"Iya, Mamen. Dia bukan anakku yang sebenarnya."
"Jadi?" tanya Kai penasaran.
"Dia anaknya kak Ela," ucapnya lirih. Dengan masih terisak-isak.
"Bagaimana ceritanya? Kok bisa?"
"Ternyata Mamen...."
Hiks hiks hiks
"Si kakak sudah pernah melakukan itu sama laki-laki kebangsaan Bangladesh saat ia di Malaysia," ucapnya. Pecah sudah tangis Fiya.
Kaianna bergeming. Diam seribu bahasa. Hanya terdengar isakan tangis di sebrang sana.
Beberapa saat kemudian, Fiya melanjutkan ceritanya. Menceritakan yang sebenarnya tentang baby Nawal. Semua ia ungkapkan tanpa ada yang ia sembunyikan lagi.
"Janji ya, Mamen. Jangan bilang siapa-siapa. Karena ku anggap kau adalah orang yang tepat untuk tempat ku cerita, makanya aku buka semuanya. Berat banget rasanya, Mamen. Hiks hiks hiks."
"Kau tenang saja, Fiya. Aku akan menyimpan semua rahasia ini sampai aku mati," sahut Kai.
"Terus, mama gimana?" tanya Kai lagi.
"Mama ya, down banget, Mamen. Bahkan ia tak sanggup berkata-kata. Menangis aja bahkan nggak kuat mama, Mamen."
Terdiam Kai mendengar semuanya. Bahkan ia meneteskan air matanya meski ia tak menyadarinya.
Kai telah menganggap mama Basagita seperti ibu kandungnya sendiri bahkan ia juga memanggil ibu Basagita dengan sebutan mama. Begitu pun dengan almarhum papa Rudi.
Kehilangan seorang figur ayah dari kecil membuat Kai juga merindukan sosok ayah. Maka ia menganggap almarhum papa Rudi dulu seperti ayahnya sendiri.
"Kau tau, Mamen...."
Hiks hiks hiks
Tangis Fiya belum juga berhenti dari tadi.
"Mama seperti memiliki jiwa yang kosong. Tak sanggup lagi rasanya berucap dengan keadaan si kakak. Bahkan pernah suatu kali ku dengar, mama menangis di tengah malam, jauh sebelum kejadian ini, menangisi si kakak. Yang selalu membuat hati mama kecewa. Tapi ini keterlaluan, Mamen. Ia sudah menghancurkan hati mama," ucap Fiya panjang lebar. Ia masih menangis sesentrupan.
Kaianna mendengarkan dengan seksama curhatan hati dari Fiya. Segala sesuatu tentang Fiya telah ia kenal luar dan dalam. Fiya adalah sosok wanita yang tak bisa memendam perasaan. Akan sesak rasanya bila ia bungkam seribu bahasa tentang perasaannya.
Dan... Kai lah satu-satunya tempat ja mencurahkan segalanya, tidak dengan si kakak, mama ataupun papanya.
Tetapi sekarang, jarak memisahkan mereka. Seandainya ia punya sayap, ia ingin terbang bertemu Kai dan memeluknya. Menumpahkan semua luka yang ia rasa sekarang. Begitu juga dengan Kai. Ia ingin terbang menemui Fiya dan memeluknya erat.
Untuk sekarang, hanya doa yang bisa ia panjatkan untuk sang sahabat.
"Terus apa kata si kuda laut?" tanya Kai.
Hufft
Fiya menghela nafas beratnya.
"Dia lebih terima, Mamen. Dia lebih sabar dan juga tenang dengan semua ini. Bahkan dia yang selama ini mengurus baby Awal. Meski aku tau, Mamen, jauh di lubuk hatinya, ia juga belum siap." Fiya menimpali.
"Mamen, aku tau kau adalah wanita yang kuat. Sekian tahun aku mengenal mu, kau adalah wanita yang tegar, ceria. Bahkan sering sekali kau menyembunyikan lukamu terhadap orang lain. Di luar kau tertawa, tapi di dalam kau rapuh."
Kai memberi jeda pada ucapannya. Ia ingin mendengar respon Fiya.
Namun ternyata Fiya hanya diam, tetapi tidak terdengar lagi isakan tangis pilu yang tadi.
"Sang khalik tak memberi cobaan melebihi kekuatan umat-NYA. Kau dipilih karena kau kuat."
"Tapi, Mamen, jujur aku belum bisa terima Nawal seutuhnya. Sesungguhnya apa yang kusanggupi di depan mama waktu itu bohong. Itu hanya untuk membuat hati mama terhibur. Agar beban mama berkurang."
"Dan kau tau, Mamen. Si kakak sudah married."
"Iya, aku tau. Kan kau undang waktu itu. Tapi aku nggak bisa datang karena ga kau taulah aku ini sok sibuk," sahut Kai mencoba mencairkan suasana. Ia tak mau lagi Fiya merasa sedih.
"Apa dia tau kalau si kakak sudah buka segel ya, Mamen?" tanya Kai lagi.
Seketika Fiya disana tersenyum.
Ya, beban yang di pundaknya sudah berkurang. Kata orang, dengan cerita ke orang yang tepat, beban akan berkurang. Meski orang tersebut tak mampu memberi solusi. Tapi dengan mendengarkan curhatannya, bahkan yang curhat sampai bisa mengeluarkan uneg-unegnya bahkan sampai menangis, itu artinya ia nyaman. Dan bebannya pun berkurang.
"Entahlah, Mamen. Tapi menurutku dia akan menutup mata. Karena bisa bucin banget sama si kakak. Dulu juga waktu mereka pacaran, begh posesif benar tu si Nai Nai itu."
"Namanya, Nak?"
"Hanai namanya," ucap Fiya menegaskan.
"Tapi, Mamen, setauku kebohongan kakinya pendek. Mau sejauh apa kalian mengubur kebenaran tentang baby Awal, pasti akan terkuak juga kelak. Cepat atau lambat," ucap Kai menginginkan.
"Jangan sampai nanti baby Awal tau dari orang lain," tambah Kai.
"Iya, Mamen. Aku tau. Aku nanti akan cerita ke Awal suatu saat bila ia sudah dewasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments