Entah berapa lama Thalita tengelam dalam bacaannya, waktu di ruang perpustakaan seperti tak berubah. Suasana rumah yang kini sepi, juga luput dari perhatian gadis itu. Thalita baru mengangkat wajah dari buku yang dibacanya, ketika Deasy masuk sambil membawa vas yang berisi bunga lily segar. Gadis itu meletakkannya di meja kecil di sudut ruangan.
"Jam berapa, Des?" tanya Thalita.
"Jam delapan. Yuk kita makan malam, abis itu pulang!"
"Hah? Udah jam delapan? Gawat nih, bisa-bisa aku diomeli Kanjeng Mami."
Dengan panik, Thalita merogoh sling bag yang disandangnya, mencari ponsel. Cewek itu tak menemukan ponselnya.
"Cari, HP?" tanya Deasy sambil menunjukkan ponsel Thalita.
"Kok bisa ada di kamu, Des?" tanya Thalita sambil menerima ponselnya.
"Tadi ketinggalan di sofa depan, terus ku bawa aja. Mama kamu juga tadi nelpon, terus aku bilang kalau kamu lagi di rumah teman aku, dan asik baca buku. Mama kamu cuma pesan, jam sembilan kita sudah harus sampai rumah."
"Gak marah Kanjeng Mami?"
"Mana pernah mama kamu marah ke aku, Tha?" Deasy tertawa.
"Iya sih, kan kamu memang anaknya, kalau aku kan cuma anak pungut," gerutu Thalita.
"Ayok, kita makan! Tar kemalaman pulangnya."
Thalita mengikuti Deasy yang sudah keluar lebih dulu dari perpustakaan. Tapi, aroma wangi bunga lily yang tercium oleh hidungnya membuat Thalita bergidik ngeri. Bulu tengkuk gadis itu juga berdiri, ketika tiba-tiba hawa dingin yang aneh kembali menerpanya. Cepat-cepat Thalita keluar dari dalam perpustakaan dan menutup pintu.
"Des, kamu gak merasa seram di rumah ini?" tanya Thalita sambil mengejar Deasy.
"Biasa aja. Kan udah ku bilang, itu karena kamu baru sekali ke sini, makanya parno."
"Bisa jadi sih. Tapi menurutku, aku gak bakal merasa terbiasa. Menurutku, rumah ini aneh."
"Aneh gimana, Tha?"
"Ya aneh! Seram! Gak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Pokoknya aku merasa aneh. Kayak ... kayak di tempat ini pernah terjadi peristiwa sadis gitu lho, Des."
Deasy hanya menggeleng sambil tertawa. Menurutnya, Thalita hanya terbawa suasana karena buku yang baru saja dibacanya. Bukankah cerita detektif biasanya bercerita tentang pembunuhan?
"Gimana, Tha? Seru gak bacanya?" tanya Moses ketika Thalita dan Deasy sampai di meja makan.
"Seru banget, Bang. Udah lama aku pengen baca The Hound of The Baskervilles. Tadi belum dapat separuh, andai aja buku itu boleh ku pinjam dan ku bawa pulang," keluh Thalita.
"Hahaha, kok malah baca buku ke tiga sih? Harusnya kan yang kedua dulu, yang koleksi kasus."
"Kapan-kapan deh itu. Lebih asik yang Anjing Setan, satu buku ceritanya nyambung terus. Bolehlah ku bawa pulang bukunya, ya ya ya?" rayu Thalita.
"Gak boleh! Kalau mau baca lagi, besok ke sini aja pulang sekolah, ada Bik Sari kok."
"Lha Abang kemana?"
"Bang Moses ya kuliah lah, Tha. Terus abis itu kerja, ngurus perusahaan dia. Sore baru pulang ke rumah," Deasy yang menjawab.
"Hem gitu, kirain kemana. Tapi, kalau gak ada Bang Moses, mana mau Deasy diajak ke sini?"
"Mau kok. Besok aku ada proyek di halaman belakang," jawab Deasy.
"Proyek apaan?"
"Dia mau ubah taman belakang jadi taman bunga lily, Tha. Jadi Abang pesankan bibitnya, tadi udah datang. Besok mau ditanam sama dia," jelas Moses.
"Sejak kapan kamu suka bunga lily, Des?" tanya Thalita heran.
