Part 9 : Tunangan Moses

"Haduh, Bik Sari ini bikin kaget aja, sih! Mana kita berdua lagi parno banget. Bibi dari mana dengan dandanan kayak gitu?" omel Deasy.

"Ya maaf, Neng! Bibi abis ngambil serai di halaman belakang, buat masak soto."

"Terus, kenapa penampilan Bibi seram kayak gitu?" tanya Thalita.

"Di luar, anginnya gede banget, rambut Bibi berantakan nih. Tadi aja, ada papan bekas pintu yang roboh kena angin. Mana bunyinya keras banget, Bibi sampai kaget. Neng berdua ini mau pulang?"

"Iya, Bik. Ini kan sudah sore, takut Kanjeng Mami marah-marah," jawab Thalita.

"Saran Bibi sih, mending nanti saja, biar diantar Den Moses pakai mobil, Neng! Bahaya kalau pulang pakai motor angin-angin kayak gini, rawan pohon tumbang."

"Bener juga kata Bik Sari nih, Tha. Aku juga takut kalau pulang sekarang naik motor."

"Terus gimana, Des? Aku sih lebih takut sama omelan Kanjeng Mami. Imbasnya nanti ke uang jajan. Kamu sih enak, duit bukan masalah buat kamu."

"Gimana kalau kita tukar aja? Aku lebih suka gak punya duit, tapi mamaku sayang dan perhatian ke aku kayak mamamu, Tha," mata Deasy tampak berkaca-kaca.

"Ya itu kalau ke kamu, Des. Kalau ke aku kan Mama beda lagi, sampai aku ini merasa kayak anak pungut, terus kamu anak kandungnya. Aku curiga, dulu kita berdua tuh tertukar di rumah sakit, waktu baru lahir."

"Ngawur!! Mana ada kita tertukar, Tha. Aku lahir bulan Januari, sedang kamu Mei. Yang ada, aku udah bisa duduk, kamu cuma bisa nangis sama beol."

"Kok jadi berantem sih, Neng? Nanti jadi monyet lho, kalau berantem mulu."

Bik Sari masuk ke gudang yang berada di sebelah dapur, untuk menyimpan parang dan cangkul. Tak lama, Bik Sari keluar dari gudang, dengan rambut dihiasi sarang laba-laba. Deasy bergidik ngeri, sedang Thalita cuma nyengir.

"Sini ponsel kamu, Tha! Biar aku yang nelpon Kanjeng Mami. Aku akan ijin untuk pulang agak malam, nunggu Bang Moses pulang kerja."

"Kenapa gak pakai punyamu saja?"

"Biar Kanjeng Mami tau, kalau kamu lagi sama aku. Udah jangan bawel, cepetan sini ponselnya!"

Thalita memberikan ponselnya pada Deasy, yang kemudian pergi ke ruang tengah untuk menelepon. Di dapur berisik oleh suara angin dan hujan yang mulai turun. Thalita menghampiri Bik Sari, dan membantunya memasak.

"Bik, aku mau nanya sesuatu sama Bibi," kata Thalita sambil mengupas kentang.

"Nanya apa, Neng?"

"Apa Bang Moses itu pernah tunangan, Bik?"

"Pernah, Neng. Tapi tunangannya menghilang setahun yang lalu. Gak tau kabur dari rumah atau gimana gitu lho. Sampai sekarang gak ada kabarnya."

"Gak lapor polisi, Bik?"

"Udah, Neng. Tapi yo gak ketemu juga sampai hari ini. Kayak tiba-tiba lenyap ditelan bumi gitu. Kenapa Neng Thalita tiba-tiba nanya kayak gitu?"

"Enggak, cuma ingin tau aja kok, Bik. Kayak e bagus kalau dibikin cerita novel. Tunanganku Raib Ditelan Bumi. Gitu judulnya.

Bik Sari tertawa mendengar omongan Thalita yang menurutnya konyol. Thalita sibuk menarik-narik bibir bawahnya, kebiasaan ketika dia sedang berpikir keras. Deasy sering menertawakan kebiasaan Thalita itu. Menurut Deasy, menarik bibir bawah saat lagi berpikir, tak akan menemukan jalan keluar, yang ada malah bibir jadi dower.

" Bibi punya foto tunangannya Bang Moses?"

