"Pak Nael juga mengenal Bu Andari?" ucapan Sabrina mengagetkan Nael yang sedang berpikir membayangkan kondisi Andari saat ini.
"Oh, Iya kenal banget. Aku tidak tahu kasusnya seperti apa hanya tahu dan mendengar sepintas ceritanya tadi malam dari Ibuku saja. Semalam Kami bicara Aku kaget banget dan baru mendengar kalau Andari kena kasus berat, hampir tak percaya karena orangtuaku tak pernah bicara apapun tentang Mbak Andari. Jelas Aku kaget banget dan tak percaya sebelumnya," ucap Nael masih kelihatan tak percaya.
"Aku pernah mengunjunginya menengok bentuk perhatian sebagai sahabat dan atasanku satu kali setelah Bu Andari menjadi warga binaan di LP Wanita. Sejak persidangan terakhir yang Aku ikuti, dan satu kali lagi saat Bu Andari masih dalam masa tahanan sebelum vonis di jatuhkan masih selama proses persidangan saat itu. Tak banyak yang Aku sampaikan hanya memberi dukungan dan support semoga tabah dan sabar juga tawakal berpasrah diri sama Yang Maha Kuasa karena itu yang akan membuat kita sanggup menjalani semuanya, ada semacam janji yang tak Aku sampaikan tapi Aku merasa sebagai utang dan selayaknya seorang sahabat baik walau tak Aku ucapkan di hadapan Bu Andari kalau Aku akan selalu menengok putrinya tapi sampai saat ini belum terlaksana karena kesibukan," ucap Sabrina lagi memperlihatkan ikatan persahabatan diantara Andari dan Sabrina terjalin begitu baik.
"Oh ya ampun. Betul kalau Andari punya seorang Anak ya? ada putrinya di mana Dia sekarang?" tanya Nael begitu antusias dan baru sadar kalau Ndari memiliki Anak dari pernikahannya.
"Kabar terakhir Amanda kecil di asuh kakaknya Bu Laksmi walau Aku pernah bertemu saat persidangan, Aku belum tahu alamatnya hanya keinginan dalam hati kalau suatu saat Aku harus mengunjunginya," lirih ucapan Sabrina mengingat begitu berat dan mungkin menjadi beban terberat dalam kehidupan Andari. Bukan soal hukuman yang dijalani tetapi berpisah dengan Putri kecilnya yang masih seharusnya dalam pengawasan perawatan asuhan dan didikan dirinya.
Nael mengangguk. Seperti membenarkan semua pendapat Sabrina dan berpikir betapa terpuruknya kehidupan Andari kini tanpa support orang terdekatnya mungkin hanya saudara yang pasti banyak kesibukan sahabatnya siapa, rekan kerja apalagi siapa?
"Bagaimana kondisi Mbak Andari saat terakhir Mbak Sabrina bertemu? apa kelihatan cerah? atau muram? bisakah Dia senyum?" cecar Nael merasa ada jalan saat Sabrina tahu soal Andari karena mereka adalah teman baik dan Sabrina jadi banyak cerita kebaikan atasannya itu.
"Kelihatan baik-baik saja hanya kurus dan sepertinya Mbak Andari sudah hijrah karena telah mengenakan kerudung, oh ya Aku ingat waktu itu Dia berpesan kalau sempat mengunjunginya lagi Bu Andari memesan buku-buku agama sama buku keterampilan walau dari loak katanya kalau tidak keberatan, itu juga belum sempat Aku realisasikan entah kapan Aku bisa mengunjunginya lagi," ucap Sabrina apa adanya bukan tak ingin besuk sekedar mengirim makanan kecil dan buku pesanannya tapi kesibukan yang memerlukan waktu lumayan setengah hari dan harus di hari libur karena dirinya juga kerja.
Nael mengangguk angguk satu referensi yang akan dirinya lakukan. Entah kenapa Nael merasa Andari begitu dekat di hatinya apapun kasusnya, apapun keadaannya Nael tidak melihat itu semua, tapi kebaikan Andari yang pernah dirinya rasakan dan perkenalan yang sebenarnya juga belum terlalu lama tapi membuat hati Nael begitu ingin bertemu.
"Baik Mbak Sabrina terimakasih atas informasinya." Walau secara garis besar begitu banyak pertanyaan yang ingin Nael tanyakan tapi itu hanya di pendam dalam hati Nael sendiri siapa Dirinya siapa Andari takut membuat pertanyaan di hati Mbak sabrina walau Nael begitu tak sabar ingin mendengar langsung dari Andari tentang kasusnya tidak hanya mendengar dari pihak luar saja.
Sabrina mengangguk dan menyimpan map sebagai agenda sehari-hari yang bisa Pak Nael pelajari lalu pamit menutup pintu.
Nael masih saja termangu di balik mejanya, ingatan tentang Andari terus mengganggunya membuat kegelisahan di dalam hati dan perasaannya.
Menyapu pandang pada semua isi ruangan yang dulu pernah diisi satu sosok dinamis dan penuh semangat walau ruangan ini kini telah berupah posisi menurut selera penghuninya. Kalau dulu Andari selalu duduk ujung ruangan dan menempatkan mejanya biar mungkin bisa melihat semua isi ruangan dan langsung melihat orang yang datang ke ruangannya dari pintu di sebelah kanannya.
Nael bermaksud merubah tatanan ruang kerjanya seperti Andari dulu entah untuk alasan apa semua hanya keinginan tanpa alasan saja.
Begitu kuat keinginannya Melihat dan menemui Andari dalam waktu dekat memastikan dirinya adalah orang yang akan memberinya semangat hidupnya walau semua yang di lakukannya akan bertentangan dengan kedua orangtuanya.
Merasa orangtuanya tidak memberi rasa keadilan dan perhatian, biarlah dirinya yang akan memberikan simpatik pada Andari juga pada Anak yatim yang kurang kasih sayang itu.
Mungkin akan jadi kebahagiaan bagi Andari di dalam sel sana seandainya suatu saat Dirinya membawa foto anaknya yang telah dirinya kunjungi akankah Anda dari senang atau malah sebaliknya? tapi harapan Nael hanya satu meneruskan persahabatan mereka walau kini kehidupan mereka seolah berbeda alam.
______
"Net Lo di mana? jalan-jalan yuk?"
"Tumben ngajak Gue, malu ya jadi jomblo biar kelihatan punya gandengan? mau ke mana? kalau mau nonton Gue malas mending tidur masa nonton sama Adik sama pasangan dong kalau nonton!" jawab Netty menjawab ajakan Nael seenaknya saja.
"Enak saja gue jomblo! Lo tahu nggak kalau gue itu high quality jomblo yang bukan tidak punya cewek tapi belum lihat saja nanti!" ucap Nael kalem saja di bilang jomblo sama Adiknya.
"Yee ...nggak jelas banget kalau jomblo ya tetap jomblo. Makanya ajak orang itu karena nggak pede jalan sendiri iya kan?" ketus jawaban Netty.
"Gue tungguin di kantor kalau nggak Lo Gue jitak!"
"Emang mau ke mana sih ngajak-ngajak Gue segala?"
"Sudah gue bilang kalau gue mau jalan-jalan udah lama banget Gue tidak tahu suasana di sini. Lo mau kan?"
"Ya sudah mau jam berapa? soalnya gue banyak tugas!"
"Nanti habis makan siang Gue tungguin jangan bilang nggak bisa!"
"Yee maksa! terserah Gue mau nggak nya."
"Bukan maksa tapi ini perintah dan keharusan!"
"Kalau memang Gue nggak bisa gimana?"
"Ditunggu di sini pokoknya!"
Klik, hubungan telephon di putus sama Nael, dan Netty mengomel panjang kali lebar.
Di dalam hati Netty memang kangen juga jalan sama Kakaknya. Dulu memang Nael paling malas kalau harus berhubungan dengan yang namanya perempuan karena lama kalau melakukan apa-apa itu termasuk sama Dirinya. Tapi kalau di paksa pasti mau juga antar belanja, antar ke ultah teman atau sekedar nonton di malam minggu.
Tapi di pikir setelah dewasa memang karakter perempuan seperti itu banyak yang di pakainya, jadi auto pasti lama.
Sampai waktu makan siang Nael memang nggak fokus apalagi ini pertama hari kerjanya tak sedikitpun Nael menyentuh berbagai map di hadapannya.
Dalam hatinya harus bicara dulu sama adiknya Netty memberi sedikit paham kalau ini adalah untuk kebaikan seseorang, yang telah begitu banyak berjasa pada perusahaannya.
Nael melihat sikap Netty tak jauh dari Ibunya apriori fan masa bodoh merasa Andari bukan siapa-siapa lagi tapi mungkin karena Netty belum dewasa dan dulu belum terlalu kenal juga belum memiliki ikatan hubungan apapun.
*******
Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Enis Sudrajat
sepertinya berkembang pesat berubah jadi apa ya?😆
2023-02-11
2
Dwisya12Aurizra
lanjut thor, apa nael mencintai andari atau hanya kagum saja
2023-02-11
2