"maaf den ini jus jeruk segar dapat metik dari belakang tadi, dan ini buat neng Sani" kata bu Ipah sambil meletakan dua gelas jus jeruk di atas meja ruang tamu.
"terima kasih bu" jawab Edward dia langsung meminum jus jeruk itu sampai habis untuk nenetralkan detak jantungnya.
Sani bergeser duduk di sofa dia langsung minum jus jeruk itu sampai habis juga.
"terima kasih bu jusnya enak banget" kata Sani sambil membersihkan bibirnya yang belepotan.
"sama-sama den, neng, ibu ke dapur lagi ya" kata bu Ipah.
"iya bu, eh tolong sekalian ambil buah-buahan di bagasi dan kue-kuenya keluarin" kata Edward kepada bu Ipah.
"iya den" jawab bu Ipah sambil berjalan keluar.
"den bagasinya masih di kunci ya gak bisa di buka" kata bu Ipah berteriak dari depan.
"oh iya bu ini kuncinya" jawab Edward.
Edward berbisik di telinganya "sebentar ya sayangku muach" lalu dia mencium Sani sambil menggigitnya lembut membuat sani kaget jantungnya yang masih berdebar cepat di tambah lagi dengan ciuman singkat tapi membekas karena ada gigitan kecil.
Sani lari ke kamarnya dia mau menenangkan detak jantungnya yang dag dig dug tak karuan, dia mengunci pintu kamar dan duduk di kursi dekat jendela untuk menghirup udara segar sebanyak - banyaknya.
"apakah ini benar-benar cinta, aku merasakan ini hanya kepada satu orang" Sani berkata dalam hatinya.
"aku tidak boleh lengah dengan cinta perbedaanku dengannya terlalu jauh, dan usiaku masih muda dan masih kuliah aku harus tahan dulu sampai waktu yang tepat" lanjut Sani dalam hatinya.
Setelah tenang Sani keluar lagi dan langsung ke dapur melihat bu Ipah yang sedang menumis capcay dia duduk di kursi.
"bu ada yang perlu saya bantu?" tanya Sani kepada bu Ipah.
"iya neng, tolong cuci buah-buahan dan tiriskan, setelah airnya kering taruh di tempat buah sebagian dan sebagian masukin kulkas" jawab bu Ipah.
"siap bu laksanakan, tuan Edward masih di depan gak bu" kata Sani lalu dia mengambil buah-buahan yang masih di tas belanjaan dan langsung mengeluarkannya.
"dia lagi mandi gak tahan gerah katanya" jawab bu Ipah.
"ooh" kata Sani ber oh ria sja
Selesai mencuci buah Sani duduk di kursi dia memakan buah anggur kesukaannya, karena Sani duduk membelakangi ruang tengah dia tidak tau ada Edward yang berjalan ke arahnya dan tiba-tiba ngambil buah anggur dan memakannya sambil duduk di samping Sani.
"enak anggurnya segar" kata Edward membuat Sani kaget.
"mm i iya enak" jawab Sani gagap
"kamu suka buah anggur?" tanya Edward
"iya" jawab Sani singkat sambil menganggguk
"nanti kalau ke kota aku akan beli buah anggur yang banyak" kata Edward.
"terima kasih" kata Sani
Edward mengangguk-angguk kepalanya, dia memegang tangan kiri Sani yang memakai jam tangan baru hadiah darinya.
"sudah jam lima sayang, mau pulang atau mau nginap" tanya Edward melihat jam di tangan Sani.
"pulang aja, ibu sendiri di rumah" jawab Sani.
"neng tolong ini capcay taroh di meja makan, ibu mau ngangkat pepes ayam" kata bu Ipah kepada Sani.
"iya bu" jawab Sani.
"den siapin makan sekarang?" tanya bu Ipah.
"sebetulnya saya belum lapar, tapi mumpung anget mau nyobain pepes dan capcay dan nasinya sedikit aja bu" jawab Edward
Bu Ipah mengangkat pepes ayam dari kukusan lalu menaroh di atas meja, Sani menyiapkan piring dan sendok juga garfu lalu menatanya di meja makan.
Edward menghampiri meja makan yang di dekat ruang keluarga lalu dia duduk di sana.
"sayang ayo temani makan, ibu juga ayo kita makan bersama" kata Edward.
Merekapun makan bersama walaupun sudah jam lima lebih sepuluh, gak apa-apa pulangnya setengah enam aja pikir Sani daripada menolak ajakan tuannya dia juga sudah kangen makan bersama dengan majikannya.
Selesai makan bu Ipah mencuci piring dan wadah kotor, Sani merapikan meja dan melap meja makan.
"sayang ini kue bawa aja buat di rumah, buah -buahan juga bawa aja sebagian" kata Edward dia sedang memperhatikan Sani yang baru cuci tangan.
"iya" jawab Sani
"ibu juga bawa jue dan buahnya ke rumah" kata Edward kepada bu Ipah.
"iya ibu mau kuenya aja, soalnya buah-buahan masih banyak di rumah bawa anak ibu kemarin" jawab bu Ipah sambil memisahkan kue dan membungkusnya.
Setelah pamit Sani dan bu Ipah pulang dari villa, setengah enam sudah agak gelap karena mendung mereka jalan agak cepat takut keburu hujan.
"kalau nanti hujan, besok berangkatnya lebih pagi ya neng kita jalan-jalan dulu di perkebunan" kata bu Ipah.
"iya bu jam berapa berangkatnya? Jawab Sani.
"jam enam kurang dua puluh aja neng, biar segar jalan pagi-pagi" kata bu Ipah.
"iya bu" jawab Sani.
"neng jam tangannya bagus banget, dari den Edward bukan?" tanya bu Ipah, beliau baru ngeh ketika memegang tangan Sani.
"iya bu ini hadiah dari beliau, cantik banget ya jamnya" jawab Sani.
"iya bagus banget, ini mah jam mahal neng lihat aja merknya" kata bu Ipah sambil memperhatikan jam itu dengan mengangkat tangan kiri Sani.
"iya bu, tadi aku cari tau harganya di internet ternyata mahal banget harganya" jawab Sani.
"iya emang merk itu mahal-mahal, malah ada yang ratusan juta bahkan mmman" kata bu Ipah lagi.
"kalau kita mending beli tanah aja ya bu daripada beli jam tangan ratusan juta bahkan mman" jawab Sani.
"kalau orang kaya uang segitu ibarat kita jajan bakso aja neng, kecil buat mereka segitu mah" kata bu Ipah.
"ooh gitu ya" jawab Sani dia melongo sambil berpikir jam tangan dia aja yang di bawah lima puluh juta sudah sangat mahal menurutnya apalagi yang mman.
Akhirnya Sani dan bu Ipah sampai di persimpangan, mereka berpisah menuju rumah masing-masing.
"assalammualaikum.." kata Sani ketika sampai di teras rumahnya.
"waalaikum salam" jawab ibu Suti lalu dia membukakan pintu rumahnya.
Sani cium tangan kepada ibunya, setelah itu dia masuk mengikuti ibunya setelah menutup pintu rumahnya dan menguncinya karena sudah sore.
Sani berjalan ke dapur untuk mengambil piring dan wadah buah lalu dia mengeluarkan bungkusan dari kantong keresek, lalu dia menaruh kue dan buah di atas piring.
"bu ini kue dan buah dari tuan Edward oleh-oleh dari kota" kata Sani.
"iya neng, wah buah-buahan mahal ini mah ada buah anggur, buah kiwi, apel dan pir" kata ibu sambil mengambil buah pir lalu memakannya.
" iya bu masih segar lagi jadi enak buahnya" jawab Sani sambil menyusun kue di piring.
"eh itu jam tangan baru ya neng, darimana itu?" tanya ibu sambil memegang tangan Sani.
"iya bu, ini hadiah dari tuan Edward" jawab Sani.
"coba ibu lihat, ini merk jam mahal lho neng, apa benar ini di kasih dari tuan Edward?" kata ibu masih belum yakin.
"bener bu, masa aku bohong sama ibu" jawab Sani.
"tapi ini merk jam mahal neng, di sini belum ada yang makai jam tangan merk ini. Dulu anak majikan ibu yang memakai jam merk ini" kata ibu Suti sambil terus memperhatikan jam tangan anaknya.
"sekarang kan sudah ada aku yang memakainya bu, aku tidak bisa menolak hadiah dari tuan Edward karena jamnya bagus" kata Sani.
"iya sih neng, tapi ibu jadi takut dia memanfaatkan kepolosanmu" kata ibu, dia terus terang menghawatirkan anaknya.
"enggaklah bu, karena bu Ipah juga sering di kasih hadiah katanya malah suami bu Ipah juga sering di kasih hadiah" jawab Sani.
"mudah-mudahan majikanmu tidak ada maksud lain kepadamu neng, ibu takut dia ada tujuan tertentu" kata ibu.
"tenang aja bu, Sani bisa jaga diri ko" jawab Sani.
***
Hari berganti hari, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan, tidak terasa sekarang Sani sudah sembilas belas tahun tepatnya hari ini.
Setengah enam pagi Sani sudah berangkat ke villa karena di telpon Edward harus segera ke sana untung sudah mandi, walaupun belum sarapan dia tetap aja berangkat.
Lima menit kemudian Sani sampai di villa, dia masuk lewat pintu depan karena pintunya terbuka.
Baru aja melangkah melewati pintu utama terlihat Edward membawa kue ulang tahun yang bertuliskan namanya dengan lilin angka 19 yang sudah menyala, Sani berdiri di ruang tamu dan Edward menghampirinya sambil menyanyi lagu ulang tahun membuat Sani terharu dan menitikan air mata.
"happy birthday sayang, smoga do'a dan harapanmu terkabul" kata Edward sambil mencium kening Sani.
"terima kasih atas semuanya, semoga tuhan membalasnya dengan yang lebih" jawab Sani
"ayo tiup lilinnya sayang" kata Edwar lagi dan Sani meniup lilin itu, setelah itu Sani memotong kuenya dan menyuapi Edward juga dirinya.
Sani dan Edward duduk di sofa ruang tamu sambil makan kue dan berbincang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments