Isobelle sedang sibuk menyiapkan sarapan. Ia melihat Kairos keluar dari kamar dan berjalan mendekatinya.
"Hai, Kai. Selamat pagi," sapa Isobelle meletakan hidangan di atas meja makan.
Kairos menatap Isobelle, "Hai, selamat pagi. Tidurmu nyenyak?" tanya Kairos.
Isobelle menganggukkan kepala, "Ya, sangat nyenyak. Sean juga terlelap," jawab Isobelle.
Kairos melihat Sean yang tertidur di box bayi yang diletakkan di ruang tengah tidak jauh dari meja makan. Ia pun berjalan mendekati box. Senyum Kairos mengembang, ia mengelus kepala dan mengecup pipi Sean.
"Selamat pagi sayang. Apa kamu senang?" tanya Kairos pada Sean yang menatapnya.
"Tentu saja senang. Dia pasti senang punya Papa hebat dan sebaik kamu, Kai. Bukan begitu, Sean?" sahut Isobelle yang tiba-tiba muncul di samping Kairos.
Sean tersenyum cerah. Seakan setuju dengan ucapan Isobelle. Kairos mengusap pipi Sean, lalu tangan Sean. Samar-samar ia teringat akan Adik kesayangannya.
Isobelle menepuk lengan Kairos, "Sebaiknya kamu mengisi perutmu dulu. Aku sudah siapkan makanannya di meja." kata Isobelle.
"Oh, ya. Terima kasih. Kamu tidak makan?" tanya Kairos.
"Makanlah dulu, aku mau mengganti pakaian Sean dulu. Dia berkeringat," jawab Isobelle.
"Perlu bantuan?" tanya Kairos menawarkan bantuan.
"Tidak perlu. Makanlah dulu, aku menyusul setelah ini." jawab Isobelle.
Kairos pergi mendekati meja makan. Menarik kursi dan duduk. Ia sempat memperhatikan Isobelle yang tengah sibuk mengganti pakaian Sean. Tidak lama setelahnya Isobelle menyusul Kairos. Duduk di samping Kairos.
"Kai ... boleh aku minta tolong?" tanya Isobelle tanpa basa-basi.
"Ya, katakan apa yang kamu perlukan." jawab Kairos.
"Begini ... aku akan mulai aktif bekerja mulai lusa. Aku harap kamu mau membantuku mencari pengasuh untuk Sean. Selama aku bekerja, harus ada seseorang yang ada di sisi Sean, kan?" jawab Isobelle menjelaskan keinginannya.
Seperti isi perjanjian kontrak, Isobelle harus meminta izin pada Kairos, jika ingin melakukan sesuatu. Saat liburnya usai dan ingin kembali bekerja, Isobelle meminta Kairos mencarikan Bibi pengasuh untuk bergantian mengasuh Sean selagi ia pergi kerja.
Tanpa bahyak bicara, Kairos mengiakan permintaan Isobelle dan segera meminta Joel mencari beberapa orang yang bisa diandalkan dalam mengasuh bayi lewat pesan singkat.
Isobelle berterima kasih. Ia senang Kairos tidak mengekang pekerjaannya dan menuntutnya banyak hal. Kairos menegaskan, meski keduanya menikah, tetap saja memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
"Terima kasih, Kai." kata Isobelle senang.
"Ya, sama-sama. Kamu punya hak untuk melakukan apa yang ingin kamu lakukan. Bekerjalah, jika itu keinginanmu. Aku merasa bersalah, kalau kamu harus berdiam diri di sini. Terima kasih karena kamu sudah mau menerima tawaran untuk menikah denganku. Berkatmu aku terselamatkan dari desakan Papaku." jawab Kairos
Tanpa sadar Kairos kelepasan bicara dan mengatakan terima kasih karena Isobelle sudah mau membantunya. Berkat Isobelle, ia tidak lagi khawatir akan diminta datang ke perjodohan. Isobelle kaget, ia lantas bertanya. Apa maksud ucapan Kairos.
"Tunggu ... apa maksud ucapanmu? apa ini artinya kamu mencari keuntungan dariku?" tanya Isobelle.
Tidak bisa menutupi kebenaran, Kairos akhirnya berbicara. Ia sebenarnya menikahi Isobelle demi menghindari perjodohan, bukan hanya karena Sean. Alasan demi Sean hanyalah umpan agar Isobelle mau menerima tawarannya, karena bagaimanapun, Isobelle terlihat tidak mau kehilangan Sean.
"Aku minta maaf, Isobelle. Aku tidak bermaksud memanfaatkanmu atau mencari keuntungan. Sungguh," ucap Kairos.
Akhirnya Isobelle mengerti, perasaan mengganjal apa yang dipikirkannya sejak menerima tawaran Kairos. Ternyata semua tak hanya demi Sean, tetapi demi hal lain juga.
"Aku mengerti. Intinya kamu melempar baru dan tepat mengenai dua burung. Benar, kan?" kata Isobelle menyindir Kairos.
"Maafkan aku. Aku bersalah," kata Kairos.
Kairos meminta maaf. Ia tidak bermaksud memanfaatkan Isobelle, tetapi juga tidak bisa mengatakan yang sejujurnya karena takut tawarannya ditolak.
Meski kesal Isobelle mencoba memahami keadaan Kairos. Ia mengatakan pada Kairos untuk bicara jujur lain waktu, mengingat keduanya sekarang bukanlah orang asing. Suami-istri harus saling jujur dan saling percaya. Meski pernikahan mereka hanya hitam diatas putih.
"Ya, baiklah. Kali ini aku memaafkanmu. Lain kali tolong kamu bicara jujur padaku, apapun itu. Kita itu suami-istri meski pernikahan ini hanya berlandaskan kontrak. Bukankah pasangan seperti kita harus saling jujur dan terbuka?" kata Isobelle manatap Kairos.
Keiros merasa tidak enak. Ia kembali meminta maaf sembari menundukkan kepala. Ini pertama kalinya ia merasa bersalah telah melukai hati seseorang. Isobelle hanya diam, ia berdiri dari posisi duduknya dan menghampiri box tempat tidur Sean. Isobelle menggendong Sean dan membawa Sean ke kamar.
Kairos menatap kepergian Isobelle sampai menghilang dibalik dinding dengan wajah sedih. Kairos tahu Isobelle kesal padanya, meski tidak menunjukkannya secara langsung. Ia sungguh menyesal, seharusnya ia menceritakan semua pada Isobelle. Tentang niatannya. Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Mau tidak mau hanya bisa menikmati bubur itu, meski tak suka dengan rasanya. Kini Kairos hanya perlu mengutarakan ketulusannya agar bisa berbaikan dengan Isobelle.
***
Di kamar. Isobelle diam-diam menatapi wajah Sean yang terlelap tidur. Sejujurnya ia sedikit kecewa dan kesal sudah dimanfaatkan oleh Kairos. Andai saja Kairos jujur padanya sejak awal, mungkin hatinya tak kan sesakit sekarang. Isobelle menggerutu dengan memasang wajah muram.
"Menyebalkan sekali. Seharusnya dia bilang sejak awal, kalau membutuhkanku untuk perisai. Bukan malah beralasan tentang Sean." batin Isobelle.
Isobelle duduk di tepi tempat tidur. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas. Ada sebuah pesan dari Joshua. Isobelle membaca pesan itu dan dahinya langsung berkerut. Dengan cepat jemari Isobelle menekan kontak Joshua untuk dihubungi. Panggilan pertama Isobelle tidak dijawab. Ia pun kembali mengulang memanggil Joshua dan akhirnya tersambung.
"Hallo, Isobelle ... " panggil Joshua di ujung panggilan.
"Apa benar ada orang yang mencariku? kamu tahu siapa orang itu, Jo?" tanya Isobelle.
"Seperti pesan yang ku kirim padamu. Seseorang itu hanya menyampaikan sebuah surat yang diberikan orang asing padanya. Siapa orangnya dia tidak tahu, karena orang itu tidak memperkenalkan diri." jawab Joshua menjelaskan.
"Apa dia Alexander?" gumam Isobelle.
"Bisa iya, bisa tidak. Kita tidak tahu identitasnya," sahut Joshua.
"Kamu baca suratnya? apa isi suratnya?" tanya Isobelle lagi.
"Aku belum membukanya. Apa aku perlu membukannya untukmu?" tanya Joshua.
"Tidak, tidak. Berikan saja padaku. Bisakah kamu kirim surat itu padaku?" tanya Isobelle.
"Tentu bisa. Aku akan ke tempatmu setelah selesai rapat dengan Pak Direktur." jawab Joshua.
"Ok, terima kasih, Jo." ucap Isobelle.
Isobelle pun mengakhiri panggilannya. Ia meletakkan ponselnya di tempat tidur dan sibuk berpikir. Isobelle penasaran, siapa orang yang mengiriminya surat misterius. Ia menduga itu adalah ulah mantan kekasihnya yang gila.
"Apa benar itu Alexander? bagaimana bisa dia menemukanku?" gumam Isobelle mengernyitkan dahi.
Isobelle menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak. Selama aku belum membaca suratnya dan yakin, jika itu tulisan Alex, aku tidak boleh berburuk sangka. Lebih baik mulai sekarang aku harus waspada. Bisa saja hal tidak terduga terjadi," batin Isobelle.
Isobelle berdiri dari posisi duduknya, lalu memindah ponselnya ke nakas. Ia menyelimuti Sean dan meninggalkan Sean untuk pergi mandi. Ia ingin berendam air hangat agar pikirannya kembali jernih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Rubyj
cerita menarik bikin penasaran ☺️
2023-01-28
2