolahan itu.

    "Terserah, sih. Hm, yang pasti lo nggak bakalan bisa nolak permintaan dari om Hendra. Tenang aja, bukan masalah bisnis. Lo juga bakalan tau sendiri tujuannya!"

Setelahnya pria itu pergi, sebelum itu dia menyebutkan namanya.

   "Panggil gue Regan atau sayang juga boleh!" godanya membuat Kara dan Arkan yang mendengar itu menjadi kesal sendiri.

Arkan pun sejak tadi sudah mengepalkan tangan kanannya seperti siap menonjok wajah Regan kapan saja. Mengingat mereka sedang berada di sekolah orang lain, jadilah dia memilih untuk diam.

Setelah selesai menyantap nasi gorengnya dan membayar, mereka kembali ke aula sebelum waktu yang ditentukan tiba. Namun, saat akan sampai di aula, Kara meminta izin untuk ke toilet sebentar.

Kara pun telah menyelesaikan tugasnya, hendak membuka pintu bilik. Sayangnya seperti ada yang mengunci dirinya dari luar hingga terdengar suara cekikikan beberapa perempuan.

Kara diam dengan mencoba mengatur napasnya. Diliriknya jam pada ponselnya yang kurang delapan menit lagi akan dimulai.

    "Ahahah, rasain. Makannya jangan kegatelan sama cowo orang!"

   "Iya, tuh. Udah jelek, sok-sokan mau ngerebut Regan dari Caca!"

   "Caca dilawan!"

Braakkk...

Tiba-tiba pintu bilik terbuka dengan paksaan akibat tendangan dari Kara. Dia menatap nyalang pada tiga gadis yang terkejut dengan dobrakan tadi hingga membeku di tempat. Kara melangkah keluar dan menarik rambut salah satu dari mereka.

   "Sekali lagi lo berusaha jahilin gue, bakalan gue buat lo selamanya mendekam di sini dan gue gak pernah main-main sama setiap ucapan gue."

Kara langsung menghempas gadis tersebut dan keluar begitu saja membuat jantung ketiganya berdetak tak karuan. Akhirnya dia tiba pada aula yang membut guru serta Arkan dan dua temannya merasa lega.

   "Kana, kamu itu dari mana? Ibu udah cemas banget!"

   "Maaf bu, tadi lagi ngurus orang iseng."

    "Sudah, sana ke teman-teman kamu. Sebentar lagi bakalan dimulai!"

   "Siap bu."

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!