15| Siska

Setelah kejadian itu, banyak spekulasi dari media yang menyimpulkan, kalau para petinggi-petinggi negara sebagian pasti ada yang memiliki niat tidak bagus.

Kara menatap ke arah layar televisi sembari menyeruput teh.

    "Ah ... Menyenangkan ngelihat mereka tertangkap seperti itu."

Gemparnya berita penangkapan salah satu petinggi yang berpengaruh besar membuat yang terlibat menjadi semakin waspada, terutama mereka yang pernah mendatangi rumah Kusuma untuk menangkap Kana dan Kara.

Gadis cantik itu berjalan menuju pintu depan dan menatap sekelilingnya.

Kara tahu, dia setiap hari diawasi oleh beberapa orang. Beruntung Kana mau bekerja sama dengannya hingga hari ini.

Selama ini yang mereka awasi adalah Kana, sedangkan Kara sibuk untuk melancarkan aksinya.

Kemiripan mereka benar-benar bisa mengecoh musuh, beruntung Hendra dapat membedakan keduanya.

Setelahnya Kara menutup pintu rumah. Dia menatap jam di tembok, lalu mulai melangkah menuju kamar. Dilihatnya Kana tengah menontom drama kesukaannya di laptop.

Hari ini Hendra akan melakukan pekerjaan di luar Negeri selama sepekan. Kara diminta untuk menjaga sang adik, sementara Langit akan menjaga Kara.

    "Kana, selama papa pergi. Kamu cuma boleh dengerin ucapan kakak. Ingat! Di dunia ini nggak ada bisa kamu percaya kecuali kakak dan papa. Sekalipun itu Langit atau bibi, kamu harus tetap berhati-hati. Kita nggak tau musuh ada di mana aja!"

Kana menganggukan kepalanya. Ucapan kakaknya benar, apalagi identitas keduanya hampir bocor.

Keesokan harinya, di sekolah Kara berangkat seperti biasa. Namun, ada hal yang membuatnya berbeda. Secara terang-terangan, Kara melihat Regan sedang asik bercanda gurau dengah gadis kelas sebelah.

Rumornya, gadis itu adalah seorang selebgram. Memiliki followers di insta sebanyak seratus ribu.

Kara baru mengetahui aplikasi itu beberapa hari yang lalu, jika Kana tak memberitahukannya. Lagipula dia tidak begitu terlalu tertarik.

Bibir Kara tersungging sebuah senyuman, lalu mulai melangkah memasuki kelas. Beruntung saat itu Novi sedang tidak masuk, dikarenakan masalah pada ayahnya.

Kara duduk di tempatnya, lantas diam-diam merekam perbuatan Regan. Entah pria iti sadar atau tidak, tetapi mereka masih saja terlihat mesra.

Setelah bel berbunyi, Kara mulai menyimpan ponselnya.

Bel keluar main terdengar, Kara bergegas memasukan buku-bukunta ke dalam tas. Oh, bukankah sudah terlalu banyak bukti untuk membatalkan pertunangan mereka?

Tenang!

Kara ini orangnya suka kejutan, jadi dia akan menyiapkan semua ini untuk mengejutkan dua keluarga besar. Di kantin, dia melihat perempuan tadi tengah dikelilingi oleh beberapa pria termasuk Regan.

Dia menikmati makanannya sembari sesekali melirik ke arah Regan. Senyum menjengkelkan itu membuat Kara ingin sekali mencakar wajahnya.

Diam-diam Kara mendengar beberapa siswi menggosip. Mereka membicarakan tentang reputasi perempuan itu.

     "Eh, kalian tau nggak soal rumor Siska yang pernah gempar beberapa bulan lalu?"

     "Tau. Dia pernah jalan bareng om-om, kan ke salah satu mall. Juga ada yang pernah liat dia keluar dari hotel!"

Kara tersenyum, senang rasanya bisa mendapatkan informasi gratis. Yah, selagi Siska tak ada masalah dengannya, maka Kara juga tidak akan macam-macam.

Saat akan memasukan nasi ke dalam mulut dan menatap ke arah depan, Kara menautkan alisnya kala melihat pandangan para pria yang duduk bersama Siska tengah menatapnya.

Kara pun langsung tersenyum ke arah mereka, hanya Regan saja yang tidak berani melihat ke arahnya dan memilih pergi membuat Siska keheranan.

Sepulang sekolah, saat Kara akan masuk ke dalam mobil, seseorang menghentikan langkahnya.

    "Kara, bisa ngomong sebentar gak?"

Dia berbalik dan ternyata itu Regan. Kara bergegas memasang wajah polos dan mengangguk. Mereka kini berada di garasi yang sudah sepi.

    "Mau ngomong apa?"

    "Soal kejadian di kantin, lo jangan kasih tau ke papa gue, ya?"

Kara tersenyum, dia sudah tahu alasannya.

    "Tenang aja. Selagi lo nggak macem-macem, gue gak bakalan cepu. Sebaliknya, kalo lo berani main belakang sama gue."

Kara tersenyum, mendekat dan menyentuh leher Regan dengan sesual lantas berbisik sesuatu di telinga pria itu.

     "Semua rahasia yang udah orang tua lo tutupi bakalan gue bongkar."

Kara lantas tersenyum dan mengecup pipi Regan, lalu meninggalkan pria itu.

Kejadian itu tentu dilihat oleh Siska yang hendak menghampiri Regan, tangannya terkepal kuat dan kesal melihat bagaimana Kara mencium pria yang disukainya.

Wow, ternyata Regan populer juga.

Di rumah, Kara mulai menginstal aplikasi insta. Setelahnya dia membuat akun. Menurutnya, aplikasi ini mirip dengan aplikasi stagram.

Dia mulai mengupload foto pertamanya dan terkejut kala ada seseorang yang mengikuti akunnya.

Kara suka sekali kepo tentang akun yang mengikuti sosial medianya.

     "Ck! Akunnya pake digembok segala, yaelah!" ujarnya kesal.

Kara pun mulai menutup ponsel dan berjalan ke arah dapur. Perutnya sudah mulai kelaparan dan dia belum makan sejak tadi.

Malam harinya, Kara sedang sibuk menatap layar laptop. Dia mencari tahu lebih dalam mengenai Siska hingga tak sadar ponselnya berbunyi terus membuat Kana terganggu.

Akhirnya gadis itu mengambil ponsel kakaknya dan melihat banyak sekali notifikasi dari aplikasi insta.

    "Kak, ternyata kakak main aplikasi ini juga."

Karena penasaran, akhirnya Kana melihat berapa banyak pengikut Kara.

    "Gila, pengikuti kakak udah lima puluh ribu aja!"

Mendengar itu, Kara hampir tersedak air liurnya sendiri. Hanya adalah beberapa jam, followersnya sudah sebanyak itu? Setahu dirinya, dia tidak begitu populer dan terkesan biasa saja. Lalu, dari mana para pengikut ini?

Bukan hanya pengikut, banyak juga yang mengomentari serta memberi like pada fotonya.

    "Wow, komentar semuanya sangat positif."

Kara tidak tahu darimana dia mendapatkan pengikut sebanyak ini, tetapi itu cukup menyenangkan hatinya.

Keesokan harinya, sebelum berangkat ke sekolah, Kara menyempatkam diri untuk berfoto, lalu memasukan ke dalam insta. Setelahnya, dia bergegas pergi ke sekolah dengan Langit yang sudah menunggu di mobil.

Setibanya di sekolah, beberapa teman kelas Kara pun mendekat. Mereka antusias dan tak menyangka bahwa gadis itu membuat akun insta juga.

"Kana, ternyata lo bukan akun insta juga, ya. Gue baru liat!" ujar salah seorang dengan rambut sebahu.

