Deasy menekan bel berkali-kali, tapi belum ada yang membuka pintu. Rumah Moses tampak sepi, seperti tak berpenghuni. Mobil dan motor sang Pacar, terparkir manis di garasi, pintu gerbang juga tak dikunci, cuma ditutup saja, berarti para penghuni rumah tidak sedang bepergian.
Deasy memutuskan memutar ke halaman belakang, mungkin saja Bik Sari sedang asik di dapur, makanya tak mendengar suara bel. Halaman belakang penuh bunga lily yang sedang bermekaran, membuat aroma wangi tercium oleh indra Deasy. Gadis itu tersenyum, kemudian menghirup aroma itu lebih dalam lagi.
Semua bunga Lily yang tumbuh di halaman belakang rumah Moses ini berwarna putih. Menurut mitos Yunani kuno, bunga lily tercipta dari tumpahan air susu dewi tercantik, Dewi Hera. Saat sedang menyusui putranya, Hercules, air susunya ada yang tertumpah ke bumi, dan tumbuh menjadi bunga yang cantik ini.
Tak heran, bunga lily kerap kali dianggap melambangkan kesucian, seperti kasih seorang ibu kepada anaknya yang suci dan murni. Bahkan dalam pernikahan masa Yunani kuno, mempelai wanita selalu memakai mahkota berbentuk bunga lily.
Mama Moses, setau Deasy, sangat menyukai kisah-kisah yang bernuansa Yunani, maka tak heran, mama Moses menjadi pengagum bunga lily.
Kembali Deasy menghirup aroma wangi bunga yang menguar, ketika matanya menangkap sebuah pemandangan yang tidak biasa. Semua bunga lily di sana berwarna putih? Ternyata tidak. Ada satu tangkai yang tampak baru mekar, dan berwarna orange. Deasy mengerutkan dahi heran, kenapa bunga itu lain sendiri.
Ketika Deasy akan mendekat ke arah bunga itu, tiba-tiba pintu dapur terbuka, dan Bik Sari melongok dari pintu.
"Lho, Neng Deasy? Ngapain di situ?"
"Ah, Bik Sari ini bikin kaget saja. Tadi aku udah pencet-pencet bel sampai jariku keriting, tapi gak ada yang bukain pintu, makanya aku muter ke sini," kata Deasy sambil mendekat ke arah Bik Sari.
"Oh, Bibi abis dari warung, Neng, beli telor sama terigu. Jadi pintu depan memang Bibi kunci, takut ada maling masuk. Ayo masuk, ini Bibi mau bikin kue, bantuin dong!"
"Mau bikin kue apa, Bik?"
"Mau bikin brownies kukus, Neng. Den Moses tuh yang request sama Bibi, suruh bikinin."
"Ya udah, nanti ku bantuin makan deh, Bik. Hehehe. Bang Moses dimana?"
"Tadi sebelum Bibi pergi ke warung, Den Moses di kamarnya. Tapi waktu Bibi pulang, Bibi dengar ada yang muter musik di perpustakaan, mungkin Den Moses di sana Neng."
"Yo wes kalau gitu, Bik, biar ku samperin. Abis itu aku bantuin Bibi bikin kue deh."
"Wah, makasih lho Neng Deasy, Bibi suka punya calon majikan kayak gini. Dulu Non Renata, boro-boro bantuin Bibi, ngajak ngobrol aja ogah."
"Orang kan beda-beda, Bik. Ya jangan disamakan dong! Aku ke Bang Moses dulu, Bik."
Deasy keluar dari dapur, dan berjalan ke kamar Moses. Benar kata Bik Sari, ada suara musik dari perpustakaan, karena itu Deasy beralih menuju ke sana.
TOK ... TOK ... TOK ... TOK
"Bang, Abang di dalam? Buka pintu dong!"
Deasy mengetuk pintu perpustakaan, karena ketika mencoba membuka pintu itu, ternyata terkunci. Berarti memang benar Moses ada di dalam.
"Bang Moses, buka pintu, Bang!"
"TOK ... TOK ... TOK ... TOK
Tak kunjung dibuka, Deasy mengetuk lebih keras lagi. Suara musik masih terdengar dari dalam.
" Kenapa, Neng? Gak dibukain pintunya?" tanya Bik Sari yang datang dari arah dapur.
"Enggak, Bik. Masa sih Bang Moses gak dengar? Mana pintunya dikunci lagi."
"Bentar, Bibi ambilkan kunci serep. Kemarin udah Bibi ambil dari kamar Den Moses, sekarang di kamar Bibi."
Bik Sari berlalu ke kamarnya, tak lama Bik Sari datang membawa anak kunci. Deasy mencoba memasukkan anak kunci itu ke lubangnya, tak bisa, sepertinya ada anak kunci yang menempel dari dalam.
"Di dalam, anak kuncinya nempel, Bik, jadi yang ini gak bisa masuk."
"Biarin aja kalau gitu, Neng! Mungkin Den Moses ketiduran."
"Ya udah, kalau gitu aku ke kamar Bang Moses deh, mau ganti baju, gerah. Mumpung orang e di dalam sini."
Deasy memberikan anak kunci ruang perpustakaan pada Bik Sari, dan bergegas ke kamar Moses untuk numpang ganti baju. Setelah itu, Deasy berencana bantu Bik Sari bikin brownies.
"LHO? KOK ABANG DI SINI?"
Deasy terkejut, ketika melihat Moses sedang duduk di atas kasur di hadapan laptopnya. Rupanya cowok itu sedang bekerja dari rumah.
"Abang dari tadi di sini kok, gak kemana-mana. Emang kenapa? Kok kelihatan kaget gitu?"
"Kalau Abang di sini, siapa yang di dalam perpus?"
"Ya Abang gak tau, Neng. Kan Abang dari tadi di sini. Bik Sari bukan? Mungkin aja dia ketiduran kayak kapan hari itu."
"Bik Sari ada di dapur, lagi masak. Itu tadi dia ngasih kunci, nyuruh aku buka pintu perpus, ternyata gak bisa, kunci di dalam nyangkut. Jadi kami ngira, Abang yang ada di dalam."
"Kok aneh, sih?" Moses mengerutkan kening heran.
"Lha makanya."
"Kok kalian ngira aku di dalam, emang kenapa? Karena pintu yang terkunci?"
"Iya, terus ada yang putar musik juga di dalam."
"Yuk deh kita turun! Abang kok penasaran."
"Iya, hayuk!"
Moses membereskan laptopnya dan turun dari kasur. Kemudian keduanya melangkah beriringan menuju perpustakaan.
Bik Sari yang kebetulan keluar dari dapur, merasa heran melihat Deasy dan Moses turun dari lantai atas. Bibir Bik Sari sampai membentuk huruf O untuk beberapa lama.
"Kenapa, Bik? Kok kayak abis lihat hantu gitu, sih?" tanya Moses sambil merangkul pundak Deasy.
"Kok ... kok Den Moses dari atas? Bukan e tadi di per---"
"Dia ada di kamarnya waktu aku masuk, Bik," kata Deasy.
"Ja ... jadi siapa yang di dalam sana?" tanya Bik Sari.
"Yo ndak tau, kok nanya saya sih?" kata Moses sambil tertawa jahil.
"Den, mending Den Moses gak usah nakutin Bibi, deh! Bibi ini kerja di sini betah, Den. Bibi juga punya tanggungan dua cucu Bibi yang yatim. Bibi mohon, jangan usir Bibi dengan cara kayak gini. Den Moses bilang aja, apa salah Bibi, nanti Bibi perbaiki!"
"Kok Bibi ngomong gitu? Apa maksudnya?"
"Lha Den Moses ngerjain Bibi, biar Bibi gak kerasan kan? Terus, biar Bibi berhenti bekerja," kata Bik Sari sendu.
"Aku gak tau maksud Bibi, aku juga gak ada niat bikin Bibi takut, apalagi pengen Bibi berhenti kerja di sini. Kok bisa Bibi nuduh aku gitu? Buktinya apa?" tanya Moses heran.
"Ini udah dua kali, Den Moses pura-pura di perpustakaan, tapi ternyata ada di kamar. Apa itu namanya bukan ngerjain Bibi?"
"Aku gak pernah ke perpustakaan dari lama kok. Kemarin aku lihat pintunya terkunci, waktu mau ku buka, kunci serep di kamarku hilang, jadi aku urung masuk."
"Kunci di kamar Den Moses Bibi ambil. Karena kunci punya Bibi, ilang."
"Ilang? Kok bisa? Bibi lupa taruh kali."
"Enggak, Den. Kan Bibi taruh di gantungan tempat kunci, tapi sekarang gak ada."
"Apa mungkin diambil orang---"
"Gini aja, lebih baik sekarang kita buka pintu perpus!" usul Deasy.
Bik Sari membuka pintu perpus dan segera tercium bau rokok dari dalam. Semuanya masih terlihat rapi, tanda tak ada yang masuk ke sana. Tapi---ada puntung yang masih berasap di atas meja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Nur Mutmainna Patta
tadi nggk bisa kebuka sekarang bisa...
it mah ad jalan rahasia dari perpustakaan tembus kamar n gudang
2023-08-11
0
🌷_ hana
ini mah sudah pasti ada pintu atau jalan rahasia
2023-07-06
0