Jam tiga kurang lima menit Edward sudah menunggu Sani di mobil, dia memarkirkan mobilnya di dalam taman setelah itu dia mengurim pesan kepada Sani.
Edward sudah menunggu lima menit tapi Sani belum muncul dan pesannya belum di balas, boro-boro membalas di baca juga belum.
Edward menelpon Sani beberapa kali tapi tidak di angkat, lalu dia turun dan menanyakan kepada orang yang lewat di depannya.
"permisi dek, acaranya sudah selesai ya?" kata Edward
"waww ada bulee ya ampun ganteng banget" bukannya menjawab dia malah berteriak sambil loncat-loncat
"maaf dek adek angkatan berapa?" Edward bertanya lagi dia panik belum dapat kabar dari Sani.
"tahun 2015 ganteng duuh" kata gadis itu yang ternyata Meri si cerewet.
"berarti seangkatan dengan Sani ya, Saninya mana?" tanya Edward kepada Meri.
"Sani? tadi dia ke toilet katanya mau cuci muka karena pusing aku kira dia langsung balik karena sudah lima menit yang lalu" jawab Meri dia baru ngeh sahabatnya di antar Lisna tadi.
Tiba-tiba Meri lari menuju toilet sambil teriak Sani, Edward mengikutinya sambil berlari.
Sampai toilet perempuan ternyata tidak ada siapa-siapa, Meri dan Edward sedang panik mencari Ola.
Meri melihat Lisna sedang berjalan di bawah pohon sendirian, lalu dia menghampirinya.
"hei Lisna, Sani di mana?" tanya Meri.
"a a aku gak tau" jawab Lisna sambil lari
Edward melihat gelagat tidak beres, dia lari mengejar Lisna dan hanya beberapa detik Lisna sudah di cekal oleh Edward.
"katakan Sani di mana, kalau tidak gue akan hancurkan hidup lo dan keluarga lo" bentak Edward kepada Lisna.
"a a akku t t tii dak t ttau" jawab Lisna gugup.
"aku bisa membayarmu tinggi kalau kamu mengatakannya, kalau tidak kamu siap-siap hancur dalam hitungan menit mengerti" kata Edward geram.
"ii i itu ddi bbawa De Deri ke pe penginapan" jawab Lisna
"penginapan mana?" tanya Edward panik
"penginapan melati" jawab Lisna dan kebetulan Edward tadi menyewa kamar di situ dia buru-buru berlari ke mobil.
"hei bayaranya" teriak Lisna
Edward menghidupkan mesin mobil lalu melemparkan segepok uang ke Lisna, lalu dia ngegas mobilnya tanpa menghiraukan Meri yang teriak ingin ikut.
"wah gue kaya ini" kata Lisna sambil ngipas-ngipas uang.
"hei cecunguk, lo kerja sama dengan si Deri untuk ngejebak temen, gue kira lo baik mengantar Sani ke toilet ternyata lo sampah teman sendiri lo jebak" kata Meri geram sambil menarik kerah baju Lisna.
"lepasin kunyuk ahk s sakit leher gue uhuk uhuk" kata Lisna sambil memegang tangan Meri yang mencekiknya.
"lo apain Sani, apa jangan -jangan air yang lo kasih itu... Ya benar... Air apa yang di kasih ke Sani brengsek?" kata Meri semakin erat mencekik Lisna dengan menarik kerah bajunya.
"min minuman a a alkohol di c ca campur o obat ti tidur" jawab Lisna gagap karena lehernya sakit.
"brengsek sialan, si Sani gak pernah minum alkohol jing pasti dia teler apalagi di kasih obat tidur. Lo benar -benar teman setan ya" kata Meri sambil mendorong Lisna sampai tersungkur di tanah. Di dekat toilet hanya Meri dan Lisna karena peserta yang lain sudah bubar dan pulang hanya panitia yang masih di sana.
Meri lari melapor ke panitia kebetulan mereka masih ada, dengan bukti rekaman ucapan pengakuan Lisna di ponselnya barusan. Meri melaporkan kejadian yang menimpa Sani, panitia sangat sigap lalu mengamankan Lisna dan sebagian menyusul ke penginapan melati dengan Meri.
Edward tiba di penginapan melati dia buru-buru turun, dia menyisir satu-persatu pintu kamar penginapan, dan kebetulan pas kamar ujung pintunya masih terbuka melihat orang sedang menurunkan Sani dari gendongannya.
Melihat Sani matanya terpejam dan tak bergerak membuat Edward murka.
Edward langsung mendorong dan memukul Deri, dia terus meninju Deri sampai keluar darah dari bibirnya lalu tangan Deri di ikat ke belakang menggunakan sabuknya.
"akhhsss siapa lo bule kampung ganggu kesenangan gue aja?" kata Deri sambil meludah untung gak kena Edward karena dia ada di belakangnya.
"bangsat kau, berani-beraninya menyentuh milikku" kata Edward sambil mendorong kepala deri sampai terbentur kaki kursi dan dahinya mengeluarkan darah, lalu dia membuka sabuk Deri dan mengikat kakinya.
"milikmu? hahaha... Berarti dia menolak gue karena lo hahaha? sudah tidur berapa kali dengan dia? Gue tau orang eropa pergaulan bebas, pantesan si Sani gak mau di jodohin dengan gue karena jadi simpanan lo ternyata hahaha... Untung gue belum nyicipin, gue kira dia masih perawan haha... Jadi jijik gue lihatnya hahaha..." kata Deri sambil meludah bercampur darah karena darahnya masih mengalir dari ujung bibirnya apalagi di dahinya
"brengsek lo berniat memperkosa dia ternyata... ternyata otak lu benar-benar kotor sialan. Sungguh memalukan seorang pendidik kelakuan seperti binatang, bikin malu nama guru aja lo. Jangan nuduh gue pergaulan bebas, kalau orang sini juga kelakuannya ada yang berengsek seperti lo. Tidak semua orang eropa pergaulannya bebas, buktinya gue sangat menghormati perempuan terutama Sani karena dia gadis istimewa di hati gue" kata Edward sambil plak menampar pipi Deri dan menendang tulang keringnya, dia marah karena Deri merendahkannya dan Sani membuat Deri mengaduh kesakitan.
"ahhkkh sakit an*jin*" Deri mengaduh
Edward duduk di sisi tempat tidur di samping Sani, dia menepuk-nepuk pipi Sani yang tidak bergerak.
"sayang... Sayang.. Bangun sayang" kata Edwar sambil menciumi pipi Sani tapi Sani tetap tak bergerak.
"lo benar-benar brengsek, lo cekokin dia apa hah?" kata Edward sambil menendang kaki Deri.
Edward mengangkat Sani, dia menggendong Sani berjalan cepat menuju mobil dia mau membawa Sani ke klinik dokter karena puskesmas tutup tanggal merah dan di kecamatan itu belum ada rumah sakit. Jadi Edward mau membawa Sani ke tempat praktek dokter aja / klinik dokter.
"hei tuan bule, mau dibawa kemana teman gue?" kata Meri yang baru turun dari mobil di susul tiga orang laki-laki.
"mau ke klinik dokter, dia gak bangun bangun. Eh bung tolong urus si cecunguk Deri di kamar ujung sana laporin dia ke polisi dengan tuduhan pelecehan seksual dan peghinaan" kata Edward.
"hei ini bawa tas dia, barangkali butuh identitas dia, ada ponselnya juga" kata Meri sambil berlari menghampiri mobil Edward dan memberikan tas Sani kepadanya.
Edward menginjak gas mobilnya meninggalkan penginapan menuju klinik dokter.
Deri di amankan panitia reuni dan langsung di bawa ke kantor polisi, Lisna juga di bawa dan dia di introgasi polisi untuk mengorek keterangan.
Sani di periksa dokter ternyata dia keracunan alkohol dan obat tidur, walaupun hanya segelas tapi tubuh Sani sensitif terhadap alkohol.
Dokter bekerja keras untuk menetralkan kondisi Sani, untung cepat di bawa kalau telat lima menit lagi bisa sangat berbahaya bahkan bisa kehilangan nyawa.
Sani di infus oleh perawat, dokter menyuntikan obat penawarnya dan memberi penanganan intensif kepada Sani sampai bahayanya lewat dan dokter menarik napas dalam.
"bagaimana kondisi calon istri saya dok?" kata Edward.
"masih kami observasi, tapi bahayanya sudah lewat. Untung anda cepat membawanya kesini, kalau tidak bisa fatal akibatnya" jawab dokter itu.
"kapan dia sadar dok?" kata Edward.
"tunggu aja, bisa lebih cepat dari dua jam atau bisa lebih dari itu. Tergantung daya tahan tubuhnya melawan racun itu, tapi tenang aja karena bahayanya sudah lewat" jawab dokter sambil menepuk bahu Edward
"tolong sembuhkan calon istri saya dok" kata Edward melipat tangannya di depan dokter.
"kami akan berusaha semaksimal mungkin, dan nona ini harus di rawat minimal dua hari" jawab dokter.
"baiklah aku percayakan semua padamu, apa perlu di rujuk ke rumah sakit kabupaten?" tanya Edward.
"tidak perlu karena bahayanya sudah lewat, tunggu aja dua jam lagi baru kita ambil keputusan baru" jawab dokter itu.
"ok, baiklah" kata Edward.
Edward mengambil ponsel Sani dari tasnya lalu mengirim pesan kepada orang tua Sani memakai ponsel Sani, seolah olah Sani yang kirim pesan. Dia bilang Sani nginep di klinik dokter menemani temannya yang sakit, dia tidak mau orang tua Sani cemas karena Sani belum sadar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments