Sani sudah terdaftar di universitas dia sangat senang sekali, dia mulai menyiapkan diri untuk belajar di waktu senggangnya.
Seperti sekarang dia sudah selesai pekerjaannya padahal baru jam tiga sore, dia mandi dan ganti baju lalu dia belajar mencari tahu tentang kurikulum semester pertama dari internet sambil nunggu bu Ipah selesai memasak untuk makan malam bossnya.
Jam lima sore bu Ipah sudah selesai masaknya setelah itu dia membersihkan alat-alat masak yang kotor, dan siap-siap mau pulang. Karena sudah biasa kalau masak sup atau apa aja di simpen aja di pancinya di atas kompor, nanti pas mau makan malam tuan Edward ngambil sendiri setelah menghangatkannya.
Bu Ipah dan Sani pamit kepada tuan Edward yang sedang membaca buju di teras depan.
"tuan kami pamit pulang dulu" kata bu Ipah dan Sani hanya tersenyum sambil membungkuk.
"iya hati-hati di jalan, itu kue peinya bawa pulang sebagian buat Sani dan bu Ipah bagi dua. Saya udah makan banyak" jawab tuan Edward sambil tersenyum memandang Sani gemas, rambut masih basah yang ikal bergelombang hidung kecil tapi pas wajah yang manis dan imut yang terlihat keemasan karena terkena cahaya matahari sore yang keluar dari celah pohon karet. Membuat jantung tuan Edward deg-degan, Sani pun demikian jantungnya deg-degan di tatap pria bule dan tampan itu.
"iya tuan terima kasih, hmmm ayo neng" bu Ipah berdehem melihat Sani dan majikannya saling tatap membuat Sani malu dan langsung berjalan sambil nunduk.
Edward memandang sani sambil tersenyum karena melihat Sani berjalan cepat sambil menunduk malu.
"hati-hati jalannya Nur jangan cepat-cepat awas jatoh" kata tuan Edward kepada Sani.
Sani tidak ngeh tuannya menyebut nama depan dia, karena biasanya dipanggil Sani nama belakangnya aja tidak pernah ada yang manggil Nur kecuali kalau di absen di sekolah nama lengkapnya. Dia terus berjalan cepat tanpa menghiraukan ucapan majikannya sampai bu Ipah memanggilnya.
"neng Sani tunggu ibu, mau kemana buru-buru amat jalannya?" kata bu Ipah berbicara dengan nada tinggi karena Sani sudah agak jauh karena dia membungkus kue pei dulu.
"eh iya bu maaf lupa" jawab Sani sambil berbalik berjalan ke arah bu Ipah lalu berjalan sejajar di samping bu Ipah.
"tidak usah malu-malu sama ibu neng biasa aja, sepertinya tuan Edward menyukaimu neng. Oh iya ini kue buat kamu" kata bu Ipah
"terima kasih bu, masa iya tuan Edward suka dengan gadis kampung seperti Sani bu, di kota banyak gadis-gadis cantik berpendidikan tinggi dan anak orang kaya bu" jawab Sani
"hust gak usah jauh-jauh bawa-bawa orang kota segala kamu itu cantik exotis dan imut, dan cinta itu tidak memandang status dan kedudukan. Tapi walaupun begitu sebagai perempuan kita harus menjaga diri dengan baik, jangan sampai terlena karena cinta benteng kita harus kuat sebelum halal" kata bu Ipah memberi nasehat kepada Sani
"iya bu, Sani akan slalu menjaga diri dengan baik" jawab Sani.
"bagus, dan jangan marah ya bila suatu saat ibu menegurmu kalau neng melakukan yang tidak baik. Karena ibu sayang kamu dan ibu merasa kamu seperti anak ibu sendiri" tambah bu Ipah karena anak-anak bu Ipah sudah menikah tinggal di kota besar, di rumah tinggal berdua dengan suaminya. Suaminya bekerja di perkebunan karet tuan Edward juga sebagai mandor tapi mulai kerjanya jam tujuh pagi sampai jam empat sore.
"iya bu, malah Sani akan berterima kasih kalau di ingatkan dan Sani senang di perhatikan ibu berarti ibu sayang kepada Sani" jawab Sani sambil memeluk tangan bu Ipah.
Sani dan bu Ipah bergandengan tangan mereka berjalan keluar dari pintu batas perkebunan setelah di bukakan oleh satpam, mereka jalan menurun sampai toko sembako yang sudah tutup lalu mereka berpisah menuju rumahnya masing-masing.
"assalammualaikum" kata Sani ketika masuk rumahnya.
"waalaikum salam" jawab ibu dan bapak barengan, mereka sedang duduk di sofa sambil nonton tv.
"ini bu Sani bawa kue pei buah, tadi di suruh bawa sama tuan Edward karena bu Ipah bikinnya banyak" kata Sani sambil menaruh kantong berisi kue pei di atas meja depan orang tuanya.
"wah kebetulan sekali ya pak, kita sudah lama tidak makan kue pei semenjak berhenti kerja dulu" kata ibu Suti sambil membuka bungkusan kue.
"iya bu" jawab pak Kosasih, mereka berdua makan kue pei karena Sani sudah memakannya tadi di villa.
Sani ikut duduk dengan orang tuanya mereka berbincang sambil memakan cemilan.
"bagaimana neng hari pertama kerja di sana?" tanya ibu Suti kepada anaknya.
"kerjanya ringan bu malah Sani lebih sering baca buku, bersih-bersih juga memakai vacum cleaner, nyuci aja cuma 3 setel di tambah handuk dan bedcover set di mesin otomatis pula tau-tau sudah setengah kering. Tidak cape angkat-angkat seperti mesin cuci kita hehe..." jelas Sani sambil terkekeh.
"syukurlah kalau kerjaannya ringan, tadi kata ibu neng mau kuliah apa itu benar kuliah gratis?" kata pak Kosasih.
"iya pak, tadi tuan Edward sudah mendaftarkan Sani dan alhamdulillah sudah di terima" jawab Sani senang.
"syukurlah nak, kamu beruntung sekali mendapatkan pekerjaan yang ringan gaji lumayan besar dan langsung di kuliahkan. Alhamdulillah kamu bener-bener mujur neng" kata bapak terharu.
"alhamdulillah" jawab ibu dan Sani hampir bareng.
"neng udah mandi?" tanya ibu.
"sudah bu, tadi di vila" jawab Sani
"ya udah ibu ke dapur dulu mau ngangetin sayur lodeh buat makan malam" kata ibu sambil berdiri lalu berjalan ke dapur.
Sani juga ikut ibunya ke dapur, dia membantu menyiapkan makan malam bersama ibunya.
Sani dan orang tuanya sudah selesai makan malam, lalu mereka berkumpul lagi di depan tv.
"bu, pak, Sani masuk kamar dulu ya sudah jam delapan nih" kata Sani.
"iya neng ibu dan bapak juga sebentar lagi masuk kamar, ini tanggung lagi seru-serunya" kata ibu Suti sambil menatap layar tv karena sinetron kesukaanya sedang tayang.
Sani tersenyum melihat ibunya bicara kepadanya tapi tidak menatapnya malah menatap tv, Sani masuk kamarnya dan ganti baju tidur lalu dia naik ke tempat tidur.
Sani membuka pesan masuk di grup sekolahnya, mereka bercerita tentang tempat kost baru, kampus baru, teman baru, ada yang bicara tentang pacar dan sebagainya bahkan banyak yang perang stiker lucu membuat Sani senyum-senyum sendiri.
Sani hanya membacanya tanpa komentar apapun, lalu dia menghapus semua pesan dan poto di grup SMAnya setelah itu dia browsing di internet mencari tau tentang sekolah jurusan manajemen bisnis karena sani mengambil jurusan itu.
Jam sembilan malam Sani menyimpan ponselnya di nakas lalu dia merebahkan tubuhnya di atas kasur, baru aja mau memejamkan mata tapi ponselnya berbunyi lagi karena lupa mematikan nadanya.
Sani meraih ponsel dan membuka pesan baru masuk ternyata dari no baru, di sana ada poto pria ganteng yang sedang tiduran memakai selimut sampai leher dan di bawah poto itu ada kata-kata manis untuknya "selamat tidur Sani, smoga mimpi indah ya 😘😇"
Sani senyum-senyum sendiri melihat poto pria ganteng dengan memakai kata-kata manis, dia tidak membalasnya dan langsung mematikan datanya takut ketauan online terus. Baru kali ini dia mendapat pesan khusus dari laki-laki.
Bukannya tidur nyenyak malah kepikiran poto tuan Edward yang membuat dia susah tidur, dia menaroh ponsel itu di hadapannya sambil memandang poto itu sampai hampir jam dua belas malam baru dia tertidur lelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments