Andari berjalan gontai masuk di bawa ke salah satu kamar sel tahanan wanita di Lembaga Pemasyarakatan Wanita kelas menengah dengan diantar sipir wanita yang begitu kecut mukanya, dengan membawa tas sedang berisi pakaian seadanya Andari berjalan seperti anak TK saja dibawa ke sekolah barunya, tanpa sepatah kata keluar dari bibirnya hanya suara sipir yang memberi perintah dan Andari mengikuti semua instruksi sipir itu.
Andari tahu dirinya orang baru di situ paska dapat vonis tujuh tahun penjara potong masa tahanan atas kasusnya menghilangkan nyawa suaminya sendiri saat ketahuan sedang selingkuh dengan keponakan jauhnya Erina di kamar pribadinya sendiri.
Dada Andari sesak dengan perasaan sendiri, tak ada yang bisa melindungi dirinya selain dirinya sendiri.
Masuk di dunia baru yang menurut rumor sangat tidak ramah pada siapapun, seumur hidupnya tak terpikirkan sebelumnya, Andari harus bisa melewati semua tahapan karena semua itu adalah proses pemasyarakatan kembali jiwa raganya.
Suara renceng kunci beradu dengan gembok dan terali besi seperti riuhnya hati Andari dalam kegelisahan menghadapi suasana baru dan adaptasi lingkungan barunya.
Hanya do'a yang Andari sempat ucapkan, dan kini Andari mengenakan kerudung. Itu dirinya putuskan sejak kasusnya bergulir mengikuti tahap demi tahap hingga putusan vonis hakim dijatuhkan Andari sudah berniat menutup auratnya.
Hijrah sudah terbersit di dalam benaknya apapun yang terjadi dirinya mantap berhijab.
Setelah pintu sel dibuka, sipir mempersilahkan Andari masuk dan sedikit memberitahukan pada keempat penghuni sel yang sudah terlebih dulu mengisi kamar itu.
Tetapi ke empat orang perempuan yang entah kasus apa berada di situ tidak ada sedikitpun yang merespon kedatangan Andari hanya lirikan sinis, pandangan dingin tak lebih dari itu dan satu lagi tak ada komentar apapun yang keluar dari mulut mereka, sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
Andari berjalan dan menyimpan tasnya di pinggir tembok yang kusam penuh dengan tulisan kata hati dan ungkapan penghuni sel itu. Mungkin juga ungkapan emosional atau sekedar iseng saja. Itu biasa
teriakan yang tak pernah keluar hanya keluar lewat tulisan dan corat-coret menjadi hiasan di tembok kusam.
Andari berjalan pertama pada seorang wanita berambut pendek cepak ala angkatan dengan perawakan subur yang bibirnya hitam mungkin kebanyakan merokok yang sedang duduk santai, Andari menyodorkan sebelah tangannya tapi hanya melirik saja tak disambutnya, Andari menarik napas dan menarik tangannya kembali. Andari mengingatnya mungkin itu bisa disebut Si Tomboy, begitulah Andari mengingat orang di hadapannya.
Kedua Andari menghampiri yang badannya tinggi kekar lagi tiduran, sama Andari menyodorkan tangannya di terima tapi saat salaman tak di lepaskan malah di ciumnya tangan Andari, Andari menarik paksa tangannya dan merinding bulu kuduknya, tatapannya penuh misteri dan ganjil dengan senyum memandang dari atas hingga bawah tubuh Andari, Andari menjadi jengah sendiri.
Cepat-cepat Andari berlalu menghindari tatapan penuh misteri Si Kekar yang seperti melihat Andari ingin menerkamnya.
Ketiga Andari melewati berhadapan dengan Si rambut panjang dan terurai dengan perawakan seperti dirinya tinggi langsing dan kelihatan bersih tidak kucel seperti Si Tomboy dan Si Kekar. Sama-sama dingin tetapi hanya menyambut tangan Andari sekilas saja dan asyik kembali dengan bacaannya, hanya senyum sekilas dan tak melirik Andari lagi.
Andari mengingatnya itu Si Tinggi yang sama cuek dan tak perduli dengan siapapun dan apapun, memang harusnya sikap semua penghuni di sini begitu? dan hanya perduli pada diri sendiri?
Terakhir Andari berhadapan dengan seorang yang punya kulit gelap dan rambut ikal, orang seberang kah? Andari tak tahu hanya melihat dari modelnya seperti itu.
Jadi ada 4 jumlah orang di ruangan itu, Si Tomboy, Si Kekar, Si Tinggi dan Si Ikal dan ke lima adalah dirinya
Saat Andari datang menghampiri dengan menyodorkan tangan Si rambut ikal dengan kulit gelap itu tersenyum memperlihatkan giginya yang putih, sepintas Andari merasa takut ini pengalaman pertamanya masuk di sel Lembaga Pemasyarakatan sebagai orang terpidana.
Belum hilang rasa nervous nya Andari di kejutkan dengan suara nge-bass Si Ikal.
"Duduk!" suara keras Si Ikal seperti membentak Andari. Mungkin juga bukan membentak tapi memang pembawaannya begitu.
Andari langsung duduk di dekat Si Ikal tadi. Andari pasrah mau di bully, mau dirundung atau apapun itu konsekuensi sebagai warga binaan baru di kamar itu.
Tak ada penolong selain hati dan dirinya pasrah pada Yang Maha Kuasa dan Andari meyakini dirinya harus bisa menyesuaikan dan membawa diri juga menempatkan diri sebisa mungkin bisa membeli hati mereka yang merasa berkuasa di kamar itu.
"Siapa namamu?" Masih dengan suara kerasnya Si Ikal bertanya pada Andari.
"Panggil saja Ndari Kak," jawab Andari merasa tercekat suaranya.
"Apa kasus mu sampai ada di sini?"
"Aku menghilangkan nyawa suamiku sendiri, saat kepergok sedang selingkuh," jawab Andari dengan agak terbata. Sebenarnya Andari tak ingin bercerita apapun tentang kasusnya terhadap siapapun karena itu hanya akan membangkitkan luka lama bagi dirinya, juga akan menghadirkan kembali ingatan dan kenangan yang sebenarnya bukan untuk diingat, tetapi berbagi cerita terhadap teman yang akan menjadi teman satu selnya mungkin itu biasa.
Kalaupun berbohong Andari bisa saja tapi untuk apa? Masuk ke sel sudah satu kesalahan bagi dirinya juga yang lainnya, hidup tak ada yang mendamba salah dan menjadi pesakitan, cita-cita dan harapan semua orang pasti yang baik-baik saja.
"Bernyali juga Kau!"
Andari hanya diam.
"Bawa apa di tas Kamu?" tanya Si Ikal bertanya lagi.
"Sedikit pakaian."
"Aku pemimpin di sini setiap ada penghuni baru harus setor uang padaku, yang bisa membuat nyaman di sini adalah uang jadi ambil uang Kamu semuanya dan berikan padaku!"
Andari terhenyak seketika uang yang tidak seberapa di tasnya harus berpindah tangan dan menjadi milik orang lain tetapi kalau memang itu adalah pilihan demi kenyamanan dan keselamatan dirinya mau tidak mau Andini beranjak mengambil duitnya sendiri dan membuka dompetnya di hadapan Si Ikal tadi.
Andari mengambil semua uangnya dan memberikan pada Si Ikal, yang tangannya masih saja terbuka di hadapannya walau uang sudah Andari berikan.
"Cuma segini?"
"Iya Kak," jawab Andari datar.
Datang Si Kekar dan mau mengambil uang itu tapi Si Ikal menariknya seketika, Si kekar jadi emosi lalu menarik kerudung Andari hingga terbuka, Andari jadi emosi itu sudah sesuatu hal keterlaluan memang, menarik kerudungnya hingga terlihat semua rambutnya yang jadi berantakan dan kerudung itu jadi terlepas.
"Bisa tidak menghargai tanpa mengganggu apa yang Aku kenakan?" ujar Andari sedikit emosi pada Si Kekar.
"Cih! siapa di sini yang akan menghargai kita heh? semua yang ada di sini adalah sampah!"
Andari diam sambil memungut kerudungnya, tapi Si Kekar menginjaknya.
Emosi Andari semakin meninggi merasa harga dirinya yang sudah terkoyak semakin luluh lantak tak bersisa.
Andari berdiri menerjang dengan sisa kemampuan taekwondo semasa jadi mahasiswi yang hampir lupa Andari keluarkan dengan emosi, sekilat buk! buk! buk! Si Kekar ambruk di serang tanpa persiapan.
Andari merasa tangan dan kakinya juga sakit luar biasa, melihat di Si Kekar terjungkal terkapar tak berdaya.
Andari memungut kerudungnya dengan terpincang pincang, tapi ketiga teman Si Kekar, Si Tinggi dan Si Ikal menghampirinya lalu menjambak rambut Andari dan yang lain meninju rahang Andari.
Samar Andari mendengar teriakan ramai tetangga kamar lain yang memanggil sipir, karena di sel sebelah ada keributan.
Andari kena keroyokan ketiga teman Si Kekar dan pingsan seketika.
********
Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
ku kira Andari bakal menang, trus mereka pada tunduk sama Andari, ternyata KO
2023-01-21
3
Mawar Berduri
ngeri sungguh ngeri
2023-01-20
3