Andari tidur dengan lelapnya tak terganggu suara apapun mungkin pengaruh obat yang di minumnya malam tadi, sampai pagi menjelang menuju siang. Andari kesiangan, rencana subuh melewatkan di mushola kembali akhirnya gagal, ada satu tangan dingin meraba keningnya, reflek Andari menangkis lalu bangun dan terduduk. Dalam bayangannya selalu pengeroyokan dan pengeroyokan yang terlintas di benaknya.
Hal buruk saja yang ada di otaknya yang mengancam dirinya. Andari selalu siaga dan berjaga-jaga karena kemungkinan itu selalu ada. Hal tak terduga mungkin saja datang tiba-tiba.
"Eh, maaf Aku bangunin Kamu, karena Aku mau pulang dulu setelah tugas malam, Aku terpaksa harus bangunin semua pasien memeriksa dulu kesehatannya karena ini sudah lewat pagi, gimana sudah baikkan?" suara dr Barry di depan Andari.
"Alhamdulillah dok, mendingan daripada kemarin," sahut Andari sambil mengusap mukanya.
"Silahkan membersihkan diri dulu nanti kita ngobrol lagi kalau memang sudah sehat Aku buat laporan agar bisa kembali ke kamarmu nanti siang," ucap dr Barry sambil menatap Andari yang turun dari tempat tidur.
"Jam berapa ini dok?" tanya Andari sambil menatap wajah dr Barry dengan alis yang begitu tebal dan perawakan yang ideal seorang laki-laki, Andari menyadari kalau dr Barry begitu cakep dan sangat ramah walaupun yang dilayani semua adalah narapidana yang pasti punya masalah hukum.
Telah lama Andari tak sadar dengan rupa tampan seorang laki-laki, atau cantiknya seorang perempuan selama masa di dalam tahanan kejakasaan waktu kasusnya sedang bergulir di persidangan dan melewati proses demi proses hidup Andari hanya penuh dengan kebimbangan menanti putusan.
Kini hidupnya akan di lewatkan di sini, setidaknya hatinya telah tetap, dan mau tidak mau betah tidak betah akan di lewatkan di sini selama 8 tahun potong masa tahanan kurang lebih lima bulan sejak awal kejadian sampai vonis di jatuhkan.
"Jam 07:31!" sahut de Barry.
Andari merasakan tidur lelap pertama kali sejak dirinya ditahan dan dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan ini. Malam pertama yang begitu lelap karena Andari tidur di ruang perawatan Lembaga Pemasyarakatan ini.
Andari mandi apa adanya dengan peralatan mandi seadanya, semua harus di biasakan dan membiasakan diri seperti itu, tak ada pakaian ganti hanya memakai pakaian yang itu lagi tapi terasa segar dan sedikit enteng badan dan lehernya, rasa sakit sudah jauh berkurang dan itu di syukuri Andari.
Andari melangkah dengan ringan ke kamar perawatan.
"Ibu Andari, kelihatan sudah sehat dan sudah bisa kembali ke kamarmu, tapi Aku harus memastikan dulu Kamu lebih baik dan lebih sehat dari kemarin, Aku sudah buat laporan jadi nanti akan ada sipir yang menjemput Kamu ke sini. Sekarang apa keluhanmu?" tanya dr Barry meneliti garis wajah cantik Andari yang masih kelihatan muda walau di dera permasalahan dan tragedi dalam hidupnya.
"Hanya tinggal sedikit rasa sakit yang belum hilang di bagian tubuhku saja," sahut Andari sambil sekilas melihat dr Barry yang tampan lagi menunduk menulis mungkin resep obat atau apa.
"Baik, nanti obatnya di bawa saja ya!"
"Baik dok, terimakasih."
"Sama-sama, senang bisa menolong semua pasien di sini," sahut dr Barry tersenyum pada Andari memperlihatkan giginya yang berjajar putih, lalu pamitan setelah memeriksa Andri untuk memastikan kalau Andari sudah sehat dan kembali bisa beraktivitas.
Andari sarapan di situ dan tak lama sipir yang kemarin datang menjemputnya. Sama masih dengan muka kecutnya mungkin terlalu capek bekerja atau terlalu banyak masalah yang ditanganinya, atau terlalu banyak lagi masalah lainnya yang komplek ada di sini.
Andari di antar kembali ke sel yang kemarin, masih kurang lebih sama penghuninya tapi Andari tak melihat Si Kekar ada di situ.