"Ya gak punya lah, Neng. Ngapain juga Bibi simpan fotonya Mbak Renata, menuh-menuhi tempat aja."

"Simpan di ponsel, Bik. Bukan di album foto."

Bik Sari mengeluarkan ponsel dari saku daster yang dikenakannya. Sebuah ponsel jadul dengan dering polyphonic dan tanpa kamera. Ponsel yang hanya bisa untuk menelepon dan kirim SMS.

"Hahahahaha, hari gini masih pakai ponsel beginian sih, Bik? Beli yang android dong!"

"Percuma, Neng. Bibi cuma bisa nelpon dan kirim SMS, jadi buat apa beli HP mahal-mahal."

Deasy menghampiri Thalita dan Bik Sari di dapur. Gadis itu mengacungkan ibu jarinya, pertanda, urusan perijinan sudah beres. Deasy mengembalikan ponsel Thalita, dan kali ini sibuk dengan ponselnya sendiri.

"Emang tunangan Bang Moses, rumahnya jauh dari sini, Bik?" tanya Thalita.

Deasy menatap Thalita dengan pandangan bertanya, dan dijawab Thalita dengan menggendikan bahu.

"Rumahnya di luar kota, Neng. Di sini dia tinggal di tempat kost dekat kampus."

"Oh, berarti mereka satu kampus ya, Bik?"

"Iya, Neng. Cuma Mbak Renata itu, adik kelasnya Den Moses gitu lho. Dulu sering banget ke sini, suka nginep juga. Makanya sama orang tua Mbak Renata, mereka disuruh tunangan, kalau perlu menikah sekalian. Biar gak ada fitnah gitu lho."

"Kan mereka masih kuliah, Bik, masa disuruh nikah?" tanya Deasy.

"Ya gapapa kan, Neng. Kuliah sambil nikah mah boleh. Kalau baru SMA kayak Neng berdua ini, baru gak boleh. Begitu kan?"

Deasy cuma nyengir, sedang Thalita tertawa ngakak. Ternyata Bik Sari itu pandai, meski cuma sekolah sampai kelas tiga SD. Wawasan Bik Sari cukup luas, dia juga gak terlalu gaptek. Mungkin karena Bik Sari mau belajar banyak hal.

"Waktu hilang itu, gimana ceritanya, Bik?"

"Bibi kurang tau, Neng. Waktu itu anak Bibi lagi sakit, DBD, dan sedang dirawat di rumah sakit. Jadi Bibi ijin pulang kampung selama seminggu."

"Hm begitu. Berarti dapat kabar dari Bang Moses?" tanya Deasy.

"Bibi balik dari kampung, Den Moses Bibi temukan lagi sakit di kamarnya. Badannya panas banget, dan Den Moses juga pingsan waktu itu. Bibi panik, terus minta tolong tetangga buat bantu bawa ke rumah sakit. Waktu itu Bibi menghubungi Mbak Renata, tapi gak bisa-bisa. Seminggu kemudian Bibi baru tau kalau Mbak Renata hilang, dan Den Moses sampai sakit karena memikirkan tunangannya itu."

"Masa sih, tiba-tiba hilang, Bik?" tanya Thalita.

"Kata ibu kostnya, Mbak Renata itu pamit pulang kampung, karena ibunya sakit. Terus hilang, gak pernah kembali."

"Pulang kampung? Emang gak diantar Bang Moses? Kan mereka udah tunangan?"

"Den Moses lagi ujian atau apa gitu lho, Neng Thalita. Kurang sehari lagi, Mbak Renata gak mau nunggu, ingin cepat-cepat pulang. Rencananya, Den Moses mau nyusul."

"Oh gitu. Satu pertanyaan lagi nih, Bik. Apa Mbak Renata ini juga suka bunga lily?"

"Enggak, Neng. Mbak Renata malah benci bunga lily. Baunya bikin ngeri, gitu katanya. Malah Mbak Renata alergi sama kebun belakang. Ke dapur aja dia gak pernah, karena dari dapur bisa tercium wangi bunga lily di kebun belakang."

Deasy dan Thalita saling pandang. Bagaimana bisa cincin milik tunangan Moses ditemukan di kebun bunga lily, jika pemiliknya alergi? Deasy meraba cincin di jari manisnya dan bergidik ngeri.

Terpopuler

Comments

Hana

Hana

apakah Moses punya penyakit Alter Ego ?

2023-07-05

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : Hilangnya Seorang Gadis
2 Part 2 : Kisah Deasy
3 Part 3 : Perkenalan
4 Part 4 : Jatuh Cinta
5 Part 5 : Terlalu Nyaman
6 Part 6 : Bunga Lily
7 Part 7 : Kejadian Aneh
8 Part 8 : Cincin Tunangan
9 Part 9 : Tunangan Moses
10 Part 10 : Firasat Buruk
11 Part 11 : Akhirnya Muncul
12 Part 12 : Curiga
13 Part 13 : Dugaan Baru
14 Part 14 : Makan Malam Romantis
15 Part 15 : Terlena
16 Part 16 : Aneh
17 Part 17: Semakin Aneh
18 Part 18 : Mulai Menyelidiki
19 Part 19 : Semakin Misterius
20 Part 20 : Siapa Dia?
21 Part 21 : Analisa
22 Part 22 : Main Belakang
23 Part 23 : Sandiwara
24 Part 24 : Gudang
25 Part 25 :
26 Part 26 : Panik
27 Part 27 : Melewati Ujian Akhir
28 part 28 : Kembali Menyelidik
29 Part 29 :
30 part 30 : Kemana Deasy?
31 Part 31 : Lapor Polisi?
32 Part 32 : Sebuah Teka-Teki
33 Part 33 : Ambil Tindakan
34 Part 34 : Menemukan Petunjuk
35 Part 35 : Peringatan
36 Part 36 : Petunjuk Pertama
37 Part 37 : Terus Mencari
38 Part 38 : Ular di Kamar Bik Sari
39 Part 39 : Petunjuk ke Dua
40 Part 40 : Benang Merah
41 Part 41 : Paket Misterius
42 Part 42 : Petunjuk Ketiga
43 Part 43 : Gadis Penghuni Villa
44 Part 44 : Kisah Renata
45 Part 45 : Dimana Deasy
46 Part 46 : Temuan Baru
47 Part 47 : Lorong Rahasia
48 Part 48 : Terjebak
49 Part 49 : Pertolongan Tak Terduga
50 Part 50 : Kabur
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Part 1 : Hilangnya Seorang Gadis
2
Part 2 : Kisah Deasy
3
Part 3 : Perkenalan
4
Part 4 : Jatuh Cinta
5
Part 5 : Terlalu Nyaman
6
Part 6 : Bunga Lily
7
Part 7 : Kejadian Aneh
8
Part 8 : Cincin Tunangan
9
Part 9 : Tunangan Moses
10
Part 10 : Firasat Buruk
11
Part 11 : Akhirnya Muncul
12
Part 12 : Curiga
13
Part 13 : Dugaan Baru
14
Part 14 : Makan Malam Romantis
15
Part 15 : Terlena
16
Part 16 : Aneh
17
Part 17: Semakin Aneh
18
Part 18 : Mulai Menyelidiki
19
Part 19 : Semakin Misterius
20
Part 20 : Siapa Dia?
21
Part 21 : Analisa
22
Part 22 : Main Belakang
23
Part 23 : Sandiwara
24
Part 24 : Gudang
25
Part 25 :
26
Part 26 : Panik
27
Part 27 : Melewati Ujian Akhir
28
part 28 : Kembali Menyelidik
29
Part 29 :
30
part 30 : Kemana Deasy?
31
Part 31 : Lapor Polisi?
32
Part 32 : Sebuah Teka-Teki
33
Part 33 : Ambil Tindakan
34
Part 34 : Menemukan Petunjuk
35
Part 35 : Peringatan
36
Part 36 : Petunjuk Pertama
37
Part 37 : Terus Mencari
38
Part 38 : Ular di Kamar Bik Sari
39
Part 39 : Petunjuk ke Dua
40
Part 40 : Benang Merah
41
Part 41 : Paket Misterius
42
Part 42 : Petunjuk Ketiga
43
Part 43 : Gadis Penghuni Villa
44
Part 44 : Kisah Renata
45
Part 45 : Dimana Deasy
46
Part 46 : Temuan Baru
47
Part 47 : Lorong Rahasia
48
Part 48 : Terjebak
49
Part 49 : Pertolongan Tak Terduga
50
Part 50 : Kabur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!