Hai Cantik!

"Tuh dokter langgananmu sepertinya membawa obat buat luka mu Cantik!" ucap Si Ikal sambil menunjuk siapa yang datang di kejauhan dengan mengangkat mukanya.

Dr Barry kelihatan mencari cari di bagian blok depan, karena mambawa kantung plastik warna dop putih Si Ikal

mengira itu pasti obat untuk Si Cantik temannya.

Sudah menjadi kebiasaan dan memang adanya seperti itu LP Wanita hanya dihuni semua wanita yang kesepian kasih sayang pasangan keluarga dan juga Anak, semua menjalani konsekuensi dari manifestasi perbuatan yang telah dilakukan juga vonis hukuman yang harus dijalani sesuai ketuk palu hakim di pengadilan.

Adanya laki laki yang datang ke sel mereka siapa saja tak terkecuali pasti menjadi bahan godaan, candaan juga rayuan setiap warga binaan dari dalam sel.

Siapapun itu petugas listrik, Petugas air, Sipir, dokter pasti akan geli atau sekedar senyum mendengar semua celotehan mereka yang suka-suka dengan ucapannya.

"Halo tampan apel ke kamarku dong!"

"Mending ke kamarku siap booking dan pesan antar! hahaha..."

"Dokter! suntuk Aku dong!"

Dr Barry hanya tersenyum pada semua warga binaan, malah ada yang ingin memegang badannya segala. Sudah seperti ikan piranha yang mengendus darah dari luka makhluk lain.

Andari tersenyum saja mendengar semua ucapan dan celetukan dari tiap kamar yang memanjang di mana Mereka satu blok dengan kamar sel Andari. Menyadari kesepian sebagai makhluk yang membutuhkan kasih sayang itu sangat manusiawi memiliki naluri keinginan untuk melepaskan satu beban perasaan yaitu kebutuhan biologis seorang makhluk hidup.

Bagi Andari terlalu jauh untuk memikirkan hal kebutuhan biologis pada dirinya trauma berkepanjangan yang masih dirinya rasakan sampai saat ini mungkin perlu waktu dan kesiapan berpikir 1000 kali suatu saat jika ingin memulai membuka hati dan itu sangat-sangat jauh untuk Andari jangkau dalam masa sekarang ini, bahkan tak sedikitpun terpikirkan atau mungkin Andari tak akan memikirkan seorang laki-laki lagi dalam hidupnya.

Entahlah semuanya begitu tak terpikirkan seperti kesepiannya penghuni warga binaan yang lain sekedar menggoda atau mengeluarkan kata uneg-uneg atau hasrat mereka yang terpendam tak ada pelampiasan.

Dr Barry sampai di depan kamar sel Andari dan tersenyum, tapi kamar sebelah kiri dan kanan dan depan yang sibuk menanggapi kedatangan dr Barry yang sangat jarang inspeksi ke lapangan.

Suara sumbang dengan berbagai tanggapan dan komentar kedatangannya di situ menimbulkan kegaduhan tersendiri, Dr Barry orang ganteng, profesi sebagai dokter punya intelektual tinggi dan status sosial tersendiri tentu sangat empuk menjadi bahan godaan semua wanita kesepian.

"Woi! enak banget di apelin! bagi bagi dong...."

"Ngapain tuh dokter datang ke situ? emang siapa yang sakit?"

Andari berdiri menyambut dr Barry sambil tersenyum menghargai usaha dr Barry yang telah mengantar obat yang tadi habis di ruang kerjanya.

Dr Barry tertegun ke sekian kalinya saat memandang Andari yang berdiri sambil tersenyum berusaha membalas senyum Andari.

Lidahnya terasa kelu tapi matanya tetap memandang Andari malah dari ujung kaki samapi ujung kepala dan berhenti menatap muka Andari yang mengerutkan keningnya saat menyadari dr Barry lagi mengamatinya.

Si Ikal menyenggol lengan Andari baru dr Barry sadar kalau dirinya sudah memandang terlalu lama pada diri Andari pantas kelihatan Andari tak suka di pandang seperti itu.

"Eh, Ibu Andari maaf ini obatnya takut infeksi saja karena tadi terluka di dalam air got, tapi semoga saja tidak. Sudah Aku cuci tadi dengan antiseptic dan ini obat buat di minumnya semoga cepat sembuh, sudah berkurang rasa sakitnya?" ujar dr Barry sambil menatap manik mata Andari yang menusuk jantungnya.

"Malah tambah sakit dok, makanya langsung saja masuk kamar padahal masih mau nonton volly ball tadi itu," sahut Andari.

"Oh Kamu suka olahraga Volly ya? pantesan saja." jawab dr Barry memberikan ucapan dan jawaban yang menggantung membuat Andari kembali mengurutkan keningnya.

"Maksud dokter pantesan apa?"

Dr Barry terkejut merasa dirinya salah memberikan jawaban sehingga terlihat Andari merasa kebingungan dengan setiap ucapan yang tanpa disadarinya.

"Oh, pantesan Kamu tinggi soalnya suka main juga ya? maksudku badan Kamu ideal seorang pemain Volly Ball!"

"Ah, itu dulu dok. Kini Aku lebih suka nonton semua cabang olahraga."

Ya' sudah semoga cepat sembuh ya, jangan lupa di minum obatnya."

"Tentu sok pasti Si Cantik cepat sembuh apalagi sudah di tengok dokter," sahut Si Ikal sambil tersenyum.

Andari melirik sama Si Ikal tanpa berkata-kata dan Si Ikal hanya tersenyum.

Dr Barry juga tersenyum. Senyum yang menyimpan sejuta pertanyaan di benak Si Ikal sepertinya dokter ini suka sama Si Cantik sampai obat saja di anterin segala. Mana ada pasien lain yang mendapat prioritas seperti itu.

Lain lagi dengan Andari memandang semua bisa saja, sepertinya itu bagian dari pelayanan seorang dokter di klinik LP yang seharusnya memang bersikap seperti itu terhadap semua pasiennya.

Si Ikal ada penilaian lain dari tatapan, pandangan, senyuman juga cara berbicara cara memperlakukan Si cantik dokter itu terasa istimewa semoga saja menjadi sesuatu yang baik yang memberi kenyamanan pada diri Si Cantik temannya dan juga pada dirinya sebagai teman satu kamarnya.

Dr Barry pamitan diantar pandangan Andari dan Si Ikal juga pandangan dan penghuni sel lainnya.

"Manfaatkan itu dokter Cantik! sepertinya Dia suka sama Kamu, apalagi yang di cari di sini bagi semua orang sambil menuggu waktu kebebasannya? semua orang ingin mendapat perhatian dan pengakuan dari siapapun apalagi dokter itu sangat banyak peluang memberi Kita fasilitas lebih seandainya memang suka sama kamu Cantik!" ujar Si Ikal. Memang semua dianggap Andari berlebihan tapi seperti itu kenyataannya.

"Ah, Kakak suka gimana? sikap baik seperti itu memang tuntutan profesi dokter itu Kak, baik ke sama orang juga kok," sergah Andari merasa Si Ikal temannya begitu cepat mengasumsikan dan begitu cepat menyimpulkan semua pendapat yang mungkin bagi dr Barry hanya biasa saja dan Andari juga merasa biasa saja tak memandang lebih dan perhatian yang diberikan dokter Barry baginya seperti perhatian pada semua orang yang datang ke klinik LP karena membawa persoalan masing-masing.

"Hai Cantik! Kamu harus mengerti semua orang di sini memiliki kebutuhan, ada yang butuh cinta, kasih sayang, perhatian dan materi Kamu tuh sudah punya modal banyak banget di sini tahu modal Kamu itu? pintar dan cantik! sampai dokter itu datang ke sini hanya memberikan obat, apa artinya itu kalau bukan perhatian padamu?"

Andari tetap belum yakin itu bentuk perhatian berbeda, Andari masih menganggap itu perhatian dokter pada pasiennya.

Andari tak perduli dan tak mau meyakinkan diri dan hatinya seolah datar saja dan menganggap itu hal biasa.

