Menjelang magrib, hujan dan angin sudah reda, Thalita memutuskan untuk pulang ke rumah menggunakan motornya. Tapi Deasy menolak, cewek itu bersikeras menunggu Moses pulang dari kantor lalu mengantarnya pulang ke rumah.
"Dasar bucin! Kalau gitu, aku balik dulu deh ya," pamit Thalita.
"Hati-hati di jalan, Neng! Jangan ngebut, pelan-pelan aja bawa motornya! Harusnya, nunggu habis magrib aja lho, Neng. Senja gini, waktunya kolong wewe keluar cari mangsa," Bik Sari yang menjawab, Deasy asik dengan ponselnya.
"Bibi jangan nakutin dong, ah! Tapi gapapa deh, nanti kalau ketemu sama si kolong wewe, Thalita suruh ke sini aja, biar nyulik anak itu, dia kan duitnya banyak. Jadi si kolong bisa minta tebusan yang gede," kata Thalita menunjuk Deasy.
"Neng Thalita ini ada-ada aja deh. Beneran gak mau makan malam di sini dulu? Soto bikinan Bibi, enak banget lho."
"Makasih, Bik. Tadi siang kan udah ngerasain enaknya soto Bibi. Kasian aja sama Kanjeng Mami, pasti udah masak buat anaknya yang imut ini, masa sih gak dimakan. Bisa-bisa besok gak dimasakin lagi."
"Gitu ya, Neng. Ya udah, hati-hati di jalan!"
"Balik dulu, Bik, Des!"
Thalita melambai dan melajukan motornya meninggalkan rumah Moses. Deasy balas melambai, kemudian menutup gerbang ketika Thalita sudah hilang ditelan belokan. Sepasang mata tampak mengawasi rumah itu, dari dalam mobil yang diparkir di tempat yang tersembunyi.
Sambil bersenandung kecil, Deasy hendak masuk ke dalam rumah Moses. Belum juga sampai di teras, terlihat sebuah mobil berhenti di depan gerbang. Dengan berlari-lari kecil, gadis itu kembali membuka pintu.
"Makasih, Sayang," Moses menghampiri Deasy setelah memarkir mobilnya di garasi.
"Sama-sama, Bang. Larut bener pulangnya, apa gak capek?" tanya Deasy sambil mengandeng Moses masuk ke rumah.
"Ada sedikit urusan di perusahaan yang harus selesai hari ini. Biasanya Abang pulang lebih awal dari ini kok. Thalita mana? Tadi katanya sama dia ke sini?"
"Thalita baru saja pulang, setelah hujan dan angin reda. Dia takut diomeli Kanjeng Mami."
"Oh gitu. Ya udah, kalau gitu, nanti kamu Abang antar pulang. Sekarang Abang mau mandi dulu, ya. Tolong suruh Bik Sari menyiapkan makan malam, Abang sudah lapar."
"Siap, Bos."
Deasy ke belakang untuk mencari Bik Sari di dapur, sedang Moses pergi ke kamarnya untuk mandi. Di kamar Moses, ada kamar mandi di dalamnya. Deasy tak melihat Bik Sari di dapur, juga di kamar asisten itu yang ada di dekat dapur.
"Mana nih, Bik Sari? Kok gak ada sih. Mana Bang Moses bilang kalau udah lapar lagi. Biarlah ke siapkan sendiri makan malamnya, itung-itung belajar jadi istri, hehehe."
Deasy mulai menyiapkan makan malam. Tanpa sengaja, gadis itu melihat pintu gudang yang sedikit terbuka. Tampak nyala lampu temaram dari dalam gudang, meliuk-liuk seperti cahaya lilin yang tertiup angin. Deasy mengerutkan kening.
"Apa Bik Sari ada di gudang, ya? Kok kelihatan terang. Tapi ngapain juga dia malam-malam di situ?"
Deasy melangkah ke gudang karena merasa penasaran. Gadis itu sudah memegang handle pintu, dan ingin menariknya agar pintu semakin lebar terbuka. Tapi ... Deasy segera mengurungkan niatnya, ketika mengingat kepala Bik Sari yang penuh sarang laba-laba ketika keluar dari gudang tadi siang. Deasy phobia terhadap serangga berkaki delapan itu.
"Ngapain bengong di situ, Sayang? Bik Sari mana?"
"Duh, Abang ini bikin kaget aja, deh. Bik Sari gak ada Bang. Udah ku cari-cari juga. Tadi aku lihat pintu ini sedikit terbuka, terus di dalam terang, jadi ku pikir Bik Sari ada di dalam."
"Ngapain juga Bik Sari di gudang malam-malam? Nyari tikus?" tanya Moses.
"Nyari laba-laba, mau dibuat peyek. Yuk makan dulu aja deh, Bang. Ini soto sudah Thalita panaskan, tinggal bawa ke meja makan."
Sebelum mengikuti Deasy ke meja makan, Moses menutup pintu gudang dan menguncinya dari luar. Deasy merasa ngeri, andai memang benar Bik Sari di dalam situ, bagaimana dia nanti keluarnya? Deasy tak akan bisa membantu Bik Sari, karena phobia laba-laba.
"Bik Sari kemana ya, Bang? Kok gak ada. Padahal kan dia tau waktunya Abang makan malam."
Deasy masih memikirkan hilangnya Bik Sari. Sampai-sampai dia tak bisa menelan makanannya. Gadis itu teringat acara masak soto bersama tadi siang. Yang mana Bik Sari tak menampakkan gelagat sedikitpun akan menghilang.
"Dia ikut Thalita kali," kata Moses cuek.
"Gak mungkin. Tadi Thalita keluar sendirian dari sini. Waktu Abang datang tadi, Thalita baru aja keluar kok. Aku belum sampai teras, udah balik lagi bukain gerbang buat Abang lho."
"Lha terus kemana? Biasanya juga kalau mau keluar, dia ijin ke Abang kok. Ini gak ada ijin."
"Makanya kan aneh, tiba-tiba ngilang gitu aja. Rumah ini gak ada gerbang belakang kan?"
"Gak ada. Akses keluar cuma satu, gerbang depan itu aja. Jadi kalau beneran Bik Sari keluar ya lewat situ."
"Apa gak di gudang, Bang?"
"Kalau dia beneran di gudang, pasti udah gedor-gedor pintu minta keluar, Sayang."
"Kalau dia pingsan di dalam, mana bisa gedor-gedor pintu. Lagian kenapa tadi Abang kunci dari luar? Kan bisa ditutup aja tanpa dikunci."
"Pintu itu rusak, jadi harus dikunci supaya bisa tertutup. Kalau enggak, ya bakal terbuka kayak tadi itu. Kalau kamu masih penasaran, abis makan kita cek lagi ke gudang deh. Sekarang, makan dulu!"
Moses melanjutkan makan malam dengan lahap, bahkan cowok itu sampai nambah hingga dua kali. Menurut Moses, soto ayam kali ini sangat istimewa, beda dari biasanya Bik Sari masak. Deasy hanya mengangguk untuk membuat Moses senang. Dalam hati gadis itu gusar, Bik Sari belum ditemukan.
Setelah makan malam selesai, Moses membantu Deasy membereskan meja makan dan mencuci piring. Setelah itu, keduanya memutuskan memeriksa gudang. Moses mengeluarkan kunci dari kantong celananya dan membuka pintu. Deasy segera menjauh, takut ada laba-laba yang keluar dari gudang.
"Ayo kita masuk!"
"Abang aja, aku tunggu di sini!"
"Kenapa sih, Sayang?"
"Aku phobia ruangan sempit, Bang," dusta Deasy. Cewek itu tak ingin Moses tau kelemahannya.
"Ya udah, kalau gitu kamu tunggu di situ! Biar Abang yang masuk ke dalam mencari Bik Sari."
"Oke, Bang. Hati-hati ya! Takut ada tikus, nanti Abang digigit."
Moses masuk ke dalam gudang dan Deasy menunggu di luar sambil memainkan ponselnya. Sampai 15 menit, Moses belum juga keluar. Bahkan 30 menit setelah itu, cowok itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
🌷_ hana
apakah di gudang ada ruang bawah tanah ? ruang rahasia ? atau pintu yang menghubungkan ke ruangan lain ?
2023-07-05
0