Siang itu di sekolah, Deasy sedang asik makan bekal di kelas. Tentu saja itu bekal dari mama Thalita untuk Deasy. Mama Thalita selalu perhatian pada sahabat anaknya itu. Dan kadang hal ini membuat Thalita merasa iri.
"Ku kira semalam kamu menginap di rumah Bang Moses, Des, ternyata malah pulang. Di antar jam berapa kamu?"
"Oh aku belum cerita ya, Tha? Lupa nih, gara-gara sibuk belum bikin PR. Semalam aku pulang sendiri, naik ojol. Jam sembilan kali sampai rumah."
"Naik ojol? Jam segitu? Kok kurang ajar banget sih Bang Moses? Dia sudah pulang dari kantor kan jam segitu?" tanya Thalita heran.
"Ya udah. Kan sore itu aku nelpon kamu, Bang Moses lama gak keluar-keluar dari gudang, cari Bik Sari. Berarti dia sudah pulang dari kantor lah."
"Nah, gimana tuh ceritanya?"
Deasy menceritakan, kalau Bik Sari ternyata gak pergi seperti dugaan Thalita, tapi tertidur di perpustakaan. Dan juga tentang Moses yang kerja sama dengan Bik Sari untuk mengerjainya, dengan diam di gudang, tak keluar-keluar sampai Deasy kesal. Hingga akhirnya Deasy memutuskan untuk pulang sendiri dengan pesan ojol.
"Apa ku bilang, Bang Moses itu kurang ajar kok, masa sampai segitunya ke kamu? Becanda ada batasnya, Des! Kalau kamu sampai kenapa-kenapa karena gak diantar pulang sama dia, gimana tuh?" Thalita mulai mengomel.
Sedari kecil, Thalita selalu protektif terhadap Deasy. Dia selalu pasang badan setiap kali ada anak yang nakal pada Deasy. Pembawaan Thalita yang tomboy, memang berbanding terbalik dengan Deasy yang lemah lembut.
"Dan kamu tau gak, Tha? Sampai sekarang, Bang Moses gak ada tuh menghubungi aku. Chat juga enggak, apalagi nelpon."
"Nah, apalagi kayak gitu. Mending kamu putusin aja deh. Cari lagi cowok lain, masih banyak juga yang jauh lebih baik dari si Moses itu!"
Deasy hanya dapat menghela napas. Percuma membantah Thalita kalau gadis itu sedang emosi. Lebih baik diam dan pura-pura melakukan nasehatnya.
"Tapi, Des---"
"Kenapa, Tha?"
"Nanti kita ke rumah Moses lagi ya, tanggung tuh Sherlock Holmes, tinggal dikit lagi yang belum ku baca. Nanti kalau udah baca semua, kita gak usah ke sana lagi dan kamu putus aja dari dia!"
Deasy hanya dapat menepuk jidatnya yang jenong. Thalita memang seperti itu, semua keinginannya harus terpenuhi. Semua yang membuatnya penasaran harus tuntas. Jika tidak, maka dia akan ngambek dan susah untuk dibujuk.
"Sebenarnya, ada yang bikin aku penasaran di rumah itu, Tha. Dan itu yang membuat aku punya niat buat balik ke sana."
"Apa?"
"Tunangan Bang Moses, Renata!"
Thalita mengerutkan kening. Gadis itu tau, Renata adalah tunangan Moses yang katanya hilang dan sampai saat ini belum ditemukan. Tapi kenapa Deasy tiba-tiba penasaran?
"Kenapa dia, Des?"
"Kang Ojol kemarin sempat cerita, kalau dia pernah mengantarkan gadis cantik yang membawa gas gede ke rumah Bang Moses, bisa jadi itu Renata."
"Kalau emang bener, apa kamu cemburu?"
"Bukan! Bukan aku cemburu, Tha. Aku cuma merasa penasaran, kata Kang Ojol lagi, itu terakhir dia melihat gadis itu. Biasanya dia memang sering melihat gadis itu di rumah Moses, tapi sejak malam itu, tak pernah lagi."
Thalita menarik-narik bibir bawahnya, tanda gadis itu sedang berpikir keras. Otak detektifnya sedang mencari benang merah di antara beberapa fakta yang dia temui. Tapi semuanya masih kabur dan simpang siur, belum ada gambaran yang jelas dan pasti.
Deasy tau, sahabatnya itu sedang berpikir keras, dari kebiasaannya menarik-narik bibir bawah. Deasy memberi keleluasaan Thalita, dengan tak menganggu gadis itu.
Kembali Deasy sibuk menghubungi ponsel Gideon, tapi belum ada tanggapan sama sekali. Chat dari tadi malam, juga belum dibaca oleh cowok itu, aneh.
"Apa mungkin, hilangnya Renata itu di rumah itu ya, Des?" tanya Thalita ragu.
"Maksud kamu gimana, Tha?" Deasy mengerutkan dahi.
"Ya bisa jadi, yang diantar Kang Ojol itu memang Renata. Dia masuk ke dalam rumah itu, dan gak pernah keluar lagi. Hilang."
"Ngawur aja kamu ini, Tha! Serem tau, dugaan kamu itu. Secara gak langsung, kamu mengatakan kalau Renata mati di rumah itu," Deasy merasa kesal.
"Aku kan gak bilang mati, Des, tapi bilang hilang. Bisa jadi Renata masih hidup dan terkurung di rumah itu, kan? Kita harus selidiki ini, Des!"
Deasy sedikit membenarkan dugaan Thalita, meski itu menurutnya tidak mungkin. Hampir seluruh ruangan di rumah itu pernah Deasy masuki, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Renata. Kecuali ... gudang dekat dapur.
"Menurutmu, andai benar dugaan kamu Renata di rumah itu, dia ada di mana, Tha?"
"Aku tebak kamu pernah masuk ke semua ruang di rumah itu, kecuali gudang. Jadi menurutmu dimana yang paling mungkin?" Thalita balik bertanya.
"Yang paling mungkin menurutku sih di gudang, karena aku belum pernah masuk ke sana, jadi gak tau dalamnya gimana. Kalau ruangan lain, sepertinya gak mungkin jadi tempat menyekap Renata."
"Nah! Berarti kita harus selidiki gudang, Des!"
"Ta ... tapi, Tha?"
"Laba-laba itu gak gigit kok, Des. Kecuali di film Spiderman. Ya kalau kamu digigit kan lumayan, kali aja jadi spiderwoman," kata Thalita sambil nyengir.
Deasy menoyor kepala Thalita karena kesal. Deasy tau, Thalita bermaksud meledeknya karena phobia pada serangga berkaki delapan itu. Padahal, menurut Thalita mereka serangga yang imut.
"Gimana, Des? Jadi gak kita ke rumah Bang Moses nanti sepulang sekolah?" tanya Thalita setelah beberapa lama keduanya diam.
"Aku udah chat Bang Moses sedari pagi, tapi belum dibaca juga sampai sekarang, gimana tuh? Apa kita gak usah kasih kabar kalau mau ke sana?"
"Kasih kabar aja! Daripada nanti kita dibilang gak sopan dan gak punya etika. Chat aja, terserah dibaca apa enggak, yang penting udah ngabari!"
"Oke deh kalau begitu, tar ku chat Bang Moses."
Pulang sekolah, Deasy dan Thalita berboncengan motor menuju rumah Moses. Sampai di depan gerbang, Thalita melihat gerbang itu tidak dikunci, pintunya sedikit terbuka. Thalita dan Deasy saling bertukar pandang.
"Gak dikunci nih, Des, gerbangnya. Apa kita langsung masuk saja?" tanya Thalita.
Deasy mengangguk, kemudian membuka pintu agar mereka bisa masuk. Thalita mendorong motornya, dan Deasy menutup gerbang setelah Thalita lewat.
"Kok sepi, ya? Apa Bik Sari lagi pergi ya?" Deasy mendekati Thalita yang sedang memarkir motornya.
"Iya, lampu teras juga masih nyala tuh, apa memang mereka pergi jauh? Kok lampunya gak dimatikan."
"Gak tau deh, Tha. Ayo, kita langsung masuk aja!"
Thalita mengekor di belakang Deasy yang membuka pintu depan.
"Gak dikunci," kata Deasy ketika memutar handle pintu. Pintu itu segera terbuka, dan menampakkan ruang tamu rumah Moses.
"ASTAGA!" kata Deasy tanpa sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Hana
Moses. Gideon kan pacarnya Thalita.
2023-07-05
0
Hana
gas gede ? typo ya kakak ? mungkin maksudnya tas gede.
2023-07-05
0