Tertawa lagi

"Cantik, jangan bodoh jadi orang. Aku melihat tatapan berbeda dokter itu. Delapan tahun di sini siapa yang mau perduli? keluarga juga pasti akan merasa bosan dan akhirnya sampai pada titik jenuh menengok membiayai sedangkan apa yang bisa kita kerjakan di sini kalau bukan menerima belas kasihan orang?" ucap Si Ikal mengingatkan Andari yang baru beberapa hari saja tinggal di sini menjadi warga binaan, belum merasakan apa-apa seperti dirinya yang sudah menjalani dua tahun dari 10 tahun penjara yang di vonis hakim pada dirinya.

Andari diam dirinya baru beberapa hari ada di sini, mungkin belum pernah merasakan apa yang diucapkan Si Ikal temannya itu mungkin benar tetapi Andari berpikir bukan dengan cara menjilat dan memanfaatkan perasaan orang lain yang suka pada dirinya apalagi sampai menjual diri demi sebuah perhatian atau materi yang dibutuhkan di sini.

Andari punya keinginan, goal dan tujuan jelas keluar dari LP suatu saat nanti harus bisa berkarir kembali walau di belahan bumi mana, atau usaha mandiri sekecil apapun untuk melanjutkan hidupnya walau semua itu belum terlihat dan masih terlalu jauh apa yang akan di jalaninya nanti.

"Aku ingin hidup biasa Kak, Aku tak ingin memanfaatkan seseorang apalagi dokter itu belum tentu seperti apa yang Kakak sebutkan tadi memberi perhatian lebih atau yang lainnya dan Aku sendiri tidak tertarik apalagi yang berurusan dengan kaum laki-laki," jawab Andari memang tak terpikirkan sama sekali apalagi soal laki-laki hampir tidak ada terlintas di benaknya.

Kekecewaan pada Wilman suaminya dulu menjadikan Andari berasa di sini itu cukup membuat Andari sadar diri kalau rasa cinta dan kepercayaan yang di bangunnya selama ini harus berakhir dengan luka dan perasaan terkoyak hancur tak bersisa apapun selain penyesalan dan airmata.

"Ha-ha-ha... konyol Kamu Cantik! ingat suatu saat nanti Kamu pasti butuh seseorang untuk akses apa saja jangan munafik dan sok idealis mau lumutan di sini? Aku hanya memberitahukan Kamu dan mengingatkan kalau Aku jadi Kamu Cantik sudah Aku manfaatkan siapa saja yang memberi perhatian padaku. Entah karena Aku memang kere tidak ada supply apapun dari keluargaku dan Aku tidak menyalahkan kenyataan malah Aku akan menyambutnya jika punya kesempatan seperti kamu!" ucap Si Ikal menyayangkan sikap Andari.

"Tapi Kak, dokter itu belum tentu memberikan perhatian kepadaku Aku belum punya rencana apapun di sini, merasakan sakit, berobat, di bully itu adalah adaptasi yang luar biasa, dan semoga Aku bisa melewatinya itu saja dulu dan seterusnya entahlah setelah Aku tahu agenda yang akan dijalani setiap harinya mungkin Aku akan mendalami ilmu agama untuk bekal ketentraman ku."

"Dari mana Kamu mau menggali ilmu agama? dari teman seperti Aku? pengajian rutin setiap malam minggu, atau dari bacaan? siapa yang akan menyuplai buku-buku yang akan kamu baca dan kamu pelajari di sini? Aku rasa keluargamu terlalu direpotkan untuk hal-hal itu. Semua harus ada jalan dan mulailah dengan hal kecil, sambut senyum dokter itu!" sahut Si Ikal seakan meyakini semua pandangannya benar kalau dokter itu suka sama Andari.

Andari bingung, dirinya napi dan warga binaan dengan predikat menghilangkan nyawa suaminya sendiri, apa masih punya hak diperhatikan? atau pantas di cintai? orang si luar sana memandang sebelah mata dirinya merasa setiap mata menghakiminya.

Andari sendiri merasa dirinya orang kotor, hina dan merasa sudah tak punya harga diri lagi di masyarakat terlebih Andari merasa dirinya jauh dari rasa sabar sehingga kejadian itu terjadi, kalau saja bisa sedikit sabar tidak kalap mungkin bisa di selesaikan dengan cara apapun yang dianggap bisa menyelesaikan permasalahannya itu.

"Kak, Aku tidak bisa seperti itu! jujur Aku takut dan trauma luar biasa dengan seorang laki-laki, lalu apa bukan masalah kita kan tidak tahu status dr Barry itu seperti apa? Dia senang sama Aku hanya menurut pandangan Kakak saja yang sebenarnya kita tak tahu kan?" jawab Andari masih tak percaya masa orang secepat itu suka?

"Oke, itu pandanganku saja tapi mata dan salah tingkahnya telah mewakili perasaanya menurutku. Gini saja Kita lihat perkembangannya dan jangan salah banyak juga yang mengidolakan duda itu Cantik tapi sekian tahun Aku ada di sini belum pernah seorang dokter membawakan obat buat pasien warga binaan kecuali Kamu cantik!" celetuk Si Ikal sambil senyum pada Andari.

"Ah, masa dr itu duda? Aku warga baru Kak maaf jadi belum tahu yang sebenarnya kehidupan di sini seperti apa?"

"Cantik hidup ini penuh trik dan intrik, juga harus punya taktik kalau memang kita masih ingin hidup dan punya masa depan."

Ucapan Si Ikal membuat Andari sadar kalau semuanya bisa di jalani dengan cara kotor atau apapun sesuai keinginan Kita, semua orang di sini muram dan gelisah dengan masa depannya yang akan seperti apa nanti termasuk Andari sendiri.

"Jadi Aku harus bagaimana Kak?" tanya Andari pura-pura bego.

"Kamu punya modal wajah cantik dan paling cantik menurutku diantara sekian banyak warga binaan di LP ini. Kamu sadar tidak? manfaatkan itu kalau bisa pacari tuh dokter minta fasilitas kalau orang senang mungkin akan longgar di minta apapun, pacaran seperti apa terserah! mau selamanya mau semasa Kamu di sini juga terserah pacaran itu membuat hati kita bahagia Cantik kalau Aku ada yang perhatian dan ingin pacaran sama Aku sudah pasti Aku sambut dengan baik! mau tukang sampah tukang servis listrik, juru masak pokoknya Aku pacari yang penting Aku bisa manfaatkannya, tapi sayang nggak ada yang merhatiin orangtua kayak Aku ini!" ujar Si Ikal di akhiri dengan terkekeh sendiri.

"Hah? pacaran? ancaman dong bagi yang naksir duluan sama tuh dokter!" tawa renyah Andari akhirnya keluar juga merasa lucu saja dengan masukan dan pendapat Si Ikal tapi Andari menghargainya.

Pertama kali Andari tertawa setelah sekian bulan tak merasakan nikmatnya tertawa, apalagi Si Ikal jiga sama tertawa sambil mengajak toast dengan mengangkat gelas stainless tempat minum mereka, Andari menyambutnya sambil tetap tertawa.

"Baiklah Kak, masukannya layak Aku pertimbangkan tapi Aku harus melihat dulu, jangan-jangan dokter itu tidak senang sama Aku jadi zonk dong?" Mereka tertawa kembali walau tetangga kamar yang sebagian sudah ada yang masuk menganggap mereka stres dan sudah gila.

*******

Sambil nunggu up NODA KELAM MASA LALU Baca juga ya, Pesona Aryanti, Biarkan Aku Memilih, Meniti Pelangi, Masa Lalu Sang Presdir, Cinta Di Atas Perjanjian, By Enis Sudrajat 🙏❤️

Episodes
1 Sidang yang tertunda
2 Menangislah jika itu membuatmu tenang!
3 Andari KO
4 Sadar dari pingsan
5 Malam pertama
6 Kembali ke sel
7 Si Ikal jadi teman pertama
8 Makan siang Andari
9 Masih di Bully
10 Andari bagai kenangan lama
11 Hai Cantik!
12 Tertawa lagi
13 Kediaman keluarga Harry Darmawan
14 Berjuta andai
15 Bayangan Andari di mata Nael
16 Agenda harian yang tertinggal
17 Hati dr Barry yang terusik
18 Jangan ucapkan terimakasih
19 Jadi leader
20 Assalamualaikum Bu Andari!
21 Sarapan bersama
22 Kejujuran dr Barry
23 Mau berkunjung
24 Andari!
25 Kunjungan pertama
26 Wangi parfum
27 Teman Netty
28 Pengakuan perasaan
29 Harapan Ibu Rina Darmawan
30 Semangat makan malam
31 Makan malam santai
32 Sikap Nael biasa saja
33 Obrolan dan pertemuan berharga
34 Angan Andari
35 Tidak ada komitmen
36 Menyiratkan suatu
37 Mencoba jujur
38 Relasi yang sudah kenal
39 Netty love
40 Kecewa Ricko
41 Akhirnya ungkapan rasa
42 Jadian walau bukan ABG
43 Kunjungan Yasmin
44 Sikap biasa saja Nael
45 Amanda
46 Pertemuan manis
47 Perhatian dr Barry
48 Titip salam lewat bingkisan
49 Sandaran jiwa
50 Perhatian lain
51 Jujur yang mengusik
52 Mencari jejak seseorang
53 Kakak sama Adik
54 Penolakan Netty
55 Kemuraman Ibu
56 Debat pertama
57 Keinginan Ortu
58 Debat apa diskusi
59 Berpikirlah lagi Nak
60 Keakraban Adik dan Kakak
61 Kangen
62 Ingin memenangkan hatinya.
63 Andari tahu sikap orangtuanya Nael
64 Masih ada asa
65 Kompetitor
66 Bersaing
67 Kesal Monik
68 Assalamu'alaikum dokter!
69 Kunjungan Ibu Rina Darmawan
70 Tafakur Andari
71 Perenungan
72 Hati Andari tak berpaling
73 Pergi dari rumah
74 Kecewa Monik
75 Bimbang Andari
76 Perdebatan
77 Bayangan menghirup dunia luar
78 Kesadaran sahabat
79 Panggilan Bu Yohana
80 Arti kebebasan
81 Nazar bersujud
82 Tak sabar
83 Papa?
84 Mau di lamar
85 Bertemu Atasan masa kerja
86 Tak bertemu Ibu
87 Masih merasa bersalah
88 Selangkah lagi
89 Akhirnya penantian itu datang
90 Aku kini milikmu Mas
91 Darah buat Ibu
92 Senyum bahagia
93 Kebahagiaan
94 Bulan madu
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Sidang yang tertunda
2
Menangislah jika itu membuatmu tenang!
3
Andari KO
4
Sadar dari pingsan
5
Malam pertama
6
Kembali ke sel
7
Si Ikal jadi teman pertama
8
Makan siang Andari
9
Masih di Bully
10
Andari bagai kenangan lama
11
Hai Cantik!
12
Tertawa lagi
13
Kediaman keluarga Harry Darmawan
14
Berjuta andai
15
Bayangan Andari di mata Nael
16
Agenda harian yang tertinggal
17
Hati dr Barry yang terusik
18
Jangan ucapkan terimakasih
19
Jadi leader
20
Assalamualaikum Bu Andari!
21
Sarapan bersama
22
Kejujuran dr Barry
23
Mau berkunjung
24
Andari!
25
Kunjungan pertama
26
Wangi parfum
27
Teman Netty
28
Pengakuan perasaan
29
Harapan Ibu Rina Darmawan
30
Semangat makan malam
31
Makan malam santai
32
Sikap Nael biasa saja
33
Obrolan dan pertemuan berharga
34
Angan Andari
35
Tidak ada komitmen
36
Menyiratkan suatu
37
Mencoba jujur
38
Relasi yang sudah kenal
39
Netty love
40
Kecewa Ricko
41
Akhirnya ungkapan rasa
42
Jadian walau bukan ABG
43
Kunjungan Yasmin
44
Sikap biasa saja Nael
45
Amanda
46
Pertemuan manis
47
Perhatian dr Barry
48
Titip salam lewat bingkisan
49
Sandaran jiwa
50
Perhatian lain
51
Jujur yang mengusik
52
Mencari jejak seseorang
53
Kakak sama Adik
54
Penolakan Netty
55
Kemuraman Ibu
56
Debat pertama
57
Keinginan Ortu
58
Debat apa diskusi
59
Berpikirlah lagi Nak
60
Keakraban Adik dan Kakak
61
Kangen
62
Ingin memenangkan hatinya.
63
Andari tahu sikap orangtuanya Nael
64
Masih ada asa
65
Kompetitor
66
Bersaing
67
Kesal Monik
68
Assalamu'alaikum dokter!
69
Kunjungan Ibu Rina Darmawan
70
Tafakur Andari
71
Perenungan
72
Hati Andari tak berpaling
73
Pergi dari rumah
74
Kecewa Monik
75
Bimbang Andari
76
Perdebatan
77
Bayangan menghirup dunia luar
78
Kesadaran sahabat
79
Panggilan Bu Yohana
80
Arti kebebasan
81
Nazar bersujud
82
Tak sabar
83
Papa?
84
Mau di lamar
85
Bertemu Atasan masa kerja
86
Tak bertemu Ibu
87
Masih merasa bersalah
88
Selangkah lagi
89
Akhirnya penantian itu datang
90
Aku kini milikmu Mas
91
Darah buat Ibu
92
Senyum bahagia
93
Kebahagiaan
94
Bulan madu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!