Nael duduk di kursi pimpinan bekas Andari saat menjabat manajer umum di perusahaan orabgtuanya, karena pimpinan utamanya masih di jabat dan dipegang Bapaknya.
Seperti mencari jejak Andari yang hilang dan Nael hanya memiliki imajinasinya dan ingatan yang kuat dulu saat Andari masih berada di kursi ini.
Nael banyak belajar dari Andari tentang pekerjaan, kepemimpinan dan segala sesuatu kenapa Andari bisa membawa perusahaan orangtuanya begitu sukses.
Andari baginya teman sharing walau jauh di dalam lubuk hati Nael begitu mengagumi kecantikan juga kepintarannya. Tapi sayang Andari adalah seorang istri dan seorang Ibu muda. Di situ Nael sadar sesuatu yang tak mungkin mengembangkan rasa kagumnya menjadi perasaan lain di dalam hatinya.
Andari adalah teman baik dan sangat baik bagi Nael, low profil, pintar, ngemong dan dewasa juga tegas dalam memimpin. Andari adalah sosok sempurna di mata Nael saat itu entah karena rasa kagumnya membuat Andari begitu tak ada cela nya di mata Nael.
Caranya bicara pasti sambil tersenyum dengan lembut menjawab setiap pertanyaan dan dalam bekerja lebih memberikan contoh bukan menggurui siapa saja.
Sangat humble den penuh pengertian selalu maaf kalau menyampaikan sesuatu dan tolong kalau memberikan perintah terimakasih pada hal terkecil sebagi balasan menghargai kerjasama dengan bantuan orang lain.
Ah, Andari begitu melekat kuat di ingatan Nael semua kebaikannya tak akan mudah orang untuk melupakannya.
Sempat dulu Nael berandai-andai dan seribu andai saat bertemu Andari di kantor perusahaan Bapaknya, tapi semua andai kini masih tetap saja andai, satu andai yang membuat Nael semangat seandainya Dirinya bertemu Andari akankah dirinya mampu melihat wajah cantiknya yang pasti berubah muram, kucel dan kusam seperti wajah yang hilang harapan dan hanya keputusasaan mungkin yang terlihat.
Nael mengusap mukanya mengusir bayangan kurang lebih tiga tahun lalu saat dirinya pernah belajar kerja di perusahaan yang perkenalkan orangtuanya kalau usahanya di bidang ini dan Andari menempati meja ini dan mengharapkan suatu saat Nael bisa jadi partner kerja bagi Andari andalan Bapaknya.
Di sini dulu Andari kerja menyumbangkan ide dan wawasan pada perusahaan yang dikelolanya.
Sampai pada akhirnya Nael mendalami ilmu di luar negeri dan mereka berpisah. Tak sedikitpun Nael mengira kalau Andari sudah tidak ada di sini lagi.
Nael berpikir bagaimana bisa seorang Andari yang begitu lembut cantik menjadi seorang yang beringas dan liar dan sampai lupa diri dan kalap, di situ mungkin semua orang juga sama akan kalap kalau merasa harga dirinya dilecehkan dan menyentuh sisi sensitif hati nuraninya.
Berada di posisi Andari Nael juga menyadari siapa saja pasti akan berontak, belahan hati yang sudah berjanji mengkhianati kesetiaan cinta dan kepercayaan pasti semua akan hancur.
Hanya Nael tidak tahu cerita yang sebenarnya seperti apa, tapi rasa prihatin dan simpatik menimbulkan keinginannya untuk sekedar bertemu Andari dan memberinya semangat untuk melanjutkan hidup yang masih panjang terbentang.
Nael merasa geram pada mendiang suami Andari yang tak tahu diri, apa kurangnya Andari? rasanya sulit mencari wanita setangguh Andari saat ini pintar dalam segala hal tapi kenapa suaminya tak pernah melihat sisi baik dari seorang Andari.
tok tok tok
Nael menyadari lamunannya terlalu panjang dan jauh, tapi sejak mendengar khabar tak enak dari Ibunya tentang Andari pikirannya di penuhi dengan Andari dan Andari.
"Masuk!"
"Pak Nael selamat pagi Pak, Aku Sabrina yang akan mengatur agenda Pak Nael dan segala sesuatu yang menunjang kelancaran kerja Pak Nael. Aku akan mendampingi Pak Nael di sini tadinya Aku mendampingi Bapak Harry Darmawan tapi karena mungkin kepemimpinan mulai sekarang di beratkan pada Pak Nael jadi Aku di diperbantukan di sini," ucap Sabrina sambil membungkuk lalu menyodorkan tangannya memperkenalkan diri.
"Baik, silahkan duduk!"
" Terimakasih Pak."
"Sudah lama kerja di sini?"
"Hampir dua tahun Pak," jawab Sabrina.
"Berarti kenal sama yang dulu manajer umum di sini?"
"Oh, Ibu Andari kan? kenal baik Pak malah dekat juga sama Aku tapi tragis perjalanan hidupnya, Banyak hal yang Aku pelajari dari Dia bahkan ilmu juga banyak yang Aku serap dari bu Andari. Karena Aku dulu asistennya Pak," ucap Sabrina menambahkan.
"Oke aku panggil siapa Sabrina atau Mbak Sabrina? karena kalau Rina saja serasa memanggil Ibuku jadi kedengarannya nggak sopan," jawab Nael sedikit bercanda karena Ibundanya adalah namanya Rina Darmawan. Nael mengawali perkenalan paginya dengan memberi candaan dan senyum bagi Sabrina.
"Aku sudah berkeluarga Pak Nael tapi belum jadi Ibu, panggil siapa saja boleh semoga Kita bisa kerjasama dengan baik seperti harmonisnya hubunganku dulu sama Bu Andari," jawab Sabrina begitu sopan.
"Kenapa ya setiap orang cantik yang Aku kenal selalu saja sudah menikah? maaf bercanda Mbak Sabrina karena dulu sebelum Aku menuntut ilmu ke negeri orang sempat mengenal seseorang. Orang yang Aku kagumi waktu itu sudah menikah juga," ucap Nael sedikit curhat soal pribadinya.
Sabrina hanya tersenyum mendengar candaan atasannya yang begitu supel dan bisa mencairkan suasana. Selain begitu tampan humoris dan kelihatan begitu humble dan penuh perhatian.
"Memang Bapak belum punya seseorang yang cantik Pak? cari dong banyak kok," balas Sabrina menanggapi candaan Nael sambil masih saja tersenyum.
"Yang cantik banyak, tapi yang berkualitas dan cocok di hati belum menemukan," jawab Nael sambil tertawa.
Pembicaraan mengalir dengan akrab dan begitu hangat jauh dari dugaan Sabrina sebelumnya sepertinya Bos baru sebagai atasan yang akan diperkenalkan Bapak Harry Darmawan adalah seorang yang jaga image, sombong dan arogan merasa menjadi Anak pimpinan tapi melihat dan berkenalan dengan Pak Nael begitu jauh berbeda.
"Mbak Sabrina seberapa dekat dulu dengan Mbak Andari?"
"Begitu dekat Pak, tapi sayang kedekatan Kami tidak bisa berlanjut hanya keprihatinan yang Aku rasakan dan tak bisa berbuat apa-apa," sahut Sabrina mengenang persahabatan diantara dirinya dan Andari dulu.
"Mbak Sabrina mengikuti jalannya kasus Mbak Andari sampai selesainya?"
"Iya Pak, karena mungkin kasusnya langka jadi bahan sorotan media, beberapa kali Aku memberi dukungan dan support saat persidangan tetapi tidak sampai vonis akhir karena waktu itu Aku ada halangan setiap sidang Mbak Ndari selalu histeris jadi sidangnya selalu tertunda."
"Astagfirullah, Aku tak bisa membayangkan betapa down semua perasaan Andari walaupun memang dirinya salah tetapi mutlak kesalahannya tidak tertumpuk pada dirinya. Aku dulu memang mengaguminya dan Aku menyayangkan sikap kedua orang tuaku yang malah tidak memberikan respon baik padahal bagiku Andari adalah tulang punggung pada kemajuan perusahaan ini dulu dari awal-awal berdirinya perusahaan ini Mbak Andari telah bekerja sejak awal."
"Pernah cerita Bu Andari juga kalau dirinya kerja sejak awal perusahaan ini berdiri," sela Sabrina sambil memandang raut muka Pak Nael yang berubah agak muram.
Sabrina sedikit bisa menyimpulkan kalau Pak Nael
ini adalah pengagum Ibu Andari.
*******
Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments