Setelah membantu Agnes, Kairos pun pergi. Sebelum pergi, Kairos menasihati Agnes untuk berhati-hati dan menghubungi polisi kalau diperlukan. Agnes menatap kepergian Kairos dengan tatapan mata sendu. Sikap Kairos yang sekarang sangat bertolak belakang dengan yag dulu. Sekarang Kairos terkesan dingin dan acuh tak acuh. Meski hatinya tetap lemah kepada siapapun yang tidak berdaya dan kesulitan. Agnes sadar, ia sudah membuat kesalahan besar yang tidak mungkin dimaafkan Kairos pada masa lalu. Itulah kenapa saat Kairos pergi meninggalkannya, ia hanya bisa diam tanpa mencegah.
"Apa ini yang namanya penyesalan? penyesalan yang selalu datang terlambat," batin Agnes.
Kairos pindah ke meja lain dan memesan secangkir kopi. Tidak ingin pikirannya tertuju pada Agnes, ia menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Kairos mencoba mengirim pesan pada Isobelle, bertanya apakah Isobelle sudah tidur atau belum. Tidak lama pesan balasan datang. Ternyata Isobelle belum tidur karena tidak bisa tidur. Mengeluh matanya seolah tidak ingin dipejamkan. Kairos tersenyum membaca pesan Isobelle, ia menjawab hal yang sama pada Isobelle. Jika ia tidak bisa tidur dan tidak mengantuk sama sekali. Memberitahu Isobelle bahkan ia sedang ada di caffe untuk meminum kopi. Isobelle mengingatkan Kairos untuk tidak terlalu banyak minum kopi, dan harus menjaga kesehatan
Kairos tersenyum, "Dia memang menyebalkan, ya." batin Keiros.
Jemari Kairos terus terus bergerak membalas pesan Isobelle. Baru saja pesannya terkirim, ia mendapatkan panggilan dari Isobelle. Kairos langsung menerima panggilan Isobelle dan berbincang.
"Kamu ini memang keras kepala, ya. Dasar ... " gerutu Isobelle di ujung panggilan.
"Haha ... kamu baru tahu sekarang setelah hidup bersamaku berbulan-bulan? aku bukannya keras kepala, tapi ... " kata-kata Kairos dipotong oleh Isobelle.
"Tidak ada tapi-tapian. Kamu keras kepala itu fakta. Terkadang aku sulit menerka pikiranmu dan bingung dengan sikapmu yang kadang berubah sesuai kehendak hatimu. Sayangnya kamu suami dan Papa yang bertanggung jawab, jadi aku tidak bisa banyak mengomel lagi." sela Isobelle mengomel.
Kairos tersenyum, "Ya, apa katamu saja. Baiklah, aku akam kembali ke Hotel dan mencoba tidur. Kamu juga cobalah memejamkan mata," kata Kairos.
"Ya. Aku mau melihat Sean dulu, lalu tidur. Dahh ... " kata Isobelle.
Kairos mengakhiri panggilan. Ia masih menatap layar ponselnya. Ternyata Kairos kembali mengirimi Isobelle sebuah pesan.
Di meja lain Agnes tampak memperhatikan Kairos. Ia memegang erat plaster yang dibeli Kairos untuknya. Entah mengapa ingin rasanya ia berlari, lalu berlutut meminta maaf pada Kairos, tetapi itu tidaklah mudah. Ada rasa malu, sedih, menyesal dan kecewa pada diri sendiri. Agnes berpikir seharusnya ia tidak bertindak diluar batas saat masih bersama Kairos. Agnes juga bertanya-tanya, apakah Kairos sudah memiliki kekasih? atau bahkan sudah menikah. Membayangkan itu Agnes mengernyitkan dahi. Ia merasa sesak tidak bisa bernapas. Tidak beberapa lama ia melihat Kairos pergi. Agnes memanggil pelayan hendak membayar minumannya. Pelayan datang mendekat dan berkata, jika minuman Agnes sudah dibayar dan memberikan sebuah catatan. Agnes menerima catatan tersebut, lalu membacanya. Ternyata Kairos memberinya pesan, agar Agnes lebih bisa menjaga diri. Mencari pasangan yang bisa mengontrol emosi, terlebih tidak ringan tangan. Membaca pesan Kairos, tanpa sadar Agnes menangis. Air matanya deras mengalir membasahi kedua pipinya.
***
Kairos menghadiri sebuah acara didampingi Joel. Penyelenggara acara menyambut baik kedatangan Kairos. Mereka lantas bercakap-cakap, saling bertanya kabar dan pekerjaan masing-masing. Tidak lama dua orang masuk dan menyapa penyelenggara acara. Dua orang itu tidak lain adalah Agnes dan kekasihnya. Pandangan terkejut ditujukan pada Kairos dari Agnes dan kekasihnya.
"Kairos ... bagaimana bisa dia di sini?" batin Agnes.
"Bedebah ini, kenapa?" batin kekasih Agnes.
Kekasih Agnes tidak menyangka akan bertemu kembali dengan Kairos setelah semalam mereka beradu mulut. Keduanya lantas berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Pria itupun terkejut, saat tahu Kairos adalah pembisnis yang memiliki nama sekaligus pemilik Hotel tempatnya menginap.
" Tuan James, perkenalkan, beliau adalah Kairos Abarm. CEO A& grup sekaligus pemilik A& Hotel." kata penyelenggara acara memperkenalkan Kairos pada kekasih Agnes.
Agnes dan kekasihnya langsung terkejut. Terutama Agnes. Ia tidak tahu, jika Kairos merupakan salah satu dari tiga keluarga konglomerat yang namanya tidak asing di telinganya.
"Jadi dia ... ah, tidak mungkin." batin Agnes.
"Apa? Ah, ha-hallo, Pak. Saya Eddy James. Perwakilan dari perusahaan Ed-electronic. Senang bertemu langsung dengan Anda," kata Eddy.
"Oh, ya. Senang bertemu Anda, Tuan James." jawab Kairos tanpa ekspresi. Sekelibat Kairos melirik ke arah Agnes yang ada di samping Eddy.
"Sial! ternyata dia bukan orang sembarangan. Pantas saja tatapan dan ucapannya langsung bisa mengintimidasi lawan bicara. Aku harus bersikap baik, jika ingin mendapatkan proyek baru itu, kan." batin Eddy.
"I-itu, Pak. Soal semalam, saya minta maaf. Bapak menerima permintaan maaf saya, kan? saya mabuk karena terlalu banyak minum. Jadi ... " kata-kata Eddy terhenti dan disela oleh Kairos.
"Ya, tidak apa-apa. Saya permisi dulu, karena masih harus menyapa orang lain. Permisi," jawab Kairos yang langsung pergi.
Eddy pun hanya bisa diam mematung. Ia berpamitan dan menarik tangan kekasihnya ke sudut ruangan. Di sana Agnes ditegur oleh James. Kekasihnya itu bertanya apa hubungan Agnes dan Kairos? lalu Agnes pun menjawab kalau Kairos adalah teman sekolahnya. Kekasih Agnes tampak antusias, pasalnya ia memang harus berurusan dengan Kairos demi kelancaran bisnisnya. Ia pun berpikir untuk lebih dekat dengan Kairos lewat Agnes.
"Ini kesempatanku mendapatkan kepercayaan Papa. Jika aku berhasil membawa A& sebagai investor, aku bisa mewarisi perusahaan. Aku harus mendekati pria itu. Ya, dengan bantuan Agnes tentunya." batin Eddy.
***
Setelah beberapa saat Kairos disibukkan menyapa banyak orang. Kairos bertanya tentang jadwalnya pada Joel.
"Apa jadwal setelah ini, Joe?" bisik Kairos.
Joel memeriksa ponselnya, "Tidak ada, Pak. Acara ini adalah kegitan terakhir Anda. Besok kita bisa kembali," jawab Joel.
Kairos tersenyum setelah tahu ia sudah tidak lagi memiliki jadwal. Ia memutuskan pulang setelah selesai acara.
"Tidak perlu menunggu besok. Sekarang saja," kata Kairos.
"Ya? sekarang? apa Bapak tidak apa-apa? ma-maksud saya, Bapak tidak kelelahan?" tanya Joel khawatir. Pasalnya sejak pagi Kairos sudah sibuk.
"Tidak masalah. Bukankah kita punya dua supir, kamu pun bisa istirahat di bangku penumpang bersamaku." jawab Kairos.
"Bukan itu maksud saya. Hanya saja saya khawatir akan kesehatan Anda." sahut Joel.
"Tidak apa-apa. Aku bisa menahannya. Lebih baik segera pulang dan istirahat," jawab Kairos.
Rupanya Kairos sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah. Ia ingin segera bertemu Sean dan Isobelle. Ia juga ingin bermain dengan Sean. Kairos memberitahu Joel untuk bersiap-siap setelah acara usai, karena akan langsung pulang tanpa kembali ke Hotel.
Kairos menyapa beberapa orang lainnya yang ia kenal untuk kali terakhir. Sebagai seorang pembisnis, ia perlu melakukan sosialisasi agar bisa mengenal juga mengetahui, yang mana kawan dan yang mana lawan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments