Sampai sekali waktu Andari menarik nafas dan melirik kepada dr Barry yang ternyata sedang memandang Dirinya tanpa berkedip Andari menjadi tertegun dan mengangguk sambil tersenyum.
Dr Barry juga merasa kaget saat dirinya sedang menikmati wajah Andari yang menunduk fokus pada layar komputer, dirinya dengan bebas mengamati raut muka yang seperti pernah di sentuhnya.
Andari memberikan keterangan dan sedikit diskusi dengan Si Ikal sambil menunjuk layar komputer dan Si Ikal kelihatan mengangguk dan malah mengacungkan jempolnya.
Andari cepat tanggap dan menyerap sedikit tutorial yang di bukanya membuat Si Ikal bertambah kagum kalau Andari bukan orang seperti dirinya, jelas Andari sangat mahir dan biasa berhadapan dengan benda elekronik terlihat tangannya begitu lincah dan bisa menangkap apa yang di carinya secara spesifik dan umum.
Andari merasa cukup pencariannya hari ini dan Andari telah mempelajari satu rangkaian aksesoris yang dibikin secara sederhana tetapi dipadukan menjadi sesuatu yang sangat elegan.
Berbagai bahan baku dari mulai yang sederhana dan mahal juga dari bahan limbah semua menjadi daya tariknya dan telah menjadi pemikirannya juga menjadi bahan referensi.
"Gimana Bu Andari menemukan sesuatu yang di cari?" ucap dr Barry sambil menghampiri Andari yang masih duduk bersama Si Ikal di depan komputer.
"Alhamdulillah dok, walau Aku baru melihatnya sepintas tetapi sedikit demi sedikit bisa mempelajarinya memang tidak harus secara mendetail tetapi pengembangannya yang membutuhkan ekspresi dari diri Kita sehingga menjadi sesuatu barang yang beragam dan bervariasi," jawab Andari dengan lugas.
"Syukurlah kalau Aku bisa membantu semoga menjadi hal baru di LP ini punya seseorang yang menyumbangkan ide dan ide itu bisa bermanfaat bagi semua orang yang ada di sini." dr Barry melihat layar komputer Andari belum meng close semuanya.
"Semoga dok, terimakasih atas bantuannya," jawab Andari dengan sopannya. Sedikit bergeser duduknya sambil membenahi kerudungnya.
"Jangan bilang terima kasih Aku tidak memberikan apapun padamu Bu Andari komputer itu bagian dari klinik ini, bagi siapa saja yang membutuhkan dan untuk sesuatu hal yang sangat bermanfaat sudah selayaknya Aku memberikan fasilitas walaupun itu di luar kewenangan Aku karena komputer itu khusus untuk keperluan klinik ini bukan untuk keperluan lain."
"Tapi tetap dokter yang telah memberikan kesempatan dan memfasilitasi juga ruang yang begitu baik pada Kami sekali lagi terimakasih. Kami hanya orang buangan yang mencoba memperbaiki diri dan juga berharap bisa mengerjakan hal-hal yang bermanfaat sebagai bekal Kami nanti setelah bebas," ucap Andari sambil melirik pada Si Ikal di sambut dengan senyum dan anggukan Si Ikal.
"Jangan bilang begitu, semua orang tak ada yang menginginkan berada di sini. Banyak faktor yang membuat kita berada di sini," ucap dr Barry sekali lagi melirik wajah yang tak bosan dirinya pandang.
Andari mengangguk juga dr Barry mengangguk sambil tersenyum. Andari merasa senyum itu begitu tulus, mungkin begitu harusnya sebagai bagian dari tenaga kesehatan, tapi dr Barry yang kini berdiri di samping dirinya duduk Andari baru menyadari ada sorot mata lain yang Andari rasakan. Tatap mata teduh dan penuh pengharapan walau Andari terlalu dini untuk menyimpulkan semuanya.
Merasakan jantungnya yang berdegup sedikit tak beraturan dr Barry mencoba tenang di dekat Andari dan bersikap sangat biasa tapi Si Ikal senyum-senyum saja karena mengerti dan melihat mata adalah jendela hati seseorang.
"Bu Andari kalau masih butuh komputer untuk lebih memperdalam apa yang Ibu Andari inginkan setiap waktu pintu klinik ini sangat terbuka, silahkan saja. Mungkin di laptopku juga begitu mudah Bu Andari bisa browsing di mana saja, di ruangan kerjaku juga boleh tetapi mungkin perlu izin untuk membawa barang elektronik ke dalam kamar sel Ibu Andari," ucap dr Barry sambil mengangguk.
"Waduh, sepertinya sambutan baik bagi Kami semua dok. Di beri ruang di sini juga sudah banyak terimakasih dan Alhamdulillah banget dokter," jawab Andari hatinya begitu senang dan bersyukur seperti di beri jalan untuk merealisasikan harapannya.
"Gimana beberapa bulan ada di sini sudah mulai terbiasa?"
"Harus membiasakan diri dok apapun itu. Realitanya seperti ini bukan untuk di sesali tapi di nikmati semoga dengan berkegiatan di sini semua bisa Kami lewati tanpa terasa, Alhamdulillah semua teman satu kamar sudah seperti saudara," jawab Andari sambil melirik temannya Si Ikal yang dari tadi ada menemani di situ.
Dr Barry mengangguk memperlihatkan begitu setuju dengan pemikiran Andari.
"Kalau mau ke sini habis jam makan siang atau di waktu jam bebas, Aku selalu standby di sini kalau komputer ini lagi di pakai masih ada laptopku kalau untuk dipergunakan di sini boleh saja."
Andari tak mampu berucap saking senangnya. Fasilitas yang di berikan dr Barry lebih dari cukup dengan sikap baik dan bersahabat, menyambut semua ide Andari dan mendukung sebisanya itu adalah bentuk perhatian yang memang Andari mulai rasakan.
Dalam sepintas pandangan siapa yang tidak mau dengan seorang dr Barry dengan statusnya seorang duda yang sangat kharismatik ditinggal meninggal Istrinya tanpa anak pula. Sedang profesi seorang dokter adalah profesi yang sangat mulia dan juga mempunyai kedudukan dan strata tinggi di mata sosial masyarakat, bahkan banyak anggapan di masyarakat menyekolahkan anak di fakultas kedokteran kalau seorang anak perempuan tidak mengharuskan menjadi seorang dokter tetapi minimal bisa mencari jodoh seorang dokter.
Tampan, dengan postur tinggi dan badan sedang dengan kulit putih juga profesi yang begitu menjanjikan masa depan yang tak kekurangan. Tapi kenapa dr Barry begitu lama untuk bisa keluar dari kesendiriannya?
"Baik dok, sekali lagi terimakasih dan Kami pamit dulu," ucap Andari membuyarkan lamunan dr Barry.
"Oh, eh iya Bu Andari silahkan nanti Aku bantu mencarikan ide dan referensi juga siap tahu ada yang lebih baik dan mudah juga murah bahan yang perlukannya."
"Iya dok makasih ya, jadi ngerepotin. Jangan kapok ya!"
Andari berdiri setelah mematikan komputer.
"Aku nggak merasa di repotin kok, senang bisa ngobrol di sini," sahut dr Barry tanpa sadar tangannya mengusap sebelah bahu Andari.
Andari juga merasa kaget, saat dr Barry meminta maaf atas kelancangannya, tapi Andari menanggapinya dengan anggukan dan senyuman membuat dr Barry merasa lega dan tertawa menyadari kesalahannya.
Memandang punggung Andari yang berlalu diantar sampai pintu keluar klinik ada yang bergetar di dalam hati dr Barry, ngobrol begitu dekat, saling bicara dan saling tersenyum. Hari ini dr Barry begitu puas memandang wajah Andari yang terasa itu adalah miliknya yang kini telah kembali.
Rasa yang sekian lama di pendam menjadikan kerinduan yang tak berujung kini mulai terusik kembali dari tidur panjangnya di nina bobokan kenangan dan ingatan pada Istrinya yang telah tenang di alam sana.
Kehadiran Andari yang selalu menghias mengisi relung hatinya menyentuh angan dan pandangan matanya membangkitkan satu harapan dan semangat baru pada dr Barry.
Andari yang mirip dengan mendiang Istrinya Bunga bukan suatu kebetulan tapi itu di rasa dr Barry adalah suatu anugrah untuk menyadarkan dirinya kalau masa depannya harus tetap berjalan tidak berhenti sampai di sini dan kenangan itu tak lantas dibawa bersama kehidupan Bunga mendiang istrinya yang kini telah tiada.
*******
Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
Andari semoga segera melewati masa tersulit dapat remisi mungkin dari tahanan menjadi relawan dan sebutan nyonya Barry segera terealisasi
2023-02-15
2