Bab 18. Cobalah!

"Kak, dia pup..." pekik Fiya sambil menutup hidungnya dengan meletakkan jari telunjuk membentuk vertikal tepat di bawah lubang hidungnya.

"Kak...." pekiknya lagi. Sedangkan Arion sibuk di dapur membuatkan susu untuk baby Nawal.

Rumah sederhana yang mereka tempati, dengan dua kamar, dapur minimalis, satu kamar mandi, tak jadi penghalang indera pendengar Arion menangkap jeritan Fiya. Namun apa, dia malah tersenyum dengan tingkah istrinya.

Yang katanya dia ingin sekali punya anak, tapi menjaga bayi itu saja dia tidak mau. Apa mungkin karena baby Nawal adalah bukan anak kandungnya sendiri? Bukan anak dari rahimnya sendiri. Entahlah, Arion pun bukan cenayang yang bisa menebak isi hati dan pikiran istrinya itu.

Entah Fiya berpura-pura tak menerima baby Nawal karena masih kesal atau memang karena dia belum siap merawat bayi. Hanya Fiya lah yang tau.

"Kak, denger nggak sih aku manggil. Awal pup nih," ujarnya lagi karena tak mendapat respon dari sang suami.

"Ya kalau pup, bersihkan dong, ma," ucap Arion sambil tersenyum. Ia berjalan menghampiri Fiya sembari menggoyangkan botol susu baby Nawal.

"Mama?" batin Fiya. "Kak Arion panggil aku mama?" batinnya lagi. "Apa aku sanggup menyandang status sebagai mama dari anak yang tidak aku kandung?":imbuhnya di dalam batinnya.

"Iu nggak mau ah. Jorok. Jijik aku," sela Fiya. Ia masih menutup lubang hidungnya masih dengan gaya yang sama sebelumnya.

Huhhhh

Arion menghela napas dengan cepat.

"Pup bayi belum bau kali. Kenapa harus ditutup sih hidungnya?" goda Arion.

"Siapa bilang nggak bau? Bau tau," sahut Fiya.

"Coba kita buktikan bau atau tidak. Sekarang buka tangannya, jangan ditutup hidungnya."

"Enggak ah. Jijik."

"Coba dulu. Jangan langsung bilang jijik padahal belum lagi dicoba "

Sementara Fiya masih saja menolak apa yang diucapkan suaminya itu. Ia tetap dengan pendiriannya.

Akhirnya Arion mengalah. Daripada berdebat yang tak ada ujungnya, lebih baik lah dia yang mengalah. Arion yakin perlahan, Fiya pasti akan bisa menerima baby Nawal dengan tulus. Cepat atau lambat, ia yakin Fiya akan bisa berdamai dengan keadaan.

Tiba-tiba...

"Aaw...." pekik Fiya.

"Huh, bau. Jorok!" serunya. Spontan ia menutup hidungnya dengan kedua telapak tangannya karena Arion meletakkan langsung di depan Fiya popok baby Nawal.

"Kakak tega banget sih. Udah tau aku jijik," pekiknya lagi.

Weak

Ia sampai hampir mual karena melihat isi popok baby Nawal yang berwarna kuning cerah itu.

Fiya bahkan berlari sampai ia keluar dari kamar itu.

Arion hanya bisa tersenyum dengan ulah sang suami sambil membersihkan pup baby Nawal. Seiring berjalannya waktu, karena terbiasa, ia telah mahir menjaga dan merawat baby Nawal.

Ibarat pepatah, bisa karena biasa. Kalimat itu sangat tepat bagi Arion sekarang. Minggu ini, untuk pertama kalinya ia sudah bisa memandikan baby Nawal dengan telaten.

Selama ini bidan lah yang mereka panggil untuk memandikan baby Nawal. Sementara Fiya, sama sekali tak mau belajar memandikan baby Nawal. Alasannya takut.

Usai membersihkan baby Nawal, Arion memberikan susu kepada bayi itu. Setelah susunya habis, ia menidurkan kembali baby Nawal di tempat tidur.

"Sayang..." Arion memanggil sang istri.

"Ya..." sahut Fiya dari jauh.

"Jagain baby Nawal dong, kakak mau mandi!"

"Aduh, aku mau masak. Udah biarkan saja dia disana."

"Jangan begitu, Fi. Dia masih kecil banget. Masa ditinggal-tinggal sih?"

"Ntar manja, kak. Udah biarkan saja. Kalau aku jagain dia, terus siapa yang mau masak sarapan?" alibi Fiya lagi.

"Makanya cepat bangun. Kalau kamu cepat bangun, nggak perlu kita berdebat kayak gini."

"Kakak nyalahin aku? Iya?" Suara Fiya sudah meninggi.

"Dulu juga aku bangun siang, kakak nggak marah. Kita malah dulu lebih sering beli sarapan di luar kakak nggak protes. Kenapa sekarang jadi nyalahin aku?"

"Maksud kakak bukan itu, tapi ..."

"Udahlah, aku cukup tau. Kakak memang lebih sayang dia dari aku," ucapnya merenggut. Tadinya ia ingin melangkah ke dapur jadi ia urungkan.

"Fiya, bisa pelankan suaranya? Kasian Nawal, nanti bangun."

"Kan kakak yang mulai? Siapa yang nggak marah coba? Dulu juga kakak sering masak sarapan untuk kita, sekarang apa? Sikit sikit Nawal, sikit sikit Nawal. Kakak anggap aku apa?" Kakak nggak sayang aku lagi kan?"

"Fi, tolonglah. Jangan kekanakan. Kakak mohon mengertilah. Sekarang keadaan kita sudah berbeda, sayang."

"Beda gimana?" masih dengan suara yang tinggi.

"Dulu kan kita belum ada baby Nawal. Sekarang kan sudah ada. Itu artinya kita harus belajar...."

"Ah, sudahlah. Semuanya nggak ada yang ngertiin aku. Aku capek," ucapnya seraya menghentakkan kakinya. Fiya keluar dari rumah. Bahkan pintu ia hempaskan begitu kuat, membuat baby Nawal terkejut dan akhirnya menangis.

Episodes
1 Bab 1. Ingin Jumpa
2 Bab 2. Surat Perjanjian
3 Bab 3. Sejauh Mungkin
4 Bab 4. Nawal Kahla
5 Bab 5. 2,5 Kg
6 Bab 6. Kenapa Harus Malam?
7 Bab 7. Hari Pernikahan
8 Bab 8. Malu?
9 Bab 9. Melodi Memori
10 Bab 10. Apa? Sakit?
11 Bab 11. Siapa Yang Hamil?
12 Bab 12. Tidak Berdarah
13 Baba 13. Jujur Sama Mama
14 Bab 14. Video Ciwi-ciwi
15 Bab 15. Gara-gara Kamu
16 Bab 16. Kan Ku Pinjamkan Bahuku
17 Bab 17. Merongrong Quality Time Ku
18 Bab 18. Cobalah!
19 Bab 19. Mamen
20 Bab 20. Kuda Laut
21 Bab 21. Penabalan Nama
22 Bab 22. Curiga
23 Bab 23. Aku Anak Siapa?
24 Bab 24. Aku Anak Siapa Part 2
25 Bab 25. Tante Yakin Bisa Jujur?
26 Bab 26. Tidur Bareng Tante
27 Bab 27. Misi Rahasia
28 Bab 28. Misi Rahasia 2
29 Bab 29. Pergi Main
30 Bab 30. Tidak Suka Lato-lato
31 Bab 31. Kotak Misterius
32 Bab 32. Mandul
33 Bab 33. Darah
34 Bab 34. Gaya Baru
35 Bab 35. Bayangan Misterius
36 Bab 36. Bayi Gede
37 Bab 37. Cinta Ditolak
38 Bab 38. Bukan Anak Kecil
39 Bab 39. Robin Kabur
40 Bab 40. Kita Harus Bicara
41 Bab 41. Dokter Mengancam Saya?
42 Bab 42. Dia Putrinya Ela?
43 Bab 43. Kamu Menyembunyikan Sesutu
44 Bab 44. Berita Viral
45 Bab 45. Berita Viral 2
46 Bab 46. Mama
47 Bab 47. Kecelakaan
48 Bab 48. Sakit dan Perih
49 Bab 49. Nawal Kabur
50 Bab 50. Cepatlah, pak!
51 Bab 51. Nawal Kecelakaan
52 Bab 52. Nawal, Ya?
53 Bab 53. Ketawa-ketiwi
54 Bab 54. Bos Kecil dan Tuan Muda
55 Bab. 55. Daniel Hendarson
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1. Ingin Jumpa
2
Bab 2. Surat Perjanjian
3
Bab 3. Sejauh Mungkin
4
Bab 4. Nawal Kahla
5
Bab 5. 2,5 Kg
6
Bab 6. Kenapa Harus Malam?
7
Bab 7. Hari Pernikahan
8
Bab 8. Malu?
9
Bab 9. Melodi Memori
10
Bab 10. Apa? Sakit?
11
Bab 11. Siapa Yang Hamil?
12
Bab 12. Tidak Berdarah
13
Baba 13. Jujur Sama Mama
14
Bab 14. Video Ciwi-ciwi
15
Bab 15. Gara-gara Kamu
16
Bab 16. Kan Ku Pinjamkan Bahuku
17
Bab 17. Merongrong Quality Time Ku
18
Bab 18. Cobalah!
19
Bab 19. Mamen
20
Bab 20. Kuda Laut
21
Bab 21. Penabalan Nama
22
Bab 22. Curiga
23
Bab 23. Aku Anak Siapa?
24
Bab 24. Aku Anak Siapa Part 2
25
Bab 25. Tante Yakin Bisa Jujur?
26
Bab 26. Tidur Bareng Tante
27
Bab 27. Misi Rahasia
28
Bab 28. Misi Rahasia 2
29
Bab 29. Pergi Main
30
Bab 30. Tidak Suka Lato-lato
31
Bab 31. Kotak Misterius
32
Bab 32. Mandul
33
Bab 33. Darah
34
Bab 34. Gaya Baru
35
Bab 35. Bayangan Misterius
36
Bab 36. Bayi Gede
37
Bab 37. Cinta Ditolak
38
Bab 38. Bukan Anak Kecil
39
Bab 39. Robin Kabur
40
Bab 40. Kita Harus Bicara
41
Bab 41. Dokter Mengancam Saya?
42
Bab 42. Dia Putrinya Ela?
43
Bab 43. Kamu Menyembunyikan Sesutu
44
Bab 44. Berita Viral
45
Bab 45. Berita Viral 2
46
Bab 46. Mama
47
Bab 47. Kecelakaan
48
Bab 48. Sakit dan Perih
49
Bab 49. Nawal Kabur
50
Bab 50. Cepatlah, pak!
51
Bab 51. Nawal Kecelakaan
52
Bab 52. Nawal, Ya?
53
Bab 53. Ketawa-ketiwi
54
Bab 54. Bos Kecil dan Tuan Muda
55
Bab. 55. Daniel Hendarson

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!