Deasy masih kesal pada Thalita, karena itu, gadis itu memutuskan pergi ke rumah Moses menggunakan ojol, tidak bareng Thalita seperti biasanya. Dan, Deasy memutuskan untuk tidak pamitan, supaya Thalita kesal.
Thalita sudah dapat menebak rencana Deasy, dan membiarkan sahabatnya itu merasa senang, berhasil membuat seorang Thalita kesal.
Deasy mengendap-endap keluar dari gerbang, dan duduk di boncengan kang ojol yang sudah dipesannya. Thalita melihatnya dari kejauhan, gadis itu nyengir, melihat ulah Deasy yang mirip anak kecil.
Thalita segera ke parkiran untuk mengambil motor, setelah menghubungi Gideon cowoknya melalui chat. Thalita mengirim alamat kostan yang tadi dicopy dari ponsel Deasy, dan mengajak Gideon bertemu di sana.
Tiba di tempat yang dituju, tampak Gideon sudah menunggu. Cowok itu duduk di atas motor bututnya sambil memainkan ponsel.
"Udah lama, Kak?" tanya Thalita.
"Lumayan, tiga menit setelah kamu chat, aku udah sampai sini. Ngapain sih kita ke sini?"
"Mau cari kostan."
"Hah? Siapa yang mau ngekost? Kamu? Jangan bilang, kamu mau kabur dari rumah deh!"
"Nanya mulu, kayak Dora taw! Hahaha. Bukan mau ngekost, cuma cari informasi aja kok. Yang mana sih rumah kostnya?"
"Itu lho, yang masuk gang kecil itu. Emang cari informasi apaan?"
"Ada lah, nanti aku ceritakan. Sekarang, Kakak di sini aja, jagain motorku! Aku ke sana dulu."
"Yeee ... dikira aku tukang parkir?"
Gideon mau protes, tapi Thalita sudah pergi. Gadis itu berlari kecil, dan menghilang masuk ke dalam gang. Gideon cuma bisa menggelengkan kepala, dan kembali sibuk dengan ponselnya.
Rumah kost yang didatangi Thalita terlihat sepi, mungkin karena masih siang. Para penghuninya sedang ngantor atau kuliah. Tempat itu memang dekat dengan kampus, jadi para penghuninya memang kebanyakan para mahasiswi.
Seorang wanita setengah baya, sedang sibuk menyapu di halaman rumah kost. Thalita tersenyum, dan segera menghampiri wanita itu.
"Selamat siang, Bu," sapa Thalita.
"Eh, selamat siang juga, Mbak. Ada yang bisa Ibu bantu?"
"Saya sedang mencari seseorang, namanya Renata, katanya dia tinggal di sekitaran sini, tapi alamat lengkapnya saya tidak tau. Apa Ibu ada kenal, mahasiswi yang namanya Renata?"
"Renata Wulandari, bukan?"
"Iii ... iya,Bu. Benar, Renata Wulandari."
Sebenarnya Thalita tak mengetahui nama lengkap Renata, dia cuma mengiyakan saja nama yang disebut ibu itu. Jika salah orang, Thalita akan mencari alasan untuk berkelit.
"Dulu dia memang kost di sini, Mbak. Tapi sekarang sudah gak lagi. Mbak-nya, kenal dimana sama Renata, karena Ibu lihat, Mbak masih pakai seragam SMA, sedang Renata sudah kuliah," sang Ibu sedikit curiga pada Thalita.
"Kami cuma kenal lewat medsos, Bu. Belum pernah ketemu sama sekali. Tapi, sudah lama kami lost contact, jadi saya memutuskan untuk mencari, dia pernah bilang kalau tinggal di sekitar sini. Memang Renata sudah pindah kost ya, Bu?"
"Gak pindah, Mbak. Tapi dia itu hilang. Dia pamit ke Ibu, mau mudik karena mamanya lagi sakit. Tapi seminggu kemudian, ayah sama mamanya ke sini, nyariin Renata. Kata mereka, sudah seminggu anaknya gak bisa dihubungi, mereka jadi khawatir."
"Lho? Terus gimana ceritanya, Bu?" tanya Thalita penasaran.
"Sampai sekarang belum ketemu, Mbak. Padahal keluarganya sudah lapor polisi, tapi sampai sekarang belum ada lagi kabar tentang Renata."
"Waduh, kemana ya si Renata? Kami sudah gak pernah kontak sejak enam bulan yang lalu, Bu. Emang kapan dia menghilang?"
"Ya itu, sekitar enam bulan yang lalu. Di kamarnya, barang-barang Renata juga masih ada, orang tuanya tetap membayar kost tiap bulan. Mamanya sering nginap di sini, kalau sedang kangen dengan anaknya."
"Bisa Ibu kabari saya, kalau mamanya Renata kemari? Saya ingin bertemu dengan beliau."
Ibu itu mengeluarkan ponsel dari saku daster yang dikenakannya, kemudian menyimpan nomer Thalita. Sang Ibu berjanji akan menghubungi, kalau mama Renata kemari lagi. Setelah mengucap terima kasih, Thalita pamit pulang.
Di tempat motor diparkir, tampak Gideon masih setia menunggu Thalita. Cowok itu menyimpan ponselnya ke saku jaket, ketika Thalita mendekat.
"Cari siapa sih kamu, Beb?"
"Cari orang hilang, Kak. Informasi terakhir, dia tinggal di kostan sekitar sini, itu yang tadi alamatnya ku kirim ke Kakak."
"Ketemu?"
"Tempat kostnya sih ketemu, tapi orangnya enggak."
"Udah pindah apa gimana?"
"Pindah sih enggak, cuma hilang dan belum ketemu aja."
"Iya dah. Gini ini kalau punya cewek detective, kalau ditanya, jawabnya pakai teka-teki," gerutu Gideon.
"Gitu doang ngambek sih? Nantilah, aku bakal cerita lengkap. Tapi sekarang aku mau pulang dulu, takut Kanjeng Mami khawatir. Kakak mau pulang atau balik ke kampus?"
"Mau balik ke kampus. Tadi kesini cuma mau nemuin kamu doang. Masih ada kelas satu lagi abis ini."
"Ya udah, balik gih! Makasih ya, udah mau nemenin ke sini."
"Iya, Beb. Nanti sore aku ke rumahmu, ya? Mau minta makan. Masa gak kasihan sama anak kost yang belum dapat kiriman?"
"Boleh. Mau dimasakin apa?"
"Kayak bisa masak aja."
"Kan tinggal request ke Kanjeng Mami," kata Thalita sambil nyengir.
Gideon mengacak rambut Thalita, sebelum memasang helm ke kepala gadis itu. Setelah melakukan tos, mereka berpisah. Thalita pulang ke rumah, dan Gideon balik ke kampus.
Deasy tak langsung pergi ke rumah Moses, tapi membuntuti Thalita bersama kang ojol. Setelah memastikan Thalita pergi dari daerah tempat kost Renata, baru Deasy memutuskan pergi ke rumah Moses.
"Jadi bener, Bang? Gadis yang Abang bilang bawa tas gede itu ngekost di situ?" tanya Deasy.
"Bener, Neng. Abang sudah pastikan kok. Pernah Abang sengaja ke situ, tanya-tanya sama teman-teman kost Renata. Memang Renata pernah kost di situ, sebelum menghilang."
Deasy menghela nafas. Cewek itu khawatir Moses kekasihnya, terlibat dengan peristiwa hilangnya Renata. Meski belum terbukti sampai saat ini, kemungkinan itu selalu ada.
"Kira-kira aku harus gimana ya, Bang? Jujur saja, aku takut kalau Bang Moses ternyata terlibat dengan peristiwa hilangnya gadis itu."
"Sekedar saran ya, Neng. Neng Deasy pura-pura saja gak tau sama peristiwa itu! Jadi kalau benar Bang Moses itu terlibat, dia gak menaruh curiga sama Neng Deasy. Teman Neng tadi juga Abang lihat dapat diandalkan untuk memecahkan kasus ini. Jadi nanti kita akan selidiki diam-diam gitu, tanpa setau Bang Moses."
"Abang mau bantu selidiki, kan?"
"Mau dong, Neng. Jelek-jelek gini, Abang punya bakat jadi detektif kok, hehehe."
"Oke deh kalau begitu, nanti aku konfirmasi sama Thalita, temanku tadi. Tapi---"
"Kenapa, Neng?"
"Aku baru lihat cowok yang tadi sama Thalita, aku belum pernah lihat sebelumnya."
"Kalau yang Abang lihat, dia itu pacarnya Thalita, karena kelihatan perhatian banget gitu. Helm aja dipasangin kan?"
"Kampret!! Berarti Thalita ada main di belakangku, Bang. Aku kecolongan."
Kang ojol masih ingin bertanya, apa maksud omongan Deasy, tapi mereka sudah sampai di depan rumah Moses. Deasy segera masuk ke rumah Moses, setelah membayar ongkos, meninggalkan kang ojol yang garuk-garuk kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hana
ini pada jadi detektif dadakan.
apakah efek dari hilangnya rasa percaya kepada para detektif di instansi sono itu ?
upsss ... 😄😄
2023-07-05
0