Bab 12. Tidak Berdarah

Daniela sudah sangat kikuk sebenarnya. Untung saja ibu mertuanya paham dan langsung mematahkan ucapannya agar tak panjang lebar kemana-mana.

"Bang, kok pulangnya cepet?"

"Jam ngajar sudah habis. Jadi langsung pulang aja. Sebenarnya diajak nongkrong sih sama Dante, tapi nanti aja kubilang." Hanai sibuk membenarkan kemejanya, menggulung lengannya hingga sampai ke siku.

"Mau minum apa?" tanya Ela seraya memberi salim pada sang suami.

"Air hangat aja deh. Lagi nggak enak tenggorokan nih." Hanai mendudukkan bokongnya di kursi yang ada di dapur, meja makan.

"Abang sakit?"

"Nggak, El. Hanya tenggorokannya aja yang gatal."

Ela pun mengambil segelas air hangat lalu memberikan pada suaminya. Sementara ibu mertuanya, mama Heera tersenyum menyaksikan anak dan menantunya itu.

Kepanikan dan ketakutan dalam diri Ela, perlahan mulai sirna seiring datangnya suami dari tempat ia mengajar. Tapi jauh di dalam lubuk hatinya, ketakutan itu tetap ada. Namun ia berusaha setenang mungkin agar keluarga barunya itu tak mencurigai dirinya.

Beep Beep Beep

Tiba-tiba, ponsel Hanai berbunyi. Tapi ia masih belum menjawab lantaran ia masih meneguk air hangat yang disuguhkan oleh istri tercintanya

"Kok nggak diangkat bang?" tanya Ela, mengerutkan keningnya. Dia bisa membaca nama kontak yang menelpon.

Gluk Gluk Gluk Gluk

Hanai meneguk minuman itu sampai habis setengah gelas. "Iya, sayang bentar. Lagi menikmati minumannya."

"Cuma air putih doang, bang. Lebay banget sih," celetuk Ela, ada senyum yang terukir di bibirnya. .

Suara ponsel itu masih berdering.

"Buruan angkat. Takutnya penting, bang."

Hanai pun mengklik layar ponsel yang bersimbolkan telpon dengan warna hijau.

"Iya, Hallo, Dan."

"Buruan. Gue lagi di Kafe nih!"

"Iya, iya. Gue kesana sekarang."

Klik

Panggilan pun diakhiri oleh Hanai sekilas.

"Apa kata Dan Dan itu, bang?"

"Dante, sayang, bukan Dan Dan. Entar dia marah kalau dengar" Hanai membenarkan ucapan istrinya.

"Iya, bang. Terus apa katanya?"

"Abang pergi dulu ya. Ada urusan penting sama Dante. Kamu baik-baik ya di rumah. Kalau aku kelamaan pulang, kamu tidur aja duluan. Bisa kan? Nggak usah tunggu Abang pulang."

"Tapi, Ba-"

Tanpa mendengar kelanjutan ucapan sang istri, Hanai buru-buru ke kamar, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Bahkan ia mengabaikan istrinya yang memanggil-manggil namanya.

Usai bersih-bersih, Hanai ijin kepada istri, ayah dan juga ibunya. Entah kenapa ia penasaran sekali, apa yang akan disampaikan Dante kepadanya. Karena desakan Dante lah maka ia buru-buru pergi.

****

"Sorry, bro. Waktu itu gue batal ketemu Lo. Tiba-tiba gue ada urgent waktu itu," ucap Dante menjelaskan.

Saat ini mereka sudah berada di Kafe sesuai janji di telepon tadi.

"Terus Lo mau bilang apa ke gue? Lalu kenapa rame-rame. Malah Lo bawa juga nih si kuntet."

"Kenapa? Lo ga senang ketemu gue?" tanya orang yang dibilang Hanai kuntet. Dia protes karena Hanai menanyakan keberadaannya."

"Lo ga senang ketemu gue?" lanjutnya.

"Bukan gitu, bro. Tapi kan dia bilang gue sama dia doang yang mau ketemu."

"Kalian berdua nyembunyiin sesuatu dari gue? Sampai gue ikut kalian bahkan jadi bahan pertanyaan. Ah ga asik, Lo. Teman nggak ada akhlak," sarkas Davin.

"Kok kalian berdua malah ribut sih? Ga terima gitu kita bertiga ketemuan? Nggak terima gue ajak nongkrong? Kita kan udah jarang nongkrong bertiga, formasi lengkap. Apalagi ini nih, pengantin baru," tekan Dante pada kata pengantin baru.

"Jadi Lo nyuruh gue buru-buru kesini hanya untuk nongkrong doang?" tanya Hanai. Padahal ia sudah sangat kepo tentang ucapan Dante di telepon tadi.

"Iya. Hehehe," ucap Dante tanpa dosa. Ia malah menyunggingkan senyumnya, sehingga tampaklah gigi putih dan rapinya.

"Sialan, Lo," ucap Hanai tak terima.

"Lo kan pengantin baru. Ya gue kan mau bertanya banyak hal ke Lo. Gimana rasanya setelah menikah, lalu apakah nikmat pada malam pertama. Ya gue kepo lah. Teman gue satu-satunya yang sudah married kan Lo doang. Yang paling dekat," ujar Dante panjang lebar. "Si kuntet ini juga mana tau apa-apa," lanjutnya.

"Heh, bocah gue punya nama. Nama gue bukan kuntet tapi Davin," ujar Davin menegaskan.

Teman-temannya memanggilnya kuntet karena dia pendek, beda dengan Dante dan Hanai yang tinggi.

Begitulah obrolan ketiga sahabat itu kalau sudah bertemu. Banyakan bercandanya dari pada seriusnya. Bahkan nggak akan ada ujungnya itu perdebatan kalau ketiganya tidak ada yang mengakhiri obrolan un-faedah itu.

"Gimana? Berdarah nggak?" tanya Dante tiba-tiba. Ia mencolek lengan Hanai dengan jari telunjuknya.

"Apanya yang berdarah?" tanya Hanai tak mengerti maksud ucapan Dante

"Itunya istri Lo."

"Itunya apa? Yang jelas Lo kalau nanya," sela Davin.

"Ah Lo berdua kayak nggak ngerti aja," timpal Dante, lalu menyeruput jus yang ada di gelas di hadapannya.

Mereka nongkrong bukan minum-minuman beralkohol atau apa, namun jus. Kata Dante sih biar sehat.

Hanai dan Davin masih bingung dengan pertanyaan Dante. Mereka berdua tak mengerti arah pembicaraan ini kemana.

"Ah Lo, kuntet. Pake acara nggak ngerti lagi. Padahal diantara kita bertiga Lo yang paham soal ini meski Lo belum menikah," ucap Dante.

Davin berpikir sejenak. Lalu ia menyunggingkan senyumnya karena sudah mengerti kemana arah pembahasan ini.

Hanai malah semakin tambah bingung. Ya, diantara mereka bertiga hanya dia yang masih bingung tentang semua ini.

"Ketika malam pertama gimana, Han? Enak nggak? Rasanya gimana sih? Masih perawan nggak? Berdarah nggak?" tanya Dante beruntun.

Barulah Hanai paham maksud kedua temannya.

"Berdarah?" tanya Hanai "Istri gue nggak berdarah. Sakit kali kalau dia berdarah," lanjutnya.

"Sakit tapi nikmat kan," goda Davin.

"Jadi istri Lo nggak berdarah? Berarti nggak perawan dong," ujar Hanai keceplosan. Dia orangnya memang gitu. Kalau ngomong suka nggak di filter.

Seketika Hanai ternganga. Bayangan tentang malam pertama dengan sang istri berputar di kepalanya. Kilas balik malam pertama mereka seolah berputar bagai film klasik dalam pikirannya.

Ia tersenyum mengingat akan hal itu. Membuat kedua temannya heran. Hanai tersenyum tak membagi senyuman itu dengan mereka. Tetapi kemudian ia tiba-tiba terlihat serius. Pertanyaan dari Dante tentang istrinya berdarah atau tidak langsung melunturkan senyum merekahnya.

"Memangnya kalau tidak berdarah tandanya apa?" tanya Hanai polos.

"Tandanya gadis itu sudah tak suci lagi alias tidak pe-ra-wan," ujar Davin. Menegaskan pada kata perawan.

"Istri Lo nggak perawan? Dia nggak berdarah?" Semakin diperjelas oleh Dante

Hanai tiba-tiba terdiam seribu bahasa. Satu tanya menohok yang tertanam dalam benaknya. Bahkan sampai membuat ia sesak. Apakah benar istrinya seperti yang dituduhkan oleh sahabatnya? Apakah benar Daniela sudah tidak perawan lagi? Secara sewaktu malam pertama kan 'popo' nya tidak berdarah

Episodes
1 Bab 1. Ingin Jumpa
2 Bab 2. Surat Perjanjian
3 Bab 3. Sejauh Mungkin
4 Bab 4. Nawal Kahla
5 Bab 5. 2,5 Kg
6 Bab 6. Kenapa Harus Malam?
7 Bab 7. Hari Pernikahan
8 Bab 8. Malu?
9 Bab 9. Melodi Memori
10 Bab 10. Apa? Sakit?
11 Bab 11. Siapa Yang Hamil?
12 Bab 12. Tidak Berdarah
13 Baba 13. Jujur Sama Mama
14 Bab 14. Video Ciwi-ciwi
15 Bab 15. Gara-gara Kamu
16 Bab 16. Kan Ku Pinjamkan Bahuku
17 Bab 17. Merongrong Quality Time Ku
18 Bab 18. Cobalah!
19 Bab 19. Mamen
20 Bab 20. Kuda Laut
21 Bab 21. Penabalan Nama
22 Bab 22. Curiga
23 Bab 23. Aku Anak Siapa?
24 Bab 24. Aku Anak Siapa Part 2
25 Bab 25. Tante Yakin Bisa Jujur?
26 Bab 26. Tidur Bareng Tante
27 Bab 27. Misi Rahasia
28 Bab 28. Misi Rahasia 2
29 Bab 29. Pergi Main
30 Bab 30. Tidak Suka Lato-lato
31 Bab 31. Kotak Misterius
32 Bab 32. Mandul
33 Bab 33. Darah
34 Bab 34. Gaya Baru
35 Bab 35. Bayangan Misterius
36 Bab 36. Bayi Gede
37 Bab 37. Cinta Ditolak
38 Bab 38. Bukan Anak Kecil
39 Bab 39. Robin Kabur
40 Bab 40. Kita Harus Bicara
41 Bab 41. Dokter Mengancam Saya?
42 Bab 42. Dia Putrinya Ela?
43 Bab 43. Kamu Menyembunyikan Sesutu
44 Bab 44. Berita Viral
45 Bab 45. Berita Viral 2
46 Bab 46. Mama
47 Bab 47. Kecelakaan
48 Bab 48. Sakit dan Perih
49 Bab 49. Nawal Kabur
50 Bab 50. Cepatlah, pak!
51 Bab 51. Nawal Kecelakaan
52 Bab 52. Nawal, Ya?
53 Bab 53. Ketawa-ketiwi
54 Bab 54. Bos Kecil dan Tuan Muda
55 Bab. 55. Daniel Hendarson
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1. Ingin Jumpa
2
Bab 2. Surat Perjanjian
3
Bab 3. Sejauh Mungkin
4
Bab 4. Nawal Kahla
5
Bab 5. 2,5 Kg
6
Bab 6. Kenapa Harus Malam?
7
Bab 7. Hari Pernikahan
8
Bab 8. Malu?
9
Bab 9. Melodi Memori
10
Bab 10. Apa? Sakit?
11
Bab 11. Siapa Yang Hamil?
12
Bab 12. Tidak Berdarah
13
Baba 13. Jujur Sama Mama
14
Bab 14. Video Ciwi-ciwi
15
Bab 15. Gara-gara Kamu
16
Bab 16. Kan Ku Pinjamkan Bahuku
17
Bab 17. Merongrong Quality Time Ku
18
Bab 18. Cobalah!
19
Bab 19. Mamen
20
Bab 20. Kuda Laut
21
Bab 21. Penabalan Nama
22
Bab 22. Curiga
23
Bab 23. Aku Anak Siapa?
24
Bab 24. Aku Anak Siapa Part 2
25
Bab 25. Tante Yakin Bisa Jujur?
26
Bab 26. Tidur Bareng Tante
27
Bab 27. Misi Rahasia
28
Bab 28. Misi Rahasia 2
29
Bab 29. Pergi Main
30
Bab 30. Tidak Suka Lato-lato
31
Bab 31. Kotak Misterius
32
Bab 32. Mandul
33
Bab 33. Darah
34
Bab 34. Gaya Baru
35
Bab 35. Bayangan Misterius
36
Bab 36. Bayi Gede
37
Bab 37. Cinta Ditolak
38
Bab 38. Bukan Anak Kecil
39
Bab 39. Robin Kabur
40
Bab 40. Kita Harus Bicara
41
Bab 41. Dokter Mengancam Saya?
42
Bab 42. Dia Putrinya Ela?
43
Bab 43. Kamu Menyembunyikan Sesutu
44
Bab 44. Berita Viral
45
Bab 45. Berita Viral 2
46
Bab 46. Mama
47
Bab 47. Kecelakaan
48
Bab 48. Sakit dan Perih
49
Bab 49. Nawal Kabur
50
Bab 50. Cepatlah, pak!
51
Bab 51. Nawal Kecelakaan
52
Bab 52. Nawal, Ya?
53
Bab 53. Ketawa-ketiwi
54
Bab 54. Bos Kecil dan Tuan Muda
55
Bab. 55. Daniel Hendarson

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!