Selesai makan Sani merapikan mejanya dan mencuci bekas makannya, semuanya tidak tersisa di makan berdua porsinya pas tidak kebanyakan juga tidak sedikit.
Tuan Edward berjalan keluar pintu depan dan membuka pintu mobil, dia mengambil dua paperbag yang satu besar dan yang satu kecil lalu menutup pintu mobilnya setelah itu dia kembali masuk ke dalam dan menghampiri Sani.
"ini oleh-oleh untukmu, bukalah" kata tuan Edwar sambil menaroh paperbag itu di atas meja.
Sani menghampiri meja lalu mengambil paperbag itu dan membukanya, ternyata ponsel baru. Dia tersenyum senang karena ponselnya sudah jadul dan waktu belinya bekas temannya lagi.
"terima kasih tuan ini bagus banget, aku suka" kata Sani sumringah.
"sama-sama Nur, ponsel murah ko" jawab tuan Edward senang melihat Sani menyukai pemberiannya.
"murah apanya ini harganya lima jutaan tuan, mahal banget buat aku" kata Sani.
"itu ponsel murah Nur, syukurlah kalau kamu menyukainya. Dan ini cobain pas gak di kamu, bukalah" kata tuan Edward sambil menarik paperbag yang besar lalu memberikannya kepada Sani.
Sani membuka paperbag besar ternyata berisi satu stel sepatu hak tinggi, satu tas pesta dan 5 potong pakaian untuknya, satu gaun malam yang serasi dengan sepatu dan tasnya, satu blus santai model noni-noni Belanda, satu baju hangat, satu baju tidur dan satu lagi blus resmi.
"cobalah di kamarmu aku tidak tau ukuranmu, aku asal aja belinya waktu belanja kemeja di mall melewati toko baju-baju itu pas melihat baju itu aku ingat kamu yang selalu pakai celana jeans lalu aku membeli blus ini ingin melihat kamu memakai baju blus. cobalah memakai blus ini aku mau lihat nanti" kata tuan Edward
"iya tuan terima kasih" jawab Sani sambil mengambil paperbag itu, lalu dia masuk kamarnya.
Sani memakai blus santai dulu yang warna pink, ternyata ukurannya pas di badannya.
"tuan Edward memang pintar, ko bisa pas di badanku padahal dia tidak tau ukuran bajuku" gumam Sani sambil bercermin dan merapikan rambutnya, setelah itu dia keluar dari kamarnya dan ternyata Edward sudah berdiri di depan pintu kamarnya.
"pas sekaki ukurannya dan cocok di badan kamu" kata Edward sambil memotret Sani candid.
Blus kedua di coba juga oleh Sani dan pas di badannya, terakhir dia mencoba gaun malam dan sepatu hak tingginya membuat dia terlihat sangat elegan lalu Sani meraih tas pestanya lalu keluar dari kamarnya untuk menunjukan kepada Edward.
"wow benar-benar cantik sekali, kamu itu gadis langka dan manis" kata Edward lalu dia memotret Sani.
Tiba-tiba bu Ipah masuk dari pintu samping dan melihat Sani sudah cantik dan ada majikanya di samping Sani.
"tuan sudah pulang toh? kata tuan nanti sore jadi saya datang jam dua lewat untuk membuat makan malam, maaf ya tuan saya terlambat" kata bu Ipah.
"iya gak apa-apa bu, bu tolong potoin kami" kata tuan Edward sambil memberikan ponselnya kepada bu Ipah untuk memotretnya dengan Sani.
Tuan Edward menggandeng pinggang Sani lalu di potret oleh bu Ipah.
"terima kasih ya bu, oh iya oleh-oleh buat ibu masih di mobil sebentar saya ambilkan" kata tuan Edward sambil mengambil ponselnya dari bu Ipah, lalu dia berjalan keluar untuk ngambil oleh-oleh di mobil.
"bagus sekali gaunmu neng, mau kemana jam segini sudah cantik?" tanya bu Ipah kepada Sani
"tidak mau ke mana-mana bu, aku mencoba gaun pemberian tuan Edward dia memberikan aku gaun, tas sepatu juga ponsel" jawab Sani.
"tuan perhatian banget sama kamu neng, cieee" kata bu Ipah sambil tersenyum.
"apaan si bu, cie cie segala?" jawab Sani malu.
"tidak usah malu-malu ibu seneng ko, tapi ingat harus tetap waspada dan jaga diri baik-baik ya neng" kata bu Ipah dia menyayangi Sani seperti anaknya.
"iya bu, aku akan selalu ingat nasehat ibu" jawab Sani sambil memeluk bu Ipah.
"hmmm mau dong di peluk juga" kata tuan Edward dari belakang.
"eh apaan tuan" Sani melepaskan pelukan dari bu Ipah dan berdiri di sampingnya.
"ini buat ibu" kata tuan Edward memberikan satu paperbag kepada bu Ipah
"terima kasih tuan" jawab bu Ipah, setiap kali ke kota dia selalu di belikan apa aja oleh majikannya.
"sama-sama bu, bukalah" kata tuan Edward.
Bu Ipah mengangguk lalu membawa paperbag itu masuk kamarnya, ternyata isinya baju hangat couple untuk dirinya dan suaminya.
"kamu cantik sekali memakai gaun itu, seminggu lagi temanku menikah pakailah gaun itu kamu ikut denganku ke pesta pernikahannya ya" kata tuan Edward.
"memangnya tuan tidak malu menggandeng pembantu ke pesta pernikahan teman tuan?" tanya Sani sambil menatap majikannya.
"kenapa harus malu, ingat kamu itu berharga Nur jangan minder dan tidak boleh menyebut pembantu lagi karena kamu sangat berarti bagiku kita adalah patner sekarang ok" jawab Edward sambil memeluk Sani erat.
"apa maksud tuan, patner apa saya tidak mengerti?" tanya Sani.
"patner segalanya, aku menghormatimu sebagai wanita dewasa. Dan ingat aku tidak memandang rendah pekerjaanmu aku malah bangga padamu Nur" jawab Edward sambil menatap inten Sani jantungnya berdebar cepat.
Jantung sani juga berdebar-debar perlahan dia membalas pelukan tuan Edward, Edward senang Sani membalas pelukannya lalu dia mencium kening Sani dan berbisik di telinga Sani.
"i love you Nursani, aku tulus mencintaimu" kata tuan Edward lembut terdengar syahdu di telinga Sani.
Sani gugup dia belum bisa menjawab kata-kata tuan Edward, karena ini pengalaman pertamanya di tembak laki-laki yang dia kagumi sambil di peluk juga. Muka Sani terasa panas dan tubuhnya lemas, jantungnya dag dig dug tidak karuan.
"hmmmm" bu Ipah berdehem keluar dari kamarnya melihat ada adegan yang sangat romantis.
Sani melepaskan pelukannya dan buru-buru dia masuk kamarnya lalu menutup pintu kamarnya dan dia bersandar di pintu kamar itu sambil memegang dadanya.
"eh bu Ipah, saya istirahat dulu ya. Oh ya bu sekarang tidak usah masak nasi buat saya karena saya sudah makan nasi dengan Sani, makan malamnya roti isi daging dan pei buah aja ya bu" kata tuan Edward kepada bu Ipah.
"iya tuan, silahkan tuan istirahat pasti tuan capek nyetir sendiri dari Jakarta" jawab bu Ipah.
"iya bu saya masuk kamar dulu ya" kata tuan Edward sambil berlalu masuk ke kamarnya dan bu Ipah ke dapur untuk membuat roti isi daging dan pei buah pesanan majikannya.
Sani membuka gaun itu dan menggantungnya di lemari, lalu dia ganti baju memakai blus santai pemberian Edward lalu Sani mengambil ponsel lamanya dan memindahkan kartunya ke ponsel barunya lalu dia mendoanload aplikasi yang di perlukannya.
Sani keluar dari kamarnya menuju dapur, dia membantu bu Ipah mengupas dan mengiris buah pir dan memotong anggur untuk kue pei.
Tring suara pesan dari ponsel barunya ternyata dari bos gantengnya.
"kamu ke perpustakaan sekarang aku tunggu di sana" bunyi pesan itu, lalu sani mengetik membalasnya.
"iya tuan" jawab Sani dikirim dan langsung biru karena sudah di baca.
"bu Sani di suruh ke perpustakaan oleh tuan" kata Sani kepada bu Ipah.
"iya neng, baju itu cocok sekali di tubuh kamu jadi semakin imut" jawab bu Ipah yang di balas jempol dan senyuman dari Sani.
Sani masuk perpustakaan dan duduk di depan tuan Edward.
"ini gaji pertama kamu, gak terasa sudah sebulan kamu di sini" kata tuan Edward sambil menyodorkan buku rekening dan kartu ATM.
"iya tuan terima kasih" Sani menerima buku dan kartu itu tanpa membukanya lalu memasukan ke sakunya.
"maaf ya gaji pertamamu masih kecil ya, untuk memudahkan transfer kemarin waktu di kota aku buatkan tabungan dan kartu ATM untukmu pinnya tanggal sekarang karena hari ini tanggal jadian kita sebagai patner. Yang betah ya bekerja sama dengan aku di sini, aku selalu nyaman dan damai di dekatmu Nur i love you" kata tuan Edward sambil menggenggam tangan Sani.
Sani gugup dia tidak bisa berkata-kata, dia melepaskan tangannya dari genggaman Edward lalu dia berlari masuk kamarnya.
Setelah jantungnya tenang Sani duduk di pinggir tempat tidur dan meraih ponselnya dari saku blusnya juga buku tabungan dan kartu ATMnya lalu sani membuka buku tabungannya dan saldonya 5 juta.
"hah gaji art di kampung 5 juta, alhamdulilkah gede banget" gumam Sani lalu memasukan buku rekening dan ATMnya ke dalam tasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments