Beli Tanah

Sani menjalankan hari-harinya dengan semangat, dia sangat bersyukur bekerja dan kuliah tanpa keteteran. Sekarang Sani baru menyelesaikan ujian semester tiga, dan besok mulai libur kuliah.

Sani sudah setahun lebih kerja di villa tuan Edward, hubungannya dengan Edward masih biasa-biasa aja belum ada kejelasan karena Sani belum menentukan pilihannya dan belum ngasih jawaban yang jelas kepada Edward karena Sani tau diri dan juga masih sembilas tahun lebih dia belum mau berumah tangga.

Setengah enam pagi Sani sedang ngepel teras rumahnya, tiba - tiba datang tetangganya sambil nangis.

"ibu ada apa?" tanya Sani.

"ibumu ada gak neng ibu ada perlu? Hiks hiks" tanya bu Lilis kepada Sani sambil sesenggukan.

"ada bu, silahkan masuk" kata Sani.

"biar di teras aja neng kan lantainya masih basah" jawab bu Lilis.

"gak apa-apa bu, ayo masuk" kata Sani sambil merangkul pundak bu Lilis yang menangis tersedu -sedu.

"eh ada bu Lilis, silahkan duduk bu" kata bu Suti keluar dari kamarnya karena habis mandi.

"bu Suti tolongin saya" kata bu Lilis

"tolongin apa bu? Ibu kenapa ini" kata bu Suti sambil memeluk bu Lilis.

"suami saya bu hiks... saya butuh uang bu lima puluh juta, kalau bu Suti ada uang saya mau pinjam dulu atau belilah tanah kebun yang di depan rumah ibu itu. Suami saya tidak sengaja menumpahkan batu ke rumah orang karena truknya oleng sehingga rumahnya rusak sebagian dan yang punya rumah minta ganti rugi lima puluh juta untuk renovasi rumahnya, kalau besok belum ganti rugi suami saya akan di laporkan ke polisi dan di penjara bu. Sedangkan yang punya truk beliau lagi gak ada uang karena habis operasi katanya, bu Suti tolong beli tanah saya buu tolongin suami saya" kata bu Lilis panjang lebar sambil tersedu - sedu dia takut suaminya masuk penjara.

"ya ampun ibu maaf ya, saya juga tidak punya uang sebanyak itu kan suami saya kerjanya hanya serabutan dan saya kuli cuci dan nyetrika gitu juga dua hari sekali. Hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari aja bu, ada juga paling sejuta dua juta bu" jawab bu Suti.

"aduh sama siapa lagi saya tawarin tanah ini sudah seminggu ini saya tawarin ke beberapa orang belum ada yang beli padahal harganya di bawah pasaran, kalau pinjem ke bank saya gak berani takut gak bisa ke setoran tiap bulan" kata bu Lilis, tanah di kampung memang harganya jauh lebih murah daripada harga tanah di kota dekat kecamatan apalagi di kota besar mahal banget sesuai pasaran. Dan tempat tinggal Sani ini jauh dari kota kecamatan tapi dekat ke jalan aspal walaupun jalannya tidak selebar jalan di kota.

Sani masuk karena sudah selesai ngepel lantai teras, tadi dia mendengar percakapan bu Lilis dengan ibunya.

"maaf bu tadi saya mendengar pembicaraan ibu, tanah yang depan rumah ini yang mau di jual ya berapa meter bu tanahnya? Dan berapa harganya?" kata Sani bertanya ke bu Lilis sambil duduk di samping ibunya.

"tanah ini tujuh ratus meter neng sampai pinggir jalan, ibu mau jual murah aja enam puluh jt neng. Ini ibu bawa surat tanahnya karena barusan nawarin ke toko sembako tapi beliau habis belanja jadi gak ada uang" jawab bu Lilis parau karena bingung.

"maaf bu boleh saya lihat surat tanahnya?" kata Sani.

"boleh neng silahkan" kata bu Lilis sambil memberikan maf yang berisi akta tanah.

Sani membuka akta tanah itu ternyata benar luasnya tujuh ratus meter, dan batasnya sesuai karena dia juga tau tanah yang di depan itu milik bu Lilis. Waktu beliau pulang dari Hongkong jadi TKI beliau membangun rumah dan membeli tanah itu dari tetangganya juga.

"saya mau beli tanah ini bu, tapi nanti siang saya mau ngambil dulu uangnya ke bank" kata Sani.

"alhamdulillah... Iya neng boleh boleh, terima kasih neng" jawab bu Lilis sambil memeluk Sani.

"iya bu, bawa aja dulu akta tanahnya nanti jam tigaan ibu kesini lagi. Sekarang saya mau kerja dulu ke villa" kata Sani, karena bank bukanya jam delapan pagi dia mau bersih-bersih dulu di villa lalu naik bis empat puluh lima menit ke kota kecamatan karena bank dan atm adanya di kota kecamatan.

"iya neng terima kasih ya, udah biarin di sini aja akteunya kalau nanti takut lupa. Ibu Suti neng Sani ibu permisi dulu ya maaf pagi-pagi sudah mengganggu" jawab bu Lilis

"iya bu, gak apa-apa" jawab bu Suti.

Bu Lilis pulang ke rumahnya, Sani mau masuk ke kamar mandi karena belum mandi tapi bu Suti megang tangan Sani lembut.

"neng kamu yakin mau beli tansh di depan harganya enam puluh juta neng, memangnya ada uangnya?" kata ibu Suti bertanya kepada anaknya.

"ada bu, kan Sani kerja sudah delapan belas bulan di kali lima juta dan selama ini Sani belum menarik sepeserpun karena kebutuhan masih cukup" jawab Sani.

"syukur alhamdulillah masih ada sisanya, jangan di ambil semua ya neng buat jaga-jaga" kata bu Suti.

"iya bu, Sani mau ambil enam puluh lima atau tujuh puluh juta aja" jawab Sani.

"jangan banyak-banyak neng, enam puluh juta aja buat bayar tanah aja neng kebutuhan di rumah masih cukup ko" kata bu Suti.

"tapi Sani mau sekalian ngambil buat ibu dan bapak" kata Sani.

"tidak usah, sayang banget gak ada keperluan yang memerlukan uang banyak ko. Udah mending uangnya simpan aja" kata bu Suti.

"baiklah bu, Sani mandi dulu ya" kata Sani sambil langsung masuk kamar mandi.

Selesai mandi Sani langsung berangkat ke villa, karena sudah jam enam lebih tiga menit dia berjalan cepat dan bu Ipah pasti sudah berangkat karena tidak menunggunya di toko sembako. Lima menit kemudian Sani sampai di sana.

"hi sayang sini" kata tuan Edward, beliau sedang membaca buku di deoan teras.

Sani menghampiri majikannya lalu dia duduk di kursi teras

"jangan jauh -jauh duduknya" kata tuan Edward sambil berdiri dia pindah duduknya di kursi samping Sani.

"oh ya tuan, nanti setelah selesai bersih - bersih aku mau ijin dulu ke bank" kata Sani.

"mau apa ke bank?" tanya Edward.

"mau narik uang" jawab Sani.

"mau narik berapa? pake uang aku aja dulu kebetulan ada uang kes kalau di bawah dua puluh juta mah" kata Edward.

"enam puluh juta tuan" jawab Sani.

"banyak banget, maaf kalau boleh tau buat apa uang itu?" kata Edward.

"buat beli tanah tetangga, beliau lagi butuh uang jadi mau jual tanahnya. Kebetulan letak tanahnya persis depan rumahku dan harganya di bawah pasaran, jadi Sani mau membelinya" kata Sani menjelaskan kepada Edward.

"bagus itu buat investasi, tapi ke banknya saya antar ya bahaya bawa uang segitu kalau sendirian apalagu naik kendaraan umum" kata Edward.

"tapi tuan gak apa-apa saya naik bis aja tuan kan harus keliling perkebunan" kata Sani.

"tidak ada tapi-tapian pokonya nanti saya antar titik" kata Edward.

"baiklah tuan terima kasih, saya ke dalam dulu ya mau bersih-bersih" jawab Sani pasrah, percuma menolak karena gak bakalan di ijinin pergi sendiri lagian dia juga pasti takut kenapa -napa persgi sendiri bawa uang banyak.

"sebelum bersih-bersih mending arapan dulu, bu Ipah lagi membuat nasi goreng seafood tuh wangi ke sini mmm jadi lapar" kata Edward sambil ikut berdiri berjalan di samping sani masuk ke dalam, sampai di meja makan lalu Edward duduk di sana.

Sani masuk ke kamarnya untuk menaruh tasnya, setelah itu dia keluar dari kamar dan langsung ke dapur.

"pagi bu, hmm wangi banget" kata Sani kepada bu Ipah.

"pagi neng, iya nih ibu bikin nasi goreng seafood. Yuk kita sarapan" jawab bu Ipah sambil menuangkan nasi goreng ke piring -piring jadi tiga piring lalu menghidangkannya di meja makan.

Selesai sarapan Sani bersih-bersih dan mencuci, lalu dia mandi lagi karena mau berangkat ke bank dengan Edward dia gak pd abis berkeringat duduk dekat dengan Edward.

Selesai ganti baju yang bagus hadiah dari tuan Edward dia juga memakai jam tangan pemberian Edward, lalu dia keluar kamar dan pamit kepada bu Ipah.

Sani masuk mobil duduk di depan sesuai perintah Edward, karena mereka hanya pergi berdua dan Edward nyetir sendiri.

"kamu cantik sayang" kata Edward sambil memasangkan sabuk pengaman Sani dan dirinya lalu menjalankan mobilnya perlahan.

"terima kasih" jawab Sani.

Empat puluh lima menit kemudian mereka sampai di bank, Sani mengambil antrian lalu menunggu di ruang tunggu.

"sayang no antriannya berapa?" tanya Edward lewat pesan WAnya karena dia masih di mobil.

"no 207, sekarang baru dipanggil antrian no 102" jawab Sani pesan di kirim.

"masih lama belanja dulu yu ke mini market, aku mau beli pasta gigi dan sabun mandi" pesan dari Edward

"iya" balasan Sani, lalu dia keluar lagi dan masuk mobil.

Edward menjalankan mobilnya ke mini market, setelah belanja di sana Edward membawa Sani ke toko pakaian beliau membelikan dua stel pakaian untuk Sani dan sepasang sepatu ket senada dengan pakaiannya. Walaupun Sani menolak tetap aja di belikan.

Selesai belanja Sani dan Edward kembali ke bank, baru aja mereka duduk nama Sani sudah di panggil dan Sani berdiri lagi dan berjalan ke kasir bank.

Selesai ngambil uang mereka langsung pulang ke rumah Sani karena Sani tadi sudah telpon ibunya nyuruh bu Lilis menunggunya di sana, jam dua belas Sani sudah di rumahnya. Edward tidak ikut ke rumah Sani karena waktunya kurang tepat dia hanya mengantar ke pinggir jalandi tanah bu Lilis yang beberaoa menit lagi jadi milik Sani serelah itu Edward kembali ke villa.

Sani berjalan menuju rumahnya terlihat banyak sendal di sana pertanda ada tamu di rumahnya, Sani memberi salam kepada mereka dan dia duduk di samping ibunya.

Setelah ada pembicaraan sedikit dari pak Kosasih, Sani langsung membayarkan uang itu kepada bu Lilis yang sudah menunggunya malah ada pak RT dan pak RW untuk di jadikan saksi jual beli tanahbitu. Dan sekarang tanah itu sudah sah jadi milik Sani, tinggal ganti nama akteunya.