"BAWEL!! Udah, cepat makan, tar lagi kita pulang! Mau kamu diomeli Kanjeng Mami?" kata Deasy ketus.
Moses hanya mengangkat alis, kemudian melanjutkan makannya. Deasy mulai menyendok nasi dan mengambil potongan ayam goreng yang paling besar. Melihat cara Deasy yang babar saat menggigit ayamnya, Thalita cuma nyengir. Deasy pasti sedang kesal.
Selesai makan malam, Thalita membantu Bik Sari membereskan meja makan. Meski sudah dilarang, gadis itu tetap saja keukeuh membantu. Setelah semua piring kotor dibawa ke belakang, Thalita berniat mencucinya.
"Haduh! Gak usah dicuci atuh, Neng! Biar Bibi aja, udah tugas Bibi itu mah."
"Gapapa kok, Bik. Thalita udah biasa bantuin Kanjeng Mami di rumah. Justru kalau abis makan, cuma duduk-duduk aja, perut Thalita rasanya begah."
"Ya udah kalau gitu, Bibi terima kasih ya, udah dibantuin. Bibi mau panaskan aja sisa sayur dan lauk, biar besok bisa buat sarapan."
"Emang Bang Moses, doyan makanan sisa, Bik?"
"Ya enggaklah, Neng. Buat sarapan Bibi maksudnya. Kadang kalau masih banyak, Bibi bagi sama Kang Sampah atau Kang Sayur yang suka mangkal di depan situ."
"Dari pada mubazir ya, Bik?"
"Iya, Neng. Kan gak bagus juga menyia-nyiakan rejeki. Di luar sana masih banyak orang yang kekurangan."
"Bener banget, Bik. Kanjeng Mami juga bilang begitu."
"Siapa Kanjeng Mami, Neng?"
"Mama aku, Bik. Hahaha."
"Oalah, kirain siapa, kok dari tadi Bibi dengar Kanjeng Mami disinggung-singgung."
"Eh, Bik. Di taman belakang, emang ada tanaman lily?"
"Ya banyak, Neng. Kan Den Moses itu suka banget sama bunga satu itu. Padahal, kadang Bibi ngeri kalau mencium wanginya."
"Emang kenapa, Bik? Bukannya wangi bunya lily itu enak? Kan sering jadi wangi parfum."
"Ya iya sih, Neng. Tapi wangi bunga lily yang di halaman belakang itu beda. Wanginya aneh."
"Aneh gimana,Bik?"
"Ya pokoknya aneh, Neng. Besok deh, Neng Thalita lihat sendiri ke belakang. Besok siang mau ke sini, kan?"
"Iya, Bik. Mau lanjut baca buku yang tadi. Sama Bang Moses gak boleh dipinjam kalau dibawa pulang. Harus baca di sini."
"Den Moses memang aneh, Neng. Dulu gadis itu juga---"
"HADUH!! Di tungguin di depan malah ngobrol di sini. Ayo, Tha! Kita pulang."
Deasy yang tiba-tiba muncul, membuat Bik Sari tak melanjutkan ucapannya. Thalita juga segera mengeringkan tangan dan berpamitan pada wanita tua itu. Kemudian pulang bersama Deasy. Moses membuntuti motor yang dinaiki Thalita dan Deasy dari belakang. Untuk memastikan keduanya aman sampai di rumah.
"Makasih ya, Bang! Udah antar kami pulang," kata Deasy.
"Iya, Sayang, sama-sama. Kamu gak pulang ke rumahmu?"
"Gak, Bang. Aku mau nginap di rumah Thalita aja. Toh ortuku lagi gak ada di rumah, jadi mending aku tidur di sini aja."
"Ya udah. Kalau gitu, Abang balik dulu ya."
"Oke, Bang. Hati-hati di jalan!"
Deasy dan Thalita melambai ke arah Moses, dan baru masuk setelah cowok itu tak kelihatan lagi. Thalita memasukkan motornya, dan Deasy mengunci pagar.
"Eh, Des! Sejak kapan kamu suka bunga lily? Sampai sok-sokan mau bikin taman bunga segala?" tanya Thalita yang masih penasaran.
"Sejak aku tau, kalau Bang Moses suka sama lily. Jadi aku ngaku-ngaku aja."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hana
aku juga suka sama bunga Lily ..
2023-07-05
0