Part 20 : Siapa Dia?

"Kok pintunya jadi bisa dibuka ya? Padahal tadi gak bisa," kata Deasy sambil berjalan masuk ke dalam perpus.

Bik Sari menatap dengan nanar, puntung rokok yang masih mengepulkan asap di atas asbak. Moses juga menampakkan rasa herannya, cowok itu mendekat ke meja hendak mengambil puntung itu, tapi Deasy mencegahnya.

"TUNGGU, BANG!"

Moses mengurungkan niatnya, dan menoleh pada Deasy. Sedang Bik Sari masih belum bergerak dari tempatnya berdiri, hanya matanya mengawasi Moses dan Deasy.

"Kenapa?"

"Abang tau gak, itu puntung punya siapa?"

"Enggak. Abang juga mau tau, ini puntung punya siapa, makanya mau Abang ambil."

"Jangan! Kan itu bisa jadi barang bukti, kalau-kalau ada orang yang menyusup ke rumah ini."

"Caranya?"

"Lapor polisi, Bang!"

"OGAH!! Abang gak mau lapor polisi. Abang kapok, nanti rumah Abang diacak-acak sama mereka lagi," kata Moses tegas.

"Emang pernah?"

"Pernah! Waktu Renata hilang, Abang sempat dituduh menyembunyikan cewek itu. Rumah Abang diacak-acak polisi, karena orang tua Renata melaporkan Abang."

Deasy menghela napas. Selama ini Moses tak pernah sekalipun bercerita tentang Renata. Cuma bilang, sempat bertunangan dengan gadis itu, sebelum menghilang.

"Tapi sekarang kan kejadiannya beda, Den. Bisa jadi ini ulah penyusup yang punya niat jahat pada kita. Bibi takut, Den," kata Bik Sari lirih.

"Apa yang Bibi takutkan? Selama ini di sini aman, kan?"

"Iii ... iya sih, Den. Tapi---"

"Udah, Bibi gak usah khawatir, ada aku! Aku janji akan melindungi Bik Sari," potong Moses.

"Tapi, Bang, ini harus dilaporkan polisi! Mumpung itu ada bukti, kan bisa diselidiki."

"Gak perlu! Biar Abang atasi sendiri masalah ini, gak usah lapor polisi."

"Tapi, Bang---"

"Sudahlah, Sayang! Mending kita keluar dan makan siang, Abang sudah lapar!"

Moses menarik tangan Deasy dan Bik Sari dengan sedikit kasar, dan membawa mereka keluar dari perpustakaan. Tak lupa, Moses mengunci pintu dan mengantongi anak kuncinya.

Setelah mendudukkan Deasy di meja makan, Moses mengambil tempat di sebelah gadis itu. Bik Sari beranjak ke dapur, menyiapkan makanan yang tadi sudah dia masak.

Sikap Moses berubah menjadi sangat pendiam, berbeda sekali dengan sikap Moses yang biasanya, bawel dan suka usil. Deasy hanya melirik Moses dengan sedikit rasa takut, tapi tak mengusik cowok itu. Deasy memilih bermain game di ponselnya.

Mereka berdua makan tanpa berbicara sedikitpun. Entah kenapa, aura yang terpancar dari wajah Moses tidak seperti biasanya, kali ini sedikit menyeramkan.

Deasy memutuskan untuk pamit pulang setelah makan siang. Cewek itu tak mau berlama-lama dalam suasana yang kurang menyenangkan. Lebih baik dia pergi ke rumah Thalita saja, di sana selalu hangat dan menyenangkan.

"Abang udah enakan kan?" tanya Deasy.

"Udah."

"Kalau gitu, Deasy pulang dulu ya. Besok ada ulangan, mau belajar."

"Ku antar!"

"Gak usah deh, Bang! Aku pesan ojol aja. Abang istirahat , kan baru sembuh!" tolak Deasy.

Moses hendak memaksa Deasy agar bersedia diantar pulang, tapi mengurungkan niat itu, ketika melihat Deasy sudah memesan ojol melalui ponselnya.

"Oke, Bang! Aku pulang dulu. Jangan lupa istirahat!"

"Yakin gak mau diantar Abang, Sayang?"

Deasy merasa kaget, dan menoleh pada Moses. Cowok itu sudah berubah lagi menjadi sosok yang hangat, tidak seperti tadi.

"Kenapa sih, sampai segitunya ngelihatin Abang? Abang tau kok, kalau Abang ini ganteng. Biasa saja, jangan terpesona kayak gitu!"

Deasy mencubit pinggang Moses untuk menutupi kegugupannya. Gadis itu benar-benar heran dengan sikap Moses. Berubah-ubah dan saling bertentangan. Moses seperti mempunyai banyak kepribadian.

"Aku pulang dulu, Bang. Tuh kang ojolnya udah di depan. Abang jangan lupa istirahat dan minum obat!"

"Siap, Sayang. Hati-hati, nanti kalau udah sampai rumah, telepon Abang!"

"Oke, Bang."

Deasy berpamitan pada Bik Sari yang sedang sibuk membuat kue brownies di dapur. Kemudian keluar dari pintu belakang, seperti masuknya tadi. Sekali lagi Deasy melirik pada bunga lily warna orange yang tadi sempat membuatnya penasaran, baru kemudian beranjak pergi.

Deasy sampai di rumah Thalita, dan bertemu mama gadis itu di teras. Mama Thalita sedang merawat bunga-bunganya.

"Siang, Tante!" sapa Deasy.

"Eh, Deasy. Siang juga, Sayang. Tumben kamu gak bareng Thalita?"

Deasy hendak mencium tangan mama Thalita, tapi wanita itu menolak. Tangannya sedang kotor dan belepotan tanah.

"Tadi Deasy ke rumah Bang Moses dulu, dia lagi gak enak badan, jadi Thalita pulang duluan."

"Gimana keadaan Moses sekarang, udah enakan?"

"Udah kok, Tante. Dia hanya kecapekan, dan butuh istirahat aja."

"Baguslah kalau gitu. Emang dia kerja sambil kuliah juga ya, makanya sampai drop gitu."

"Iya, Tante. Thalita di kamarnya?"

"Dia baru saja keluar, dijemput Gideon. Katanya mau pergi ke mana gitu lho, tadi Tante dikasih tau sih, cuman lupa. Kamu udah makan, Des?"

"Udah kok, Tante, makan di rumah Bang Moses. Gideon itu siapa, Tante? Kok Thalita gak pernah cerita dia punya teman yang namanya Gideon?"

"Gideon itu pacarnya Thalita, mereka baru aja jadian, mungkin Thalita belum sempat kasih tau kamu."

"Hem, berarti Thalita sel*ngkuh dari aku nih, Tante," kata Deasy manyun.

"Mungkin dia lagi ngadain riset, untuk memastikan istilah, sel*ngkuh itu indah, hihihi."

"Bisa jadi tuh. Tante gak ada tanam bunga lily?"

"Gak ada, Deh. Tante suka ngeri sama aromanya. Wangi sih wangi, cuma bikin Tante merinding. Terutama yang warna orange."

"Kenapa yang warnanya orange?"

"Menurut mitos yang pernah Tante baca, bunga lily orange menggambarkan kecemburuan dan kebencian. Kebalikan dari lily putih yang melambangkan kasih sayang dan cinta yang murni. Semua warna bunga lily bermakna baik, kecuali si orange."

"Iya juga, Deasy juga merasa kalau bunga lily wanginya bikin ngeri. Di halaman belakang rumah Bang Moses, ada kebun bunga lily. Kebanyakan sih warna putih, hanya satu yang---"

Deasy menggantung kalimatnya, hampir saja dia mengatakan kalau ada satu bunga lily warna orange di kebun Moses. Deasy tak mau mama Thalita merasa khawatir.

"Hanya satu yang apa?"

"Yang mau mati, karena kemarin terinjak Deasy," jawab Deasy asal.

Lily orange membuat Deasy sangat penasaran, kenapa ada bunga itu di antara bunga lily putih milik mama Moses. Sebuah tanda tanya besar memenuhi kepala Deasy, dan membuat cewek itu tampak melamun.

"Lha kok bisa?"

"Bisa, Tante. Waktu mengali untuk menanam bibit baru, tak sengaja Deasy melihat tulang. Deasy kaget, kemudian melompat, terinjak deh bunga malang itu," Deasy mulai mengarang cerita.

"Tulang? Tulang apaan, tuh?"

"Tulang kucing. Kata Bik Sari, Bang Moses pernah mengubur bangkai kucing di situ."

"Oh gitu, tante kira tulang apaan, ternyata tulang kucing toh."

Deasy dan mama Thalita tertawa bersama, ketika suara motor berhenti di depan pagar, terdengar oleh keduanya.

Episodes
1 Part 1 : Hilangnya Seorang Gadis
2 Part 2 : Kisah Deasy
3 Part 3 : Perkenalan
4 Part 4 : Jatuh Cinta
5 Part 5 : Terlalu Nyaman
6 Part 6 : Bunga Lily
7 Part 7 : Kejadian Aneh
8 Part 8 : Cincin Tunangan
9 Part 9 : Tunangan Moses
10 Part 10 : Firasat Buruk
11 Part 11 : Akhirnya Muncul
12 Part 12 : Curiga
13 Part 13 : Dugaan Baru
14 Part 14 : Makan Malam Romantis
15 Part 15 : Terlena
16 Part 16 : Aneh
17 Part 17: Semakin Aneh
18 Part 18 : Mulai Menyelidiki
19 Part 19 : Semakin Misterius
20 Part 20 : Siapa Dia?
21 Part 21 : Analisa
22 Part 22 : Main Belakang
23 Part 23 : Sandiwara
24 Part 24 : Gudang
25 Part 25 :
26 Part 26 : Panik
27 Part 27 : Melewati Ujian Akhir
28 part 28 : Kembali Menyelidik
29 Part 29 :
30 part 30 : Kemana Deasy?
31 Part 31 : Lapor Polisi?
32 Part 32 : Sebuah Teka-Teki
33 Part 33 : Ambil Tindakan
34 Part 34 : Menemukan Petunjuk
35 Part 35 : Peringatan
36 Part 36 : Petunjuk Pertama
37 Part 37 : Terus Mencari
38 Part 38 : Ular di Kamar Bik Sari
39 Part 39 : Petunjuk ke Dua
40 Part 40 : Benang Merah
41 Part 41 : Paket Misterius
42 Part 42 : Petunjuk Ketiga
43 Part 43 : Gadis Penghuni Villa
44 Part 44 : Kisah Renata
45 Part 45 : Dimana Deasy
46 Part 46 : Temuan Baru
47 Part 47 : Lorong Rahasia
48 Part 48 : Terjebak
49 Part 49 : Pertolongan Tak Terduga
50 Part 50 : Kabur
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Part 1 : Hilangnya Seorang Gadis
2
Part 2 : Kisah Deasy
3
Part 3 : Perkenalan
4
Part 4 : Jatuh Cinta
5
Part 5 : Terlalu Nyaman
6
Part 6 : Bunga Lily
7
Part 7 : Kejadian Aneh
8
Part 8 : Cincin Tunangan
9
Part 9 : Tunangan Moses
10
Part 10 : Firasat Buruk
11
Part 11 : Akhirnya Muncul
12
Part 12 : Curiga
13
Part 13 : Dugaan Baru
14
Part 14 : Makan Malam Romantis
15
Part 15 : Terlena
16
Part 16 : Aneh
17
Part 17: Semakin Aneh
18
Part 18 : Mulai Menyelidiki
19
Part 19 : Semakin Misterius
20
Part 20 : Siapa Dia?
21
Part 21 : Analisa
22
Part 22 : Main Belakang
23
Part 23 : Sandiwara
24
Part 24 : Gudang
25
Part 25 :
26
Part 26 : Panik
27
Part 27 : Melewati Ujian Akhir
28
part 28 : Kembali Menyelidik
29
Part 29 :
30
part 30 : Kemana Deasy?
31
Part 31 : Lapor Polisi?
32
Part 32 : Sebuah Teka-Teki
33
Part 33 : Ambil Tindakan
34
Part 34 : Menemukan Petunjuk
35
Part 35 : Peringatan
36
Part 36 : Petunjuk Pertama
37
Part 37 : Terus Mencari
38
Part 38 : Ular di Kamar Bik Sari
39
Part 39 : Petunjuk ke Dua
40
Part 40 : Benang Merah
41
Part 41 : Paket Misterius
42
Part 42 : Petunjuk Ketiga
43
Part 43 : Gadis Penghuni Villa
44
Part 44 : Kisah Renata
45
Part 45 : Dimana Deasy
46
Part 46 : Temuan Baru
47
Part 47 : Lorong Rahasia
48
Part 48 : Terjebak
49
Part 49 : Pertolongan Tak Terduga
50
Part 50 : Kabur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!