Sani masuk ruangan perpustakaan lalu dia duduk di samping tuan Edward sesuai arahan telunjuk majikannya.
'zoom meetingnya sepuluh menit lagi, ini laptop buat kamu passwordnya sama dengan nama yang yang ada di ponselmu" kata Edward kepada Sani.
"nama yang mana tuan?" Sani bingung
"itu yang tadi kirim pesan, BOS GANTENG itu lho" jawab Edward sambil mengedipkan matanya.
"oh yang membuat nama itu tuan ya, ko bisa buka hp saya tuan?" tanya Sani heran
"ya bisalah karena kata sandinya tanggal lahir kamu kan, jadi itu sangat mudah banget" jawab Edward
"dari mana tuan tau tanggal lahir saya?" tanya Sani heran.
"ya taulah, bukannya kemarin saya yang daftarkan kuliah kamu?" Edward balik bertanya kepada Sani.
"oh iya tuan, anda sangat pinter sekali aja langsung ingat" kata Sani sambil melirik majikannya.
"kalau tidak pintar, saya tidak akan jadi bos" jawab Edward santai
"iya bos pinter, terima kasih" jawab Sani.
Tuan Edward mengarahkan Sani supaya siap online, Sani deg degan mau bertatap muka dengan dosen yang ternyata teman majikannya karena pas online mereka malah ngobrol dulu sebentar. setelah majikannya menyapa dosen itu lalu Sani mulai di wawancara.
Wawancara selesai Sani menarik napas lega karena tidak sesuai apa yang dia takutkan, dosen itu malah menyenangkan bisa merubah suasana tegqng jadi campur jenaka.
"tuan tidak berkeliling di perkebunan?" tanya Sani
"nanti aja abis makan siang sekarang lagi memantau mahasiswa baru" jawab tuan Edward sambil memilih buku dan meletakannya di meja di depan Sani.
"baca ini untuk membantu pelajaranmu nanti" kata Edward sambil memilihkan salah satu buku dan memberikannya kepada Sani.
"terima kasih tuan" jawab Sani dan langsung menerima buku itu dan membukanya.
"sama-sama, belajarlah yang rajin di perpustakaan ini banyak sekali buku tentang bisnis buat menunjang kuliahmu nanti" kata tuan Edward sambil membuka-buka buku dan membacanya.
"iya tuan, setiap hari saya pasti masuk ruangan perpustakaan untuk membaca sekaligus membersihkannya karena saya suka membaca" jawab Sani lalu dia mulai membaca.
"bagus itu, karena membaca adalah jendela dunia. Dan kalau tidak ada di perpustakaan, kamu bisa juga membaca buku elektronik pilihlah yang bagus di internet banyak pilihan" kata Edwar yang di angguki Sani karena dia juga sering membaca buku elektronik, Sani sudah biasa mencari buku bacaan di internet.
Sani masih di perpustakaan karena dia lanjut membaca buku-buku sesuai arahan tuan Edward, Sani suka sekali membaca dia fokus membaca tanpa menghiraukan orang yang menatapnya dengan inten.
Tiba-tiba hujan turun sangat deras, Sani baru menghentikan membacanya dia berdiri hendak berlari keluar tapi tangannya di pegang Edward.
"mau ke mana tiba-tiba bangun seperti orang kaget?" tanya tuan Edward kepada Sani.
"mau ngangkat jemuran tuan, tolong lepaskan tangan saya" jawab Sani sambil melihat keluar jendela hujannya sangat deras sekali.
"percuma lari-lari ngangkat jemuran paling-paling sudah basah, biarkan saja bajunya kehujanan nanti di keringkan lagi daripada kamu kehujanan ntar malah pusing kepala kamu" kata tuan Edward sambil mendudukan Sani lagi di tempat semula.
"hmm iya tuan" kata Sani sambil bergeser agak menjauh karena Edward duduknya sangat rapat dengannya.
Sani mulai membaca lagi buku-buku yang di pilihkan tuan Edward, dia tenang sekarang melanjutkan membacanya sangat fokus.
"permisi tuan, makan siang sudah siap" kata bu Ipah berdiri di pintu perpustakaan yang terbuka, karena pas masuk tadi Sani sengaja tidak menutupnya.
"iya bu sebentar, tanggung satu halaman lagi" jawab Edward
"neng rupanya di sini toh sedang membaca dengan tuan" kata bu Ipah kepada Sani.
"iya bu, tadi habis zoom meeting dan lanjut membaca" jawab Sani.
"ooh iya, ayo kita makan siang dulu neng sudah jam satu siang nih" kata bu Ipah kepada Sani.
"iya bu" jawab Sani sambil menutup bukunya dan meletakannya di meja.
Tuan Edward dan Sani berdiri berbarengan mereka berjalan mengikuti bu Ipah menuju meja makan.
"kamu makan bareng saya aja, biar enak kalau makan ada temannya" kata Edward sambil melirik Sani.
"emmm anu emm... I iya tuan" jawab Sani dia mau menolak ajakan majikannya karena segan, tapi tidak bisa karena gak enak menolaknya.
Bu Ipah menyajikan makan siang di hadapan majikannya di bantu oleh Sani.
"tolong tuangin nasi ke piring saya dan lauk-pauknya juga, saya mau makan pakai tangan" kata tuan Edward kepada Sani.
"iya tuan" jawab Sani sambil menuangkan nasi dan lauk pauk ke piring tuannya.
"terima kasih, ayo mulai makan kamu duduk di hadapan saya dan bu Ipah di sini" kata Edward sambil menunjuk kursi yang harus di duduki Sani dan bu Ipah, sengaja Sani di suruh duduk di hadapannya supaya dia puas menatapnya hmmm.
Mereka makan bersama tanpa ngobrol saking lahapnya, selesai makan Sani merapikan meja makan dengan bu Ipah.
"saya ke kamar dulu ya, mau ke toilet" kata tuan Edward sambul menepuk bahu Sani.
"iya tuan silahkan" kata Sani sambil membungkuk hormat.
"tidak usah membungkuk gitu sama saya biasa aja Nur, saya bukan kaisar dari negeri gingseng" kata tuan Edward terkekeh sambil berlalu dari hadapan Sani.
Sani ikut terkekeh juga karena dia suka nonton drakor, jadi teringat cerita di dalam drakor kekaisaran yang selalu membungkuk kepada majikannya.
"neng tadi jemuran ibu taroh di keranjang tinggal nyetrika" kata bu Ipah
"terima kasih bu sudah di angkatin, tadi aku mau lari ngangkat jemuran pas hujan besar tapi kata tuan percuma hujan besar mah pakaiannya basah biarkan saja katanya" jawab Sani
"sama-sama neng, tadi ibu angkatinnya pas lagi mendung jadi tidak kehujanan" kata bu Ipah.
Selesai membereskan meja makan, Sani mencuci piring dan wadah-wadah bekas masak. Bu Ipah menyusun perabotan yang sudah di cuci Sani, setelah itu mereka duduk di teras samping sambil melihat hujan.
"neng waktu tadi kita makan bersama, tuan Edward menatap neng terus tiap kