Perawat itu memandang pada Andari sekan tak percaya atau merasa heran atau apalagi, yang pasti memandang dalam dalam wajah Andari. Andari juga tidak dapat mengartikan pandangan itu apa maksudnya apa lmerasa kenal? entahlah. Andari tak perduli dirinya juga bingung memikirkan kenyataan diri sendirinya.
Atau bingung seorang narapidana bertanya mushola? mungkin saja seperti itu. Anehnya di mana? apa tidak boleh seorang narapidana bertanya dimana mushola?
"Dimana kamar mandi, dan ini jam berapa? kalau mau sholat menghadap mana?" sekali lagi Andari mengulang ucapannya percis yang diucapkannya tadi.
"Apa Anda sudah kuat berjalan? kalau begitu mari ikut Aku." ucap perawat itu ada sedikit sungging di bibirnya.
Andari mencoba turun dari tempat tidur, perawat itu menghampiri Andari mengulurkan tangannya membantu memberi pegangan pada Andari maksudnya, tetapi Andari berusaha sendiri melepaskan semua rasa sakit yang ada di tubuhnya memaksakan diri itulah yang seharusnya di lakukannya.
'Tak ada yang bisa menolong dirimu selain diri sendiri, dan tak ada yang perduli selain diri kita sendiri. Yang membuat hidupmu nyaman di sini adalah uang' itu adalah kata kata Si Ikal salah satu penghuni sel yang Andari ingat, memang begitu adanya tapi sayang Andari tidak memiliki uang, ada sedikit dikasih kemarin sama Si Ikal, tapi malah memicu kekacauan. Kalaupun ada memang Andari tidak membawa lebih dan meminta kepada Kakaknya karena Andari ingin mencoba hidup dari nol walaupun fasilitas mungkin bisa dibeli dan kenyamanan itu memang harusnya dibeli.
'Semua orang tak bisa di percaya seratus persen, semua mencari aman dan nyaman untuk diri masing-masing, cari selamat demi diri sendiri. Jangan pernah ikut campur urusan orang lain, juga jangan melibatkan diri dalam kelompok manapun yang memicu perselisihan berusaha mandiri apapun sendiri, kecuali Kamu sudah punya teman baik di dalam sana.'
Sekelumit nasehat Kakaknya Laksmi masih saja terngiang di telinganya. Dalam kalut pikiran Andari masih bisa menyerap semua kata-kata Kakaknya termasuk kata-kata Si Ikal kemarin, semua ternyata terbukti faktanya seperti itu.
Ya, Aku harus kuat, rasa sakit segini harus dianggap merasa tidak sakit, tak ada tempat untuk mengadu semua di rasakan sendiri apalagi tempat bermanja, rasa cinta, sayang semua hilang dari diri Andari berubah menjadi trauma yang akut. Entah apa yang tersisa di dalam hatinya mungkin Andari memandang dirinya hanya seonggok daging dan tulang yang tidak berarti lagi yang entah punya harapan atau masa depan, tetapi sedikit demi sedikit mulai bangkit seperti kemarin merasa tersinggung saat prinsip dan harga dirinya diinjak-injak, akhirnya Andari melawan dengan sekuat tenaganya. Dan Si Kekar pun terkapar.
"Ayo, mulai jalan tuh sudah bisa berdiri, Aku Hilda perawat yang mendampingi dr Barry," ucap perawat itu.
Andari tak menjawab hanya menggigit bibirnya sambil mulai berjalan dan merasakan sakit di tubuhnya, mulai melangkah perlahan sambil meraih kerudungnya. Walau tertatih dan sedikit meringis Andari bisa melakukannya.
"Ini kamar mandinya, ini musholanya, tahu kan jalan kembalinya dan bisa sendiri?" ucap perawat itu sambil menunjuk mushola di klinik itu.
"Ya!" Singkat saja jawaban Andari.
Andari merasa telah sembuh walau baru sadar dari pingsan. Dan rasa sakit yang masih terasa di bagian tertentu tubuhnya itu hanya sementara beberapa hari lagi akan sembuh dengan sendirinya. Dirinya bertekad kuat kalaupun sakit ataupun cedera harus sembuh dengan cepat jangan pernah merepotkan siapapun dan yang pasti Andari tak ingin merepotkan dirinya sendiri.
Andari mandi dengan sepuasnya, merelaksasi jiwa raganya, rasa dingin masuk ke dalan kulit dan tubuhnya, setelah kedinginan akhirnya Andari menyudahi mandinya.
Sujud dalam terpekur hanya suara jam dinding tik tik tik yang menemaninya, terasa senyap waktu walau belum terlalu larut. Andari tak ingin menangis terus-menerus mengeluarkan air mata, tapi saat sepi seperti itu menyadari semua pengakuan dan salahnya juga dosa yang telah diperbuat terlebih kepada suaminya sendiri akhirnya banjir juga air matanya, terasa sesak dadanya terasa berat matanya Andari luruh dalam simpuh sujud memohon pengampunan Yang Maha Kuasa.
Mungkin kalau bicara kata penyesalan tidak akan ada batasnya juga terhadap putri kecilnya Amanda, rasa cinta, sayang dan kerinduan hanya pada Anaknya yang tersisa di hatinya.
Itu juga Andari tak berharap banyak, kalau suatu saat Anaknya tahu permasalahan Ibunya dan Bapaknya meninggal seperti apa? akankah Andari bisa menjelaskan semuanya? kalau setelah dewasa mungkin bisa, tapi Andari tak ingin ada pengulangan drama walaupun hanya sekedar cerita, sudah ingin semuanya tutup buku dan dirinya tebus kesalahan sebagai konsekuensi dari perbuatan dan dari ingin merubah hidupnya dan namanya juga seandainya bisa ingin dirubah juga menjadi Fitri dari kata Safitri yang artinya suci tapi Andari sendiri merasa itu bukan panggilan yang enak dari kebiasaannya.
Memohon dilindungi jiwa raganya, dikuatkan menghadapi segala macam cobaan, diberi ketabahan dan dibukakan jalan keluar dari permasalahannya, meminta yang terbaik untuk masa depannya dan juga dilindungi keluarganya dari bahaya, dan marabahaya.
Andari keluar mushola dengan langkah ringan suasana sepi tak memuatnya takut, apa yang ditakutkan dari hidupnya kini? tidak ada lagi, tak ada tanggungjawab keluarga, tak ada tanggung jawab pekerjaan, tak ada tanggung jawab tetangga dan sosial masyarakat, hanya ada tanggung jawab pada dirinya sendiri, Hidupnya semua sudah di pasrahkan pada Yang Maha Kuasa, hidup dan matinya kini Andari hanya satu pasrah dalam taubatnya.
Sampai kamar perawatan Andari makan dengan lahap, semua di habiskan nya lalu minum obat dan sedikit berjalan jalan karena kekenyangan, Alhamdulillah masih bisa makan. Andari duduk kembali di tempat tidurnya lalu menjulurkan kakinya sedikit mengurut di pusat rasa sakit yang masih terasa.
Mencoba mengingat teman satu selnya, Si Tomboy, Si Tinggi, Si Kekar dan Si Ikal begitu mudah mengingat mereka, karakter yang berbeda tapi satu kesamaan tak perduli.
Diantara semuanya tak ada yang kelihatan ramah mungkin Si Tinggi yang ingin Andari dekati karena ada kesamaan mengenakan kerudung tapi entah karakternya seperti apa, tapi kalau di lihat di dalam sel masih mengenakan kerudung itu hal yang luar biasa, dan kelihatan lagi membaca satu buku tebal, secara intelektual mungkin Si Tinggi basicnya lumayan pernah memakan bangku sekolah atau kuliah.
Andari merasa bersyukur ada sedikit basic bela diri di dirinya, dan kemarin dirinya perlihatkan hingga Si Kekar terkapar semoga tidak malah menjadi bumerang yang menyerang pada dirinya, besok mungkin Andari di kembalikan ke sel dan bertemu lagi dengan keempat penghuninya, Tak sabar ingin melihat sikap mereka seperti apa.
Apa masih brutal atau mulai bisa menerimanya? Andari tak sedikitpun punya uang kini untuk kepentingan dirinya yang berhubungan dengan kewanitaannya, walau bukan bedak dan skincare yang akan di belinya tapi sebagai cadangan kalau dirinya begitu kepepet harus punya uang.
Semua uangnya pindah tangan dan menjadi pemicu keributan kemarin, mungkin akan seperti itu setiap ada penghuni baru, bukti ketiadaan dan keinginan juga keadaan yang mengharuskan mereka bersikap seperti itu.
Jam menunjukkan pukul 10:34 suasana semakin sepi dan senyap, Andari mencoba memejamkan matanya, ini malam pertama dirinya di balik terali tapi malah dirinya tidur di kasur dan ruang perawatan yang ber-AC.
Lebih baik sedikit daripada di kamar sel yang dingin hanya beralas karpet plastik, Andari tersenyum sendiri. Mulai berdo'a sebelum tidur dan berusaha memejamkan matanya.
*******
Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Enis Sudrajat
Hanya readers pembela sejati Andari😍😍😍
2023-01-25
2
Dwisya12Aurizra
semoga andari cepat terbebas, toh ia membunuh karna ada alasan nya, tp kenapa gak ada sedikit pun pembelaan
2023-01-25
2