Sedikit peringatan dan nasehat dari sipir Hilda pada semuanya, walau semua penghuni tak begitu menghiraukannya. Asli cuek sibuk dengan dirinya masing-masing.
"Baik-baik semuanya di sini, jangan jadi biang keributan dan jangan cari ribut! habis makan siang biasa kerja bakti bersih bersih sambil sedikit olahraga!" ucap Sipir Hilda lalu berbalik keluar.
Andari mengangguk pada sipir Hilda sebelum sipir Hilda keluar mengunci mereka di dalam kamar sel.
Andari berjalan ke satu sisi tembok yang kosong, tak sedikitpun menyapa satu sama tiga temannya yang ada di dalam situ.
Si Ikal datang menghampiri Andari, Andari sudah siap saja dengan kuda-kuda dan siaga menangkis segala kemungkinan walau sisa sakit kemarin masih tersisa. Apapun harus di hadapi walau harus kembali ke ruang perawatan itu tekad Andari kini.
"Nih duit Kamu!" ucap Si Ikal sambil menyodorkan uang Andari yang kemarin.
Andari bengong lalu menatap duitnya yang akan kembali ke tangannya, lalu Andari mengambilnya sekilat.
"Kalau bisa bagi Kita sebagian, karena Kita sudah garing tak ada yang punya duit, yang Kita makan hanya makanan ransum saja yang hanya itu-itu saja!" ucap Si Ikal dihadapan Andari.
Lalu duduk bersila seakan sudah begitu akrab.
Andari mengambil beberapa lembar saja lalu tanpa bicara menyodorkan pada Si Ikal dan Si Ikal mengambilnya sambil tersenyum dengan bibir hitam dan tebalnya, lalu mengecup lembaran uang itu.
"Kamu kelihatan kaya, tapi di sini Kita sama saja narapidana, kemarin hanya ucapan selamat datang saja! jangan di jadikan dendam, karena dendam juga tak akan ada gunanya toh kita tetap satu kamar!" timpal Si Ikal masih dengan senyumnya. bicara ringan seolah itu hal bisa bagi dirinya yang mungkin sudah lama tinggal di situ.
Andari mau tidak mau sedikit tersenyum dan lega rasa hatinya kini, tapi semuanya mungkin hanya palsu dan pura-pura, Andari tetap harus waspada, se-ramah apapun sikap mereka.
"Pakaianmu sudah di lemari tapi paling bawah! kalau ada yang keluar dan bebas pakaian Kamu bisa naik ke atas dan yang baru menempati lagi di bekasmu!" ucap Si Ikal lagi.
Andari mengangguk. "Ke mana Si Kekar penghuni kamar yang kemarin menyerang ku?" tanya Andari pada Si Ikal. Andari memberanikan diri bertanya.
"Si Kekar?" jawab Si Ikal merasa heran karena di kamar dan ruangan ini tak ada yang namanya Si Kekar.
"Oh, itu yang kemarin menyerang ku," sahut Andari lagi.
"Hahahaha....Si Gina kini punya panggilan baru Si Kekar tapi KO terkapar!" tawa Si Ikal mengundang perhatian penghuni kamar lainnya pada melirik sambil senyum yang susah diartikan.
"Maaf, karena Aku kenalan tak ada yang menggubris jadi Aku punya panggilan pada kalian semua sebagai identitas menurut ciri khas kalian masing-masing, hanya untuk mengingat saja," ucap Andari meminta maaf.
"Tak apa lucu, biar Kita bisa mengingatnya. Kalau Aku siapa panggilannya?" tanya Si Ikal lagi.
"Si Ikal!" jawab Andari apa adanya.
"Hahaha... lucu Aku memang Ikal lain dari yang lain!" Si Ikal terkekeh sendiri.
"Yang tidak ada Aku tandai Si Kekar, Aku mengenalnya dan memberi julukan sesuai identitas sesuai yang Aku lihat, apa yang Aku lihat pertama kali Aku bertemu semuanya, yang itu Si Tinggi dan satunya lagi Si Tomboy!" sahut Andari.
"Woi! Lo semua setuju nggak punya panggilan baru?" teriak Si Ikal sambil tergelak.
Si Tinggi sama Si Tomboy mengacungkan jempolnya.
*******
Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Dwisya12Aurizra
aku siapa thor 🤔🤔
2023-01-26
2