Makan siang Andari

Ayo Cantik kita keluar lihat Sipir Hilda sudah gemerincing tuh, Kita makan siang pertamamu di sini!" ajak Si Ikal sambil berdiri saat sipir Hilda telah membuka kunci gembok dan memberikan satu bungkusan mungkin seragam pada Andari.

Andari antusias ingin tahu suasana makan dan bertemu dengan tahanan lainnya.

Semua keluar melenggang dengan santai, Andari telah memakai seragam barunya yang berwarna Abu-abu dengan tulisan besar di belakangnya yang tak ingin Andari baca.

Penjagaan Sipir memang longgar hanya petugas dapur yang sibuk melayani semua warga binaan yang mengantri karena telat sedikit mungkin tak kebagian.

Makan siang bagi semua warga binaan adalah hal yang sangat ditunggu apalagi bagi yang jarang ditengok dikunjungi keluarga dan tak memiliki uang lebih untuk bisa membeli yang mereka butuhkan, sekedar makanan kecil pengganjal perut atau kebutuhan lainnya, satu-satunya sumber makanan dan tenaga dari dalam itu dengan waktu yang telah ditentukan.

Andari masuk di antrian yang panjang, dalam hatinya semua orang seakan memandang dirinya, padahal mungkin tidak, itu hanya perasaan Andari saja karena berada di situ adalah pengalaman pertamanya.

Menu kali ini lumayan memenuhi syarat gizi, ada tumis sayur hijau, telor, dan satu gorengan juga satu gelas teh tawar hangat.

Andari membawa kotak makanan stainless ringan mengikuti Si Ikal di mana duduknya. Sudah seperti warga binaan lainnya tak perduli pada orang lain yang di lewatinya ada yang sudah makan atau ada yang masih duduk berbenah atau juga masih banyak yang masih berjalan-jalan mencari tempat duduknya.

Dengan berdo'a dulu Andari mulai menikmati makan siangnya, teringat dulu dikantornya setiap jam makan siang selalu dirinya merasa kerepotan memilih apa yang akan dimakannya siang ini, padahal Andari tinggal menyebutkan dan OB akan membawakan ke ruangannya, atau kalau senggang Andari bisa makan di rumah makan atau restoran manapun di dekat kantornya atau sekalian keluar bisa makan bersama atasannya dan rekan kerja yang lain.

Kini di hadapannya tersaji makanan yang sangat minimalis, tapi tetap Andari syukuri dan kelihatannya makanan dengan menu sederhana itu begitu menarik apa karena memang lapar?

Baru beberapa suap saja Andari menikmati hidangannya tiba-tiba saja ada satu warga binaan yang sengaja atau tidak sengaja menumpahkan air minumnya ke tempat makan Andari, dan banjir lah kotak makanan itu.

Andari berhenti makan dan menyuap karena makanannya kini semua berkuah. Andari bengong menatap makanannya sudah bercampur dengan air teh mungkin satu gelas tinggi tumpah semua ke situ malah ke bajunya juga basa segala karena meluber.

"Eh, warga baru maaf ya tidak sengaja, Aku terpeleset lihat muka cantiknya! tapi sama saja berkasus kalau di sini!" ucap orang lewat itu sambil tertawa cekikikan diikuti temannya, mungkin teman satu kamarnya.

Si Ikal berdiri dengan muka seperti besi di bakar, kelihatan emosi merasa Andari adalah temannya kini tak rela di perlukan seperti itu.

Tinjunya sudah mengepal, tapi Andari tarik duduk kembali sambil meredakan amarahnya.

"Sudah Kak, jangan di ladenin. Semua hanya akan mendatangkan masalah saja biarin, mungkin benar Dia terpeleset." ucap Andari sambil menyimpan kotak makanan ke depan meja yang baru beberapa suap saja dirinya makan.

"Tak ada kata tumpah tanpa sengaja Cantik! itu jelas di sengaja memancing keributan! memang Dia biang onar dan selalu mencari muka dihadapan petugas semua penghuni warga binaan ini sudah tahu sifatnya seperti apa dan kali ini lihat saja pasti aku beri pelajaran!" geram Si Ikal matanya menatap tajam pada satu orang itu yang masih saja cekikikan

"Jangan Kak! jangan ladeni Dia, pokoknya Aku tidak mau kita bermasalah dan menjadi biang keributan."

"Kamu tenang saja Dia memang lebih lama di sini tapi tidak boleh bersikap seperti itu, di sini sama hak kita semua hanya menunggu waktu bukankah selama ini kita dibina untuk menjadi lebih baik?" jawab Si Ikal seperti tersulut amarahnya.

"Memang benar Kita dibina untuk menjadi lebih baik untuk apa mencari onar menjadi biang keributan semua itu hanya membuat diri Kita sendiri tidak nyaman. Makanya dari tadi Aku jelaskan biar Kamu Cantik tidak heran lagi ya beginilah suasana makan siang dimana kita bisa melihat dan bertemu dengan semua penghuni Lapas ini," ujar Si Ikal kelihatan masih geram.

Andari diam, lalu meminum minumannya.

"Makan tuh telurku!"

"Nggak apa Kak, itu bagian Kakak makanlah Aku sudah tak lapar lagi," jawab Andari mendorong kembali tempat makan Si Ikal.

Mungkin bagi Si Ikal makanan segitu masih kurang melihat dari postur tubuhnya yang lumayan gemuk, tapi Andari kagum dengan perhatian dan solider pada dirinya yang mungkin dianggapnya sudah selayaknya teman baginya.

Si Ikal makan siangnya tidak tertelan masuk ke perutnya, karena emosi dan kelihatan menyudahi makannya tanpa menghabiskannya.

"Lihat saja nanti akan Aku beri pelajaran tuh cewek ganjen sok artis itu!"

"Jangan Kak, biarkan saja buat apa? malah kita nanti yang meladeni Dia yang jadi biang onar dan keributan," sahut Andari merasa cemas saja. Takut Dirinya di situ warga baru tapi sudah menjadi pusat perhatian bukan karena hal baik tapi jadi biang keributan.

Andari berusaha menahan Si Ikal demi tidak menjadi biang onar apalagi dirinya baru saja menjadi warga baru di situ.

Tahanan 007 tertawa sama temannya, senang kelihatannya telah mengerjai Andari.

"Itu kamar sebelah kita Cantik! Aku tidak tahu namanya mungkin Si Julid, Si jelek, Si Iri, Si Judes atau Si Sombong! lalu apa yang bisa di sombongkan di sini? baju seragam ini? cih! Aku ingin menjadikannya lap kalau tidak diwajibkan memakainya!" ujar Si Ikal sambil tertawa sinis, memandang pada tahanan dengan rompi 007 yang tertawa-tawa sambil menikmati makanannya kalau Dirinya berhasil membuat makan siang Andari tak bisa di makan lagi.

Si ikal bangkit tanpa bisa di cegah Andari, berjalan perlahan ke deretan meja di mana tahanan 007 sedang makan dan sesekali bicara lalu tertawa.

Mata Andari tak lepas memandang Si Ikal entah apa yang akan di lakukannya.

Tiba-tiba ada suara jeritan mengaduh dan Si Ikal kelihatan bicara di depan tahanan 007 yang meringis.

"Eh, maaf tidak sengaja makanannya Aku tumpahkan ya! maaf jadi impas ada dua orang hari ini yang tidak bisa makan siang. Sepertinya apa yang Kita lakukan cepat banget mendapat balasannya!" ucap Si Ikal sambil tertawa sarkas, melihat tahanan 007 membersihkan makanan di muka, kepala, dan bajunya karena Si Ikal menumpahkan makanan tepat di kepalanya.

Tahanan lain menyaksikan dengan berbagai ekspresi ada yang diam, senyum, malah banyak yang tertawa, ada yang bertepuk tangan segala mungkin ada hiburan siang itu melihat drama Si Ikal dan tahanan 007.

Si ikal kembali ke arah Andari dan menarik tangannya, entah mengajak kemana. Andari bangkit mengikuti ternyata mereka ke kantin atau koperasi LP Si Ikal membeli roti dan memakannya di situ bersama Andari.

*******

Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️

Episodes
1 Sidang yang tertunda
2 Menangislah jika itu membuatmu tenang!
3 Andari KO
4 Sadar dari pingsan
5 Malam pertama
6 Kembali ke sel
7 Si Ikal jadi teman pertama
8 Makan siang Andari
9 Masih di Bully
10 Andari bagai kenangan lama
11 Hai Cantik!
12 Tertawa lagi
13 Kediaman keluarga Harry Darmawan
14 Berjuta andai
15 Bayangan Andari di mata Nael
16 Agenda harian yang tertinggal
17 Hati dr Barry yang terusik
18 Jangan ucapkan terimakasih
19 Jadi leader
20 Assalamualaikum Bu Andari!
21 Sarapan bersama
22 Kejujuran dr Barry
23 Mau berkunjung
24 Andari!
25 Kunjungan pertama
26 Wangi parfum
27 Teman Netty
28 Pengakuan perasaan
29 Harapan Ibu Rina Darmawan
30 Semangat makan malam
31 Makan malam santai
32 Sikap Nael biasa saja
33 Obrolan dan pertemuan berharga
34 Angan Andari
35 Tidak ada komitmen
36 Menyiratkan suatu
37 Mencoba jujur
38 Relasi yang sudah kenal
39 Netty love
40 Kecewa Ricko
41 Akhirnya ungkapan rasa
42 Jadian walau bukan ABG
43 Kunjungan Yasmin
44 Sikap biasa saja Nael
45 Amanda
46 Pertemuan manis
47 Perhatian dr Barry
48 Titip salam lewat bingkisan
49 Sandaran jiwa
50 Perhatian lain
51 Jujur yang mengusik
52 Mencari jejak seseorang
53 Kakak sama Adik
54 Penolakan Netty
55 Kemuraman Ibu
56 Debat pertama
57 Keinginan Ortu
58 Debat apa diskusi
59 Berpikirlah lagi Nak
60 Keakraban Adik dan Kakak
61 Kangen
62 Ingin memenangkan hatinya.
63 Andari tahu sikap orangtuanya Nael
64 Masih ada asa
65 Kompetitor
66 Bersaing
67 Kesal Monik
68 Assalamu'alaikum dokter!
69 Kunjungan Ibu Rina Darmawan
70 Tafakur Andari
71 Perenungan
72 Hati Andari tak berpaling
73 Pergi dari rumah
74 Kecewa Monik
75 Bimbang Andari
76 Perdebatan
77 Bayangan menghirup dunia luar
78 Kesadaran sahabat
79 Panggilan Bu Yohana
80 Arti kebebasan
81 Nazar bersujud
82 Tak sabar
83 Papa?
84 Mau di lamar
85 Bertemu Atasan masa kerja
86 Tak bertemu Ibu
87 Masih merasa bersalah
88 Selangkah lagi
89 Akhirnya penantian itu datang
90 Aku kini milikmu Mas
91 Darah buat Ibu
92 Senyum bahagia
93 Kebahagiaan
94 Bulan madu
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Sidang yang tertunda
2
Menangislah jika itu membuatmu tenang!
3
Andari KO
4
Sadar dari pingsan
5
Malam pertama
6
Kembali ke sel
7
Si Ikal jadi teman pertama
8
Makan siang Andari
9
Masih di Bully
10
Andari bagai kenangan lama
11
Hai Cantik!
12
Tertawa lagi
13
Kediaman keluarga Harry Darmawan
14
Berjuta andai
15
Bayangan Andari di mata Nael
16
Agenda harian yang tertinggal
17
Hati dr Barry yang terusik
18
Jangan ucapkan terimakasih
19
Jadi leader
20
Assalamualaikum Bu Andari!
21
Sarapan bersama
22
Kejujuran dr Barry
23
Mau berkunjung
24
Andari!
25
Kunjungan pertama
26
Wangi parfum
27
Teman Netty
28
Pengakuan perasaan
29
Harapan Ibu Rina Darmawan
30
Semangat makan malam
31
Makan malam santai
32
Sikap Nael biasa saja
33
Obrolan dan pertemuan berharga
34
Angan Andari
35
Tidak ada komitmen
36
Menyiratkan suatu
37
Mencoba jujur
38
Relasi yang sudah kenal
39
Netty love
40
Kecewa Ricko
41
Akhirnya ungkapan rasa
42
Jadian walau bukan ABG
43
Kunjungan Yasmin
44
Sikap biasa saja Nael
45
Amanda
46
Pertemuan manis
47
Perhatian dr Barry
48
Titip salam lewat bingkisan
49
Sandaran jiwa
50
Perhatian lain
51
Jujur yang mengusik
52
Mencari jejak seseorang
53
Kakak sama Adik
54
Penolakan Netty
55
Kemuraman Ibu
56
Debat pertama
57
Keinginan Ortu
58
Debat apa diskusi
59
Berpikirlah lagi Nak
60
Keakraban Adik dan Kakak
61
Kangen
62
Ingin memenangkan hatinya.
63
Andari tahu sikap orangtuanya Nael
64
Masih ada asa
65
Kompetitor
66
Bersaing
67
Kesal Monik
68
Assalamu'alaikum dokter!
69
Kunjungan Ibu Rina Darmawan
70
Tafakur Andari
71
Perenungan
72
Hati Andari tak berpaling
73
Pergi dari rumah
74
Kecewa Monik
75
Bimbang Andari
76
Perdebatan
77
Bayangan menghirup dunia luar
78
Kesadaran sahabat
79
Panggilan Bu Yohana
80
Arti kebebasan
81
Nazar bersujud
82
Tak sabar
83
Papa?
84
Mau di lamar
85
Bertemu Atasan masa kerja
86
Tak bertemu Ibu
87
Masih merasa bersalah
88
Selangkah lagi
89
Akhirnya penantian itu datang
90
Aku kini milikmu Mas
91
Darah buat Ibu
92
Senyum bahagia
93
Kebahagiaan
94
Bulan madu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!