Flashback On
"Eh, Bu Heera! Aku pernah lho kusuk Ela, mantu kamu."
"Terus?"
"Ya nggak apa-apa. Cuma ya heran aja gitu."
"Heran gimana? Kusuk itu kan hal biasa apalagi buat yang masuk angin," sela Bu Heera, mertua Daniel - mama dari Hanai.
"Bukan masuk angin lho dia. Aku juga baru pernah pegang dia, sih. Keluarga mereka kan nggak pernah berlangganan ke aku," timpal wanita paruh baya itu.
"Mungkin Elanya terkilir jadi ya butuh tukang kusuk kan. Dan kamu satu-satunya tukang kusuk yang banyak dipercaya warga. Termasuk aku salah satunya di kampung ini."
"Iya, Heera. Aku tau. Tapi aku heran, kok dia kayak lagi hamil gitu ya. Aku merasa kalau dia hamil "
"Apa?"
"Iya lho, Heera. Pas aku pegang perutnya, kayaknya dia hamil. Cuma ya sama siapa aku nggak tau. Taunya sekarang dia udah jadi mantu mu."
"Eh Jom, kamu jangan sebar fitnah. Nggak baik. Kamu kan hanya menduga," sanggah Bu Heera.
"Aku tau kamu pun nggak percaya. Tapi aku udah berpuluh-puluh tahun berpengalaman dalam hal ini, Heera. Jadi aku yakin dia hamil." Jom, si tukang urut itu masih berusaha meyakinkan.
"Terus, waktu itu kamu tanya nggak? Atau kamu bilang ke dia gitu?" Ibu Heera pun mulai terusik. Ia pun mulai penasaran.
"Ya enggaklah, Her. Mana aku berani. Aku takut dia tersinggung. Secara dia kan belum menikah. Terus aku dengar dari tetangganya, dia itu baik lho, pendiam, penurut. Nggak pernah melawan orang tuanya. Beda sama anak gadisnya yang satu lagi. Siapa namanya itu? Eeee,"
"Kaifiya."
"Nah itu."
"Kamu salah, Jom. Harusnya waktu itu kamu tanyakan atau kamu bilang ke Ela kalau dia itu lagi berbadan dua," timpal ibu Heera.
"Awalnya aku pengen bilang sih, Her. Tapi... hah aku mana bisa membuat orang lain tersinggung. Yang ada nanti aku dikira fitnah. Kan nggak enak ngomongnya kalau nggak ada buktinya," sela Jom.
"Atau begini saja. Coba tanya sama menantu mu, Her Kira-kira dia mau jawab nggak? Nah kamu pasti bisa lihat tuh, mana ekspresi bohong dan mana yang jujur."
"Aneh banget ini si Jom. Lancang banget dia ngomong gitu sama aku. Memangnya dia siapa? Apa hak dia nyuruh - nyuruh," batin Heera kesal. Tapi dengan senyum terpaksa.
Hubungan Jom dengan Heera tidaklah memang dekat. Kebetulan mereka tidak beda jauh usianya dan pernah beberapa kali si Jom dipanggil ke rumahnya waktu itu. Biasa, karena masuk angin jadi butuh tukang urut. Bahkan suaminya pernah juga terkilir kakinya sehingga butuh tukang urut.
"Nanti saja aku ngomongnya, Jom." Akhirnya mama Heera angkat suara.
Flashback Off
****
"Maksud mama apa? Kenapa mama tanya gitu ke Ela?" Daniela berusaha bersikap tenang mendengar tanya dari sang mertua.
"Mama dengar-dengar dari tetangga, kamu pernah hamil," lirih mama Heera.
"Ela Hamil? Nggaklah, ma. Gimana caranya Ela hamil? Ela aja nggak ada pacar, ma," sanggah Daniela masih tetap berusaha tenang. Ia tak ingin mama mertuanya curiga terhadapnya.
"Terus kenapa mereka ngomong gitu? Bahkan tukang urut yang pernah pegang kamu juga ngomong gitu ke mama?'
"Tulang urut? Si-siapa, ma?"
"Mbok Jum."
Ela terdiam. Ia semaksimal mungkin berusaha tenang. Padahal dalam hati sungguh berdebar, takut kebohongannya terbongkar. Takut kalau sampai ia salah ucap, aibnya akan terbongkar. Akibatnya akan sampai pada mamanya - Basagita
"Mungkin karena mereka lihat badan Ela agak gemuk, jadi mereka sangka hamil, ma Tapi sebenarnya Ela nggak pernah hamil, kok."
"Tapi kenapa mbok Jum bilang, kamu hamil. Mbok Jum itu kan sudah pengalaman banget dalam hal itu. Nggak mungkinlah dia bohong." Mama Heera mencoba mencari kebenaran dari menantunya itu.
"Mungkin mbok Jum nya lupa kali, ma. Bukan Ela maksudnya mungkin. Secara kan banyak perempuan yang sudah dia urut. Jadi salah orang. Mbok Jum bilang lah bahasa Ela yang hamil. Padahal nggak," celetuk Daniela. Begitu licinnya lidah itu berujar kebohongan.
"Siapa yang hamil, sayang?" Tiba-tiba suara berat dan nge-bass menyela obrolan mereka.
Spontan mama Heera dan Daniela menoleh ke sumber suara.
"Hanai" seru mama Heera
"Bang Nai?" pekik Ela, juga kaget. Mereka bahkan serentak menyerupai nama Hanai..
"Jangan-jangan bang Nai dengar lagi semua yang kami bicarakan tadi?" batin Ela. Ia sangat khawatir dan takut.
"Siapa yang hamil, ma?" tanya Hanai, mengulang pertanyaan yang sama. Karena ibunya dan juga istrinya masih belum menjawab pertanyaannya.
"Bukan siapa-siapa," sahut Daniela terbata. "Iya kan, ma?"
"Iya, nak. Bukan siapa-siapa. Tadi kita lagi bahas tetangga sebelah," sahut mama Heera cepat. Ia juga belum mau memberitahu kabar burung yang baru saja dia dengar, apalagi dengan bukti yang belum jelas adanya.
Mama Heera juga ingin mencari tahu bagaimana sebenarnya.
"Oh, kirain Ela yang hamil. Karena kan mama dan ayah sudah pengen banget punya cucu," timpal Hanai. .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments