Kembali di mana Kairos sedang menerima panggilan dari sang Papa. Ternyata Papanya ingin Kairos cepat-cepat menikah, bahkan menawari Kairos untuk dijodohkan.
" ... apa maksud Papa? Aku tidak mau menikah, Pa." kata Kairos dengan wajah kesal.
"Mau sampai kapan kamu terus begini, Kai? jangan katakan kamu tidak akan menikah sampai Papa dan Mamamu nantinya masuk ke peti mati," kata Papa Kairos. Sengaja membuat Kairos dilema.
"Coba temui saja wanita yang Papa akan kenalkan padamu. Semua pilihan Papa pasti adalah yang terbaik, Nak." lanjut Papa Kairos berbicara, sambil memberikan penjelasan.
"Kai mohon, Pa. Jangan terus mendesak seperti ini. Jika memang harus menikah, aku akan menikahi wanita yang kucintai. Bukan dengan wanita-wanita yang Papa jodohkan denganku." jawab Kai menolak tegas permintaan Papanya.
"Hahhh ... (hela napas Papa Kairos) baiklah kalau begitu. Asalkan kamu menikah tahun ini, Papa tidak akan menjodohkanmu lagi. Kalau kamu belum juga menikah, jangan salahkan Papa terus memaksamu," ucap Papa Kairos memperingatkan.
Panggilan pun berakhir, Kairos teediam masih dengan memegang ponsel. Ia mengernyitkan dahi mengingat kata-kata yang terakhir diucapkan Papanya.
"Rupanya Papa tetap tidak mau menyerah, ya. Aku tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk kencan buta. Agar tidak didesak, maka aku harus menikah. Menikah ... menikah ... ahh, iya. Sepertinya aku bisa mengatasi masalah ini," batin Kairos.
Itulah kenapa Kairos langsung terpikirkan menikah dengan Isobelle. Tentu saja bukan pernikahan sungguhan, karena ia tidak mencintai Isobelle. Ia hanya ingin salah satu pihak tidak dirugikan, baik itu pihaknya ataupun pihak Isobelle. Keduanya memiliki hak yang sama dan lebih baik untuk keduanya bekerja sama. Meski sempat ragu, apakah keputusannya benar, Kairos ingin mencoba. Ternyata tawarannya diterima Isobelle, ia pun merasa lega sekaligus bersalah karena terkesan memanfaatkan Isobelle demi kepentingannya sendiri.
***
Kairos membawa Isobelle dan Sean ke sebuah rumah. Melihat isi rumah yang rapi dan bersih, membuat Isobelle takjub. Ia tidak menyangka tempat tinggal seorang pria bisa begitu rapi dan bersih. Kairos mengatakan pada Isobelle untuk tidak canggung tinggal di rumahnya. Meminta Isobelle menganggap rumahnya seperti rumah Isobelle sendiri.
"Wah ... " gumam Isobelle terpukau dengan keindahan rumah Kairos.
"Mulai sekarang kamu dan Sean akan tinggal di sini. Anggap saja seperti rumahmu sendiri. Hmm ... aku tidak mempekerjaka Asisten rumah tangga, ataupun supir pribadi. Jadi ... " gumam Kairos mesasa tidak enak.
"Itu bukan masalah. Aku bisa bersih-bersih dan mamasak, juga melakukan pekerjaan rumah. Kamu tidak perlu khawatir," sahut Isobelle.
Kairos terkejut, "Ah, itu ... maksudku bukan seperti itu. Seminggu dua kali aku akan memanggil orang untuk membersihkan rumah. Untuk pakaian juga makan biasanya memang aku mencucinya sendiri dan memasak sendiri. Hanya saja, aku pikir kamu akan kesulitan kalau melakukan itu semua. Apa perlu memanggil Asisten?" jelas Kairos sekalian menawari Isobelle untuk dicarikan Asisten rumah tangga.
"Ti-tidak perlu. Begini saja cukup. Oh, ya ... kamarku di mana?" tanya Isobelle.
"Ayo, aku antar ke kamarmu." ajak Kairos.
Isobelle lantaa berjalan mengikuti Kairos. Setelah mengantar Isobelle ke kamar, Kairos lantas pergi meninggalkan Isobelle agar bisa beristirahat bersama Sean.
***
Setelah memberikan susu dan menidurkan Sean, Isobelle pergi ke luar kamar untuk mengambil air minum. Melihat Isobelle, Kairos pun mengajak Isobelle ke ruang kerjanya. Ia ingin menyampaikan beberapa hal terkait kontrak pernikahan mereka.
Di ruang kerja Kairos, Isobelle dan Kairos membahas tentang kontrak. Kairos yang teliti, menulis detail isi perjanjian dengan poin-poin yang diajukan Isobelle sebelumnya. Begitu membuka dokumen yang dipengangnya, Isobelle langsung melebarkan mata bulatnya. Tidak hanya persyaratan yang diajukannya saja, ada beberapa hal penting yang juga ditulis oleh Kairos. Melihat ekspresi tak biasa dari Isobelle, membuat Kairos bingung.
"Ada masalah?" tanya Kairos.
Isobelle menggelengkan kepala, "Tidak ada. Aku hanya terkejut, kamu memasukan semua persyaratanku." jawab Isobelle.
"Persyaratan kita kurang lebih sama. Jadi tidak ada masalah untukku. Bacalah dan katakan kalau ada kurangnya. Aku akan langsung merevisinya." kata Kairos.
Isobelle membaca isi kontrak dengan seksama sesuai arahan Kairos. Ia merasa tidak ada yang perlu diperbaiki karena ia tidak keberatan dengan semua poin-poinnya.
"Aku rasa ini sudah cukup," kata Isobelle.
Kairos menjelaskan isi kontrak dengan baik meski canggung. Ia berharap Isobelle bisa memahami maksudnya. Di sini Isobelle menyadari sesuatu, jika Kairos adalah seseorang yang sangat teliti dan serius. Setelah mendengar penjelasan Kairos, Isobelle menandatangani kontrak tersebut. Begitu juga Kairos. Masing-masing dari mereka mendapatkan salinan kontrak untuk disimpan. Mereka lantas berjabat tangan sebagai rasa hormat dan terima kasih.
"Mari kita bekerjasama untuk merawat dan membesarkan Sean, Kai." kata Isobelle.
"Ya, terima kasih sudah mau bekerja sama, Isobelle." jawab Kairos.
"Kalau begitu, aku kembali ke kamarku dulu. Aku masih mau merapikan barang-barangku." pamit Isobelle ingin pergi.
"Ya, silakan. Kalau butuh apa-apa katakan saja langsung padaku," kata Kairos.
Isobelle mengangguk dan tersenyum cantik pada Kairos. Ia pun pergi meninggalkan ruang kerja Kairos.
Kairos menatap dokumen kontrak yang baru saja ia dan Isobelle tanda tangani. Diusapnya dokumen itu sembari ia menghela napas lega.
"Apa tidak apa-apa seperti ini? hahh ... " guman Kairos.
***
Dikamar, Isobelle sedang merapikan barang-barangnya. Ia sempat menghentikan kegiatannya untuk memberikan susu pada Sean yang terbangun. Melihat Sean yang tampan rupawan, membuatnya teringat akan sang Kakak.
"Kak, apa kamu melihatnya? anakmu sangat tampan. Matanya seperti matamu," batin Isobelle mengusap kepala Sean.
"Sayang ... tumbuhlah sehat dan kuat. Jadilah anak hebat nantinya," kata Isobelle berbisik ditelinga Sean.
Ponsel Isobelle di atas nakas bergetar. Isobelle mengambil dan melihat layar ponselnya. Ian mendapat panggilan dari Managernya, Joshua.
"Ya, Jo ... " jawab Isobelle.
"Hallo, Isobelle. Kamu sibuk? ada waktu bicara denganku tidak?" tanya Joshua.
"Ya, aku senggang sekarang. Ada apa?" tanya Isobelle.
"Ada tawaran syuting iklan dan pemotretan. Aku tidak bisa menjawab keingintahuan mereka, tetapi aku meminta mereka menunggu kabar darimu. Bagaimana?" tanya Joshua menunggu kepastian.
"Bisa kamu kirimkan naskahnya? biar aku lihat," jawab Isobelle.
"Ada banyak tawaran sebenarnya. Hanya saja aku memilih beberapa yang aku kira cocok untukmu. Nanti akan aku kirim naskahnya. Lihat saja dulu," jelas Joshua.
"Begitukah? Hm ... ok, akan aku lihat setelah kau mengirim naskahnya." jawab Isobelle.
"Aku sedang dalam perjalanan menemui Pak Direktur. Sudah dulu, ya." kata Joshua ingin segera mengakhiri panggilan.
"Ya, hati-hati. Dahh ... " sahut Isobelle.
Joshua pun mengakhiri panggilannya dengan Isobelle. Isobelle menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan napasnya perlahan. Ia menatap langit-langit kamarnya. Tidak lama pandangannya teralihkan. Ia kembali memandangi Sean yang terlelap tidur sambil minum susu di botol. Senyum cantik Isobelle mengembang. Ia senang ada Sean di sisinya, ia masih tidak percaya ia akan merawat Sean untuk seterusnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🦈Bung𝖆ᵇᵃˢᵉ
lanjut lagi
2023-01-23
0