Menikah Dengan Majikan
Sani anak dari bu Suti dan pak Kosasih, mereka tinggal di kampung dekat perkebunan karet Jawa Barat. Sehari-hari Sani sekolah dan membantu ibunya menyetrika dan mencuci pakaiana tetangganya, dan sekarang dia telah tamat SMA dia ingin mencari kerja di kota besar.
Sani pergi ke kota untuk melamar pekerjaan tapi sudah seminggu dia belum mendapat pekerjaan, uangnya semakin menipis hanya cukup untuk makan seminggu lagi gitu juga kalau lauknya tahu dan tempe saja kalau makan pake ayam mungkin 3 hari juga habis. Dia berpikir keras kalau tidak mendapatkan pekerjaan hari ini dia akan kembali ke desanya jadi buruh cuci dan setrika lagi.
Sani pulang lagi ke desa karena belum mendapat pekerjaan daripada nanti dia gak bisa pulang lebih baik sekarang pikirnya, ya memang kalau hanya bermodalkan ijazah SMA memang rada sulit mencari kerja di kota besar apalagi tidak ada koneksi/orang dalam.
Sani sampai di pinggir jalan dekat rumahnya di kampung itu dekat perkebunan karet, dia berjalan melewati kebun tetangganya dalam dua menit sampailah ke rumahnya.
"assalammualaikum ibu, bapak, Sani pulang" Sani mengetuk pintu rumah orang tuanya.
"waalaikum salam, ya ampun nak kamu sudah pulang ayo masuk" ibu membuka pintu dan langsung memeluk anaknya.
Sani masuk rumah sambil di rangkul ibunya, dia langsung mengambil air putih karena haus, setelah minum dia duduk di karpet yang terbentang karena ibunya sedang menyetrika pakaian orang.
"bapak ke mana buu?" Sani bertanya kepada ibunya.
"bapak lagi menggembala kambing biasanya asar nanti baru pulang" jawab ibu.
"maaf ya buk, Sani belum mendapatkan pekerjaan di kota. Uang tabunganku malah habis di pake ongkos, kontrakan seminggu dan buat makan" Sani memeluk ibunya dia merasa bersalah telah menghabiskan uang sia-sia.
"tidak apa-apa mungkin belum rejeki kamu nak, tidak usah di pikirkan yang penting sehat dan terus berusaha insyaallah rejeki kita mengalir terus walaupun tidak banyak asal cukup aja dulu"
Ibu membelai rambut anaknya dengan lembut setelah itu ibu melanjutkan lagi nyetrikanya, Sani masuk kamarnya untuk menyimpan tas pakaiannya lalu dia pergi ke kamar mandi.
Sani keluar dari kamar mandi dan langsung menuju meja makan, dia membuka tudung saji dan ada sayur buntil dan goreng ikan teri.
"buuu, Sani makan ya" Sani sangat lapar karena tadi pagi hanya sarapan bubur saja dia belum makan apa-apa lagi sampai sekarang.
"iya makan aja, ibu udah makan siang tadi" jawab ibu.
Sani makan sangat lahap sekali sampai nambah, sudah seminggu dia tidak makan sampai kenyang karena menghemat.
Selesai makan dia mencuci piring dan gelas bekas dia, setelah itu menghampiri ibunya lagi.
"buu biar Sani yang setrika, ibu istirahat aja"
"tapi kamu baru aja datang nak, lebih baik kamu aja yang istirahat"
"ini sambil nurunin nasi buk, kalau tidur abis makan malah begah"
Sani mengambil alih setrikaan dan menyuruh ibunya beristirahat di kamar, ibupun masuk kamarnya dan sani menyetrika sampai selesai.
Selesai menyetrika Sani mengantarkannya sesuai nama yang tertera di keranjangnya.
"buu sani ngantar dulu pakaian yaa" Sani berbicara pelan di depan kamar ibunya takut membangunkan ibunya.
"iya nak hati-hati" jawab ibu ternyata dia sudah bangun.
Pulang mengantarkan setrikaan Sani berjalan menyusuri kebunnya untuk memetik sayuran dan ternyata ada bapak sedang duduk di rerumputan nungguin kambing yang sedang makan rumput.
"bapak apa kabar? kenapa belum pulang ini sudah hampir setengah lima sore?" Sani memeluk bapaknya karena kangen sudah seminggu tidak bertemu.
"bapak baik dan sehat neng, bapak betah di kebun lagian bapak bawa bekal tadi jadi sudah makan siang. Ayo kita pulang sekarang sepertinya kambingnya sudah kekenyangan" bapak berdiri dan membuka tali tambang yang terikat di pohon kecil lalu dia berjalan dengan Sani sambil menuntun kambingnya.
"maaf ya pak, Sani belum mendapat kerjaan di kota" kata Sani merasa bersalah.
"tidak apa-apa itu belum rejekimu, sabar aja di rumah juga selalu ada kerjaan" jawab bapak, mereka berjalan ke kandang untuk memasukan kambing-kambingnya. Setelah kambing masuk semua merekapun pulang ke rumahnya.
Hanya beberapa menit mereka sudah sampai di rumahnya yang sederhana, rumah ukuran 6x9 dengan tiga kamar tidur masing-masing ukuran 3x3, ruang tamu menyatu dengan ruang keluarga, dapur dan ada satu kamar mandi. Walaupun rumah sederhana tapi sangat bersih dan asri.
"assalammualaikum" Sani mengetuk pintu rumahnya.
"waalaikum salam" ibu membukakan pintu rumahnya bapak dan Sani masuk rumah dan bapak langsung masuk kamar mandi untuk mandi sore.
Sani mencuci sayuran yang di petiknya tadi di kebun dan meniriskannnya di wadah.
"metik apa aja nak?" ibu menghampiri anaknya.
"terong cuma 3 yang besar yang lainnya masih kecil, cabe merah tiga juga buat bumbu blado bu dan ada buah pare juga cuma tiga lagi yang bisa di petiknya yang lain masih kecil" Sani menjelaskan kepada ibunya sambil tersenyum.
"segitu juga cukup nak buat sarapan besok, buat makan malam ibu sudah membuat pepes tahu tuh sedang di kukus dan buntil juga masih ada cukuplah buat bertiga" kata ibu sambil menunjuk kompor.
Sani mengangguk dan berjalan ke arah rak handuk dia mau mandi lagi karena pulang dari kebun.
Selesai mandi mereka berkumpul di ruang keluarga sambil menonton tv, sambil makan pisang goreng hangat buatan ibu dan minumnya teh hijau hangat menambah kenikmatan sore itu dan di dukung dengan cuaca yang sedang hujan rintik-rintik.
"bagaimana tinggal di kota walaupun hanya seminggu?" ibu mulai percakapannya.
"gitu deh bu Sani langsung mencari kosan dan menemukan kosan putri yang bisa bayar untuk seminggu dulu lumayan tempatnya bersih dan nyaman ada tempat tidur kecil dan satu meja belajar yang ada lemarinya cocok buat anak kuliahan" jawab Sani.
"maaf ya nak bapa tidak mampu menguliahkan kamu" bapak jadi melow mendengar penjelasan Sani.
"tidak apa-apa pak, mudah-mudahan kedepannya Sani bisa kuliah sambil kerja" Sani membesarkan hati orang tuanya.
"aamiin" jawab kedua orang tuanya barengan.
"tapi Sani lebih nyaman di kampung, kalau di kota apa-apa harus beli dan terlalu padat rumahnya" Sani melanjutkan ceritanya.
"itu kalau di rumah padat penduduk nak, dulu bapak pernah jadi sopir di tuan tanah rumahnya besar dan halamannya luas dan di situ ibumu menjadi art juga karena kami saling mencintai lalu kami menikah" kata pak Kosasih.
"wah bapak dan ibh cinlok rupanya hehehe..." Sani menggoda orang tuanya.
"ya benar cinlok, tapi alhamdulillah sampai sekarang ya cinloknya hehe" bapak menjawab terkekeh.
"sampai usia berapa bapa dan ibu kerja di sana?" Sani penasaran.
"ibumu berhenti saat hamil kamu tujuh bulan, saat itu kami sudah tiga tahun menikah baru di karuniai kamu dan ibumu pulang kampung tinggal bersama nenekmu karena kami belum punya rumah, bapak waktu itu baru beli tanah ini yang sekarang ada rumah kita luasnya 400 meter dan kebun yang di belakang luasnya 100 meter lebih" bapa berhenti dulu untuk minum lalu melanjutkan lagi.
"kamu dan ibumu tinggal di nenekmu sampai usia kamu 6 tahun, setelah itu bapak membangun rumah ini dan pas kamu SD kita sudah tinggal disini. Tidak sampai setahun setelah membangun rumah ini, majikan bapak kembali ke Bali karena sudah pensiun mereka asal Bali dan otomatis bapak berhenti bekerja dari sana. Bapak mencari kerja jadi sopir di tempat laiin, tapi bapak jadi sopir truk di perkebunan tapi karena ada yang ingin jadi sopir juga bapa di keluarkan secara tiba-tiba tanpa memberi tahu alasannya, ya udah bapak cari kerja lagi tapi gak dapat akhirnya bapa pulang kampung dan membeli kambing. bapak beternak kambing dan sesekali jadi kuli bangunan sampai sekarang" bapak menjelaskan panjang lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Syahrani Fudin
aku suka sama ceritanya awal yg menarik ☺️
2023-03-07
0
Aminah Lansart Halidin
ceritaanya bagus anak desa
2023-03-07
1
Anonymous
Awalan ceritanya bagus tapi kok sepi
2023-03-06
3