Episodes
1 Mencari Kerja
2 Sani Mendapat Pekerjaan
3 Ciuman Pertama
4 Makan Siang Bersama Majikan
5 Dikirim Poto Pria
6 Pesan Dari Bos Ganteng
7 Tatapan Penuh Makna
8 Makan Berdua
9 Gaji Pertama
10 Pesan Dari Anak bu Lina
11 Deri Menghina Sani
12 Sani Di Ajak Ke Kota
13 Makan Kue Bersama
14 Panggilan Sayang
15 Pesan Cinta Dari Bos Ganteng
16 Mendapat Hadiah Jam
17 Ultah
18 Beli Tanah
19 Reuni SMA
20 Sani Di Rawat
21 Deri Di Penjara
22 Edward Melamar Sani Kepada Orangtuanya
23 Drakula Pencuri Cinta
24 Menikah
25 Perboden
26 Sarapan Buah Mangga
27 Menyusun Skripsi
28 Tinggal Di Rumah Sendiri
29 Sani Jadi Sekretaris
30 Hari Pertama Bekerja Sebagai Sekretaris
31 Makan Malam Romantis
32 Sani dan Edward Pergi ke Belanda
33 Ayahnya Edward Meninggal
34 Nyonya Beatrix Mengenang Perkebunan
35 Jalan - Jalan
36 Pulang Keu Tanah Air
37 Menitipkan Oleh-oleh
38 Bertemu Teman
39 Kopi Cinta
40 Membeli Kebaya
41 Bolu Strowberry
42 Orang Tua Sani Datang ke Jakarta
43 Wisuda
44 Jalan-jalan ke TMII
45 Pengumuman
46 Pasangan Yang Harmonis
47 Liburan
48 Antonio Melamar Meryana
49 Antonio dan Mery Mau Menikah
50 Makan Malam Dengan Sahabat
51 Jalan-jalan Di Lembang
52 Pulang Kampung Setelah Kondangan
53 Pagi Yang Indah Di Perkebunan
54 Kembali Ke Jakarta
55 Lembur Kerja
56 Yara Mencari Edward
57 TAS YARA HAMPIR DI CURI
58 YARA KEMBALI
59 PAK KOSASIH DI RAWAT
60 PENGUMUMAN
61 PAK KOSASIH SUDAH BISA PULANG KE RUMAH
62 SANI HAMPIR DI CULIK
63 BU LINA JADI TERSANGKA
64 SARAPAN PIZZA
65 YARA HAMIL
66 NYONYA BEATRIX DATANG KE INDONESIA
67 MOMMY BEATRIX IKUT KE PERUSAHAAN
68 PERTEMUAN BESAN
69 SANI HAMIL ANAK KEMBAR
70 SANI MELAHIRKAN SEPASANG ANAK KEMBAR
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Mencari Kerja
2
Sani Mendapat Pekerjaan
3
Ciuman Pertama
4
Makan Siang Bersama Majikan
5
Dikirim Poto Pria
6
Pesan Dari Bos Ganteng
7
Tatapan Penuh Makna
8
Makan Berdua
9
Gaji Pertama
10
Pesan Dari Anak bu Lina
11
Deri Menghina Sani
12
Sani Di Ajak Ke Kota
13
Makan Kue Bersama
14
Panggilan Sayang
15
Pesan Cinta Dari Bos Ganteng
16
Mendapat Hadiah Jam
17
Ultah
18
Beli Tanah
19
Reuni SMA
20
Sani Di Rawat
21
Deri Di Penjara
22
Edward Melamar Sani Kepada Orangtuanya
23
Drakula Pencuri Cinta
24
Menikah
25
Perboden
26
Sarapan Buah Mangga
27
Menyusun Skripsi
28
Tinggal Di Rumah Sendiri
29
Sani Jadi Sekretaris
30
Hari Pertama Bekerja Sebagai Sekretaris
31
Makan Malam Romantis
32
Sani dan Edward Pergi ke Belanda
33
Ayahnya Edward Meninggal
34
Nyonya Beatrix Mengenang Perkebunan
35
Jalan - Jalan
36
Pulang Keu Tanah Air
37
Menitipkan Oleh-oleh
38
Bertemu Teman
39
Kopi Cinta
40
Membeli Kebaya
41
Bolu Strowberry
42
Orang Tua Sani Datang ke Jakarta
43
Wisuda
44
Jalan-jalan ke TMII
45
Pengumuman
46
Pasangan Yang Harmonis
47
Liburan
48
Antonio Melamar Meryana
49
Antonio dan Mery Mau Menikah
50
Makan Malam Dengan Sahabat
51
Jalan-jalan Di Lembang
52
Pulang Kampung Setelah Kondangan
53
Pagi Yang Indah Di Perkebunan
54
Kembali Ke Jakarta
55
Lembur Kerja
56
Yara Mencari Edward
57
TAS YARA HAMPIR DI CURI
58
YARA KEMBALI
59
PAK KOSASIH DI RAWAT
60
PENGUMUMAN
61
PAK KOSASIH SUDAH BISA PULANG KE RUMAH
62
SANI HAMPIR DI CULIK
63
BU LINA JADI TERSANGKA
64
SARAPAN PIZZA
65
YARA HAMIL
66
NYONYA BEATRIX DATANG KE INDONESIA
67
MOMMY BEATRIX IKUT KE PERUSAHAAN
68
PERTEMUAN BESAN
69
SANI HAMIL ANAK KEMBAR
70
SANI MELAHIRKAN SEPASANG ANAK KEMBAR

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!