"Iya, gue juga penasaran sama itu aplikasi jadi gue buat!" jawab Kara seadanya.

Di kelas, mereka masuk dan duduk di tempat masing-masing. Tadi teman-teman kelasnya meminta Kara untuk mengikuti balik mereka, jadi Kara hanya menurut saja. Toh, Kara juga tidak masalah.

Regan akhirnya datang dan segera duduk. Dia melihat Kara yang sedang asik dengan ponselnya pun berinisiatif mendekat.

"Pagi sayang!" ucapnya dengan spontan mengecup pipi Kara.

"Pagi juga."

"Lagi liatin apa?" tanyanya sembari ikut melihat ke arah ponsel Kara.

"Ini, gue lagi sibuk liat-liat followers gue!" ucapnya.

Regan melihat followers Kara sudah hampir mencapai seratus ribu, membuatnya terkejut bukan main.

"Sayang, followersnya banyak banget!"

Kara pun berbalik menatap Regan sembari tersenyum dan memberikan ponselnya pada Regan.

"Kasih nama insta lo, dong. Gue mau follow!" ucapnya.

Regan dengan ragu mulai mengambil ponsel Kara, lalu mengetik nama instanya. Setelah mendapatkan akunnya, dia mulai menekan kata ikuti.

"Udah."

Keluar main, Kara dan Regan sedang asik makan berdua di kantin. Memang kedekatan keduanya tidak diketahui oleh seisi sekolah, karena Kara sendiri enggan menyebarkan berita itu. Dia tidak gila untuk diakui sebagai gadis yang bisa menaklukan Regan.

Sejujurnya tidak bisa dibilang begitu, karena Regan sendiri masih sibuk bermain gila dengan para perempuan di luaran sana.

Ketika sedang asik menyantap makanan, tiba-tiba datanglah Siska dengan beberapa teman-temannya menghampiri meja Regan dan Kara.

Kara yang awalnya ingin menyeruput teh, dibuat terkejut dengan gebrakan meja. Beruntung saat itu gelas belum tiba di bibirnya sehingga dia tidak perlu khawatir jika teh akan mengenai pakaian seragamnya.

Seisi kantin lantas mengalihkan pandangan ke arah meja mereka. Kara sendiri lantas meletakan teh di atas meja, lalu menatap gadis di depannya.

Regan sudah panas dingin dengan situasi saat ini. Matanya menatap Kara dengan khawatir.

"Mbaknya lagi ada masalah, ya?" tanya Kara dengan menatap Siska santai.

"Ngapain lo duduk berdua sama Regan? Lo gak tau apa, Regan itu nggak pantes sama cewe cupu kayak lo!" seru Siska yang kemudian teman-temannya ikut mengangguk.

Kara tersenyum, ini semakin menyenangkan.

"Coba, deh lo tanya Regan. Siapa yang ngajak gue buat ke kantin?" tanyanya dengan menatap ke arah Regan.

Bahkan saat ini semua mata tertuju pada pria itu.

"Gue ... Lagian Kana ca- pacar gue, jadi wajar gue ajak dia ke kantin!"

Mendengar kata pacar, telinga Siska sudah memanas. Dia masih bisa menahan amarahnya, tetapi tangannya sudah terkepal kesal.

"See. Yah, kalo misalkan Regan mau sama lo, sih gue fine-fine aja."

Mendengar itu, Regan menjadi semakin panik. Pemandangan itu dilihat oleh Langit dan Arkan di pintu kantin.

"Ternyata masih banyak yang nggak tau kalo Kana sama Regan berhubungan, ya!" ucap Arkan pada Langit.

"Lagipula buat apa mereka tau? Regan siswa pindahan jadi memang wajar banyak yang nggak tau!" balas Langit dengan nada malas.

Walaupun Arkan sudah tidak mengganggu Kara, tetapi dia sering memandangi gadis itu dengan diam-diam.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!