*******

Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️

Episodes
1 Sidang yang tertunda
2 Menangislah jika itu membuatmu tenang!
3 Andari KO
4 Sadar dari pingsan
5 Malam pertama
6 Kembali ke sel
7 Si Ikal jadi teman pertama
8 Makan siang Andari
9 Masih di Bully
10 Andari bagai kenangan lama
11 Hai Cantik!
12 Tertawa lagi
13 Kediaman keluarga Harry Darmawan
14 Berjuta andai
15 Bayangan Andari di mata Nael
16 Agenda harian yang tertinggal
17 Hati dr Barry yang terusik
18 Jangan ucapkan terimakasih
19 Jadi leader
20 Assalamualaikum Bu Andari!
21 Sarapan bersama
22 Kejujuran dr Barry
23 Mau berkunjung
24 Andari!
25 Kunjungan pertama
26 Wangi parfum
27 Teman Netty
28 Pengakuan perasaan
29 Harapan Ibu Rina Darmawan
30 Semangat makan malam
31 Makan malam santai
32 Sikap Nael biasa saja
33 Obrolan dan pertemuan berharga
34 Angan Andari
35 Tidak ada komitmen
36 Menyiratkan suatu
37 Mencoba jujur
38 Relasi yang sudah kenal
39 Netty love
40 Kecewa Ricko
41 Akhirnya ungkapan rasa
42 Jadian walau bukan ABG
43 Kunjungan Yasmin
44 Sikap biasa saja Nael
45 Amanda
46 Pertemuan manis
47 Perhatian dr Barry
48 Titip salam lewat bingkisan
49 Sandaran jiwa
50 Perhatian lain
51 Jujur yang mengusik
52 Mencari jejak seseorang
53 Kakak sama Adik
54 Penolakan Netty
55 Kemuraman Ibu
56 Debat pertama
57 Keinginan Ortu
58 Debat apa diskusi
59 Berpikirlah lagi Nak
60 Keakraban Adik dan Kakak
61 Kangen
62 Ingin memenangkan hatinya.
63 Andari tahu sikap orangtuanya Nael
64 Masih ada asa
65 Kompetitor
66 Bersaing
67 Kesal Monik
68 Assalamu'alaikum dokter!
69 Kunjungan Ibu Rina Darmawan
70 Tafakur Andari
71 Perenungan
72 Hati Andari tak berpaling
73 Pergi dari rumah
74 Kecewa Monik
75 Bimbang Andari
76 Perdebatan
77 Bayangan menghirup dunia luar
78 Kesadaran sahabat
79 Panggilan Bu Yohana
80 Arti kebebasan
81 Nazar bersujud
82 Tak sabar
83 Papa?
84 Mau di lamar
85 Bertemu Atasan masa kerja
86 Tak bertemu Ibu
87 Masih merasa bersalah
88 Selangkah lagi
89 Akhirnya penantian itu datang
90 Aku kini milikmu Mas
91 Darah buat Ibu
92 Senyum bahagia
93 Kebahagiaan
94 Bulan madu
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Sidang yang tertunda
2
Menangislah jika itu membuatmu tenang!
3
Andari KO
4
Sadar dari pingsan
5
Malam pertama
6
Kembali ke sel
7
Si Ikal jadi teman pertama
8
Makan siang Andari
9
Masih di Bully
10
Andari bagai kenangan lama
11
Hai Cantik!
12
Tertawa lagi
13
Kediaman keluarga Harry Darmawan
14
Berjuta andai
15
Bayangan Andari di mata Nael
16
Agenda harian yang tertinggal
17
Hati dr Barry yang terusik
18
Jangan ucapkan terimakasih
19
Jadi leader
20
Assalamualaikum Bu Andari!
21
Sarapan bersama
22
Kejujuran dr Barry
23
Mau berkunjung
24
Andari!
25
Kunjungan pertama
26
Wangi parfum
27
Teman Netty
28
Pengakuan perasaan
29
Harapan Ibu Rina Darmawan
30
Semangat makan malam
31
Makan malam santai
32
Sikap Nael biasa saja
33
Obrolan dan pertemuan berharga
34
Angan Andari
35
Tidak ada komitmen
36
Menyiratkan suatu
37
Mencoba jujur
38
Relasi yang sudah kenal
39
Netty love
40
Kecewa Ricko
41
Akhirnya ungkapan rasa
42
Jadian walau bukan ABG
43
Kunjungan Yasmin
44
Sikap biasa saja Nael
45
Amanda
46
Pertemuan manis
47
Perhatian dr Barry
48
Titip salam lewat bingkisan
49
Sandaran jiwa
50
Perhatian lain
51
Jujur yang mengusik
52
Mencari jejak seseorang
53
Kakak sama Adik
54
Penolakan Netty
55
Kemuraman Ibu
56
Debat pertama
57
Keinginan Ortu
58
Debat apa diskusi
59
Berpikirlah lagi Nak
60
Keakraban Adik dan Kakak
61
Kangen
62
Ingin memenangkan hatinya.
63
Andari tahu sikap orangtuanya Nael
64
Masih ada asa
65
Kompetitor
66
Bersaing
67
Kesal Monik
68
Assalamu'alaikum dokter!
69
Kunjungan Ibu Rina Darmawan
70
Tafakur Andari
71
Perenungan
72
Hati Andari tak berpaling
73
Pergi dari rumah
74
Kecewa Monik
75
Bimbang Andari
76
Perdebatan
77
Bayangan menghirup dunia luar
78
Kesadaran sahabat
79
Panggilan Bu Yohana
80
Arti kebebasan
81
Nazar bersujud
82
Tak sabar
83
Papa?
84
Mau di lamar
85
Bertemu Atasan masa kerja
86
Tak bertemu Ibu
87
Masih merasa bersalah
88
Selangkah lagi
89
Akhirnya penantian itu datang
90
Aku kini milikmu Mas
91
Darah buat Ibu
92
Senyum bahagia
93
Kebahagiaan
94
Bulan madu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!