Andari mengerjapkan matanya, melihat sekeliling ruangan putih putih semua dan tidak terlalu besar.
Otaknya berputar, berpikir dirinya masih belum meninggal ternyata, tapi berada di mana, apa di rumah sakit? Andari mencoba mengingat semuanya sampai pada kesadarannya ingat kembali semua bisa diingat, mungkin dirinya bangun dari pingsan setelah menyerang Si Kekar dengan jurus taekwondo acak yang masih diingatnya di ruang sel, lalu Andari dikeroyok 3 teman Si Kekar akhirnya Andari tak berdaya dan kini bangun sadar, siuman dari pingsannya yang entah sudah berapa lama.
Kini ingat semuanya, ini adalah hari pertama dirinya menjadi penghuni sel tahanan Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas menengah.
Sesuatu yang menjadi prinsipnya di lecehkan, apapun itu dirinya tak terima, kerudungnya di tarik paksa sampai terbuka dan diinjaknya sama saja dengan menginjak kepalanya. Jiwa brutal seseorang akan keluar juga kapanpun dan dengan siapapun berlawanan walau nyawa taruhannya.
Andari gak bisa diam, jiwa petarungnya bangkit walau harus berlawanan dengan Si Kekar, ternyata Si Kekar juga terkapar, kalau saja Andari tidak dikeroyok mungkin akan menang walaupun menyisakan cedera dan luka juga di tubuhnya, karena penyerangan tak terencana dan tanpa latihan dulu.
Andari bangun sadar sekujur tubuhnya terasa nyeri dan linu terutama di leher dan rahangnya mungkin inilah titik di mana dirinya menjadi pingsan kena tonjokan, mungkin yang menonjok dirinya diantara teman Si Kekar Si Tinggi atau Si Tomboy mungkin juga Si Ikal tau juga bela diri karena menonjok di titik vital yang membuat orang KO jatuh terjungkal.
Sedikit banyak Andari tahu karena pernah menggeluti beladiri walaupun sudah begitu lama dan lawas, boro-boro diingat jurusnya dan berkegiatan dirinya sibuk berkarir dan mengurus rumah tangga.
"Sudah sadar?"
Satu suara laki-laki dari orang yang datang menghampirinya, kelihatan seorang dokter terlihat dari pakaian dan peralatan yang dikenakannya.
"Apa yang dirasa?"
Andari hanya diam karena semua badannya terasa sakit yang tak ada duanya, bergerak saja begitu sakit.
"Setidaknya beritahukan bagian tubuh mana yang dirasa sakit, karena mungkin akan diberikan pengobatan dan pemeriksaan lebih lanjut," ucap dokter itu terus saja bicara walau Andari sedikitpun tak memberikan respon apa-apa.
"Kamu orang yang cukup berani juga, baru datang sudah membikin keonaran yang membuat teman satu sel Kamu marah." Dokter itu bicara saja sambil memisahkan obat di meja samping tempat tidur Andari.
Dokter itu memberikan teh manis hangat pada Andari, dan Andari tak menerimanya keputusasaan menyergap kembali pada dirinya, untuk apa minum dan minum obat? kalaupun sembuh mungkin dirinya akan dimasukkan lagi pada sel itu dan disatukan lagi dengan orang-orang yang katanya hanya peduli pada dirinya tapi kenyataannya mereka membela satu teman lainnya entah itu pelajaran bagi dirinya sebagai penghuni baru di sel tahanan itu? mungkin!
"Minumlah setidaknya Kamu bisa mendapatkan tenaga kembali, untuk bicara dan menjawab pertanyaanku," ujar dr itu lagi.
Andari masih saja diam, seperti bingung mendapatkan dirinya berada disitu, tak sedikitpun terbersit ingin menjawab, lehernya serasa tercekik suaranya hilang dan hanya melotot memandang entah pada apa karena tidak fokus hanya memandang awang-awang dan ruang hampa.
"Kenapa tak bicara? apa tak bisa bicara? semua orang di sini awalnya sama, takut, gelisah, galau, cemas, khawatir, resah, dan perasaan lainnya, tapi pada akhirnya mereka bisa penyesuaian dengan caranya masing-masing, ada yang lulus sampai keluar dengan kebahagiaan seperti jadi orang baru siap bermasyarakat lagi tetapi kalau yang berputus asa mungkin tidak ada perubahan walaupun sudah keluar dari tempat ini." Suara dokter itu tetap saja bicara mungkin tugasnya juga untuk memberikan sedikit konseling pada tiap pasiennya.
"Minum!"
Andari masih saja diam hati dan pikirannya kacau tak menentu, matanya menatap teh di gelas yang di sodorkan dokter itu tapi air hangat dari matanya yang mengembang menetes di pipinya.
Andari baru sadar ternyata dirinya menangis, walau tidak diinginkan dan diundang air matanya datang sendiri.
Dokter itu melirik pada Andari menatap dengan dalam, merasa kesal atau kasihan, tapi Andari tak perduli.
"Menangis bukan penyelesaian dari semua masalah, bersikap dewasa dan percaya diri kalau kita akan mampu melewati segalanya itu yang harus di tanamkan di hati kita," ujar dokter itu terus saja bicara walau Andari tak menanggapinya.
Andari mengusap air matanya, ternyata masih ada di kira sudah kering air matanya, terkuras berbulan bulan sejak kejadian semuanya, tragedi yang memang begitu menguras air mata bagi Andari.
"Semua yang datang ke sini harus sembuh, karena itu adalah tugasku. Apa kamu mau di kembalikan ke sel dalam keadaan sakit? di sana tak ada yang perduli! juga tempat ini akan berganti orang dalam beberapa waktu ke depan jadi sekarang minum dulu!" Dokter itu seakan memaksa mengambil tangan Andari dan menyerahkan gelas teh hangat di tangannya.
Andari meminumnya sekaligus sama dedeknya, mungkin kalau di kasihnya satu teko pasti Andari akan menghabiskannya, Andari berusaha melawan rasa sakit di leher dan rahangnya.
"Bagus! setidaknya ada minuman yang masuk ke perutmu, berarti mulut, leher tenggorokan Kamu tidak bermasalah, gimana enakan sekarang?" tanya dokter itu dekat ditelinga Andari.
Andari mengangguk sambil menelan ludahnya sendiri merasa rasa yang masih terasa sakit di rahangnya.
"Andari Safitri, nama yang bagus . Itu namamu kan?
Aku dr Barry, dokter di klinik khusus LP sini setidaknya kalau ada perlu, ada keluhan, ada yang di konsultasikan memanggil namaku panggil saja nama itu." dr Barry menyimpan kertas kembali ke map mungkin data pribadi Andari.
"Maaf Aku sudah membersihkan luka di bibir Kamu, Kamu pingsan cukup lama karena kejadian di ruang sel barumu tadi siang, Akan ada perawat membawa makan malammu lanjutkan minum obat dan istirahatlah, biar cepat pulih dan sehat kembali, kalau ada apa-apa pijit bel di atas kepalamu Aku sama perawat ada di ruang dokter jaga."
Dr Barry keluar dan menutup pintu tinggal Andari di ruangan itu, Andari membuka gorden di samping kirinya tak ada penghuninya, hanya tempat tidur kosong hanya di sekat kain gorden saja entah di sebelah lainnya.
Andari bangun, perutnya terasa lapar, tak ingat lagi kapan terakhir dirinya makan mungkin di ruang tahanan kepolisian sebelum ke pengadilan mengikuti sidang putusan vonis dirinya, dan setelah diputus ketuk palu hakim Andari langsung di bawa ke LP ini lalu terjadi kejadian di ruang sel barunya.
Andari meraba seluruh tubuhnya yang sakit ************ kanan mungkin bekas menendang tubuh Si Kekar dan lehernya masih terasa sakit, lalu Andari menyingkap selimut dan mulai menjuntai kan kakinya di atas ranjang perawatan.
Di regangkan seluruh badannya lumayan agak rileks, Andari berpikir ternyata masih ada sedikit ilmu beladiri yang di gelutinya dulu dan kini begitu bermanfaat saat kepepet walau akibatnya fatal juga bagi dirinya.
Pintu di ketuk, datang seorang perawat dengan nampan di tangan berisi makanan.
"Pasien Andari gimana sudah mendingan? ini makan malamnya, silahkan langsung makan dan minum obat, semua sudah di sediakan di sini." Ucapan perawat itu tanpa menunggu Andari menjawab lalu pergi lagi
"Tunggu!"
Perawat itu berhenti dan balik menghampiri Andari.
"Ada apa?"
"Dimana kamar mandi, dan ini jam berapa? kalau mau sholat menghadap mana?"
********
Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Paulina H. Alamsyah Asir
next Thor❤❤❤
2023-01-24
3
Mawar Berduri
lanjut thor
2023-01-21
3
Enis Sudrajat
🤪🤪🤪🤪 jadi teman si Kekar jadi sakit leher🤭
2023-01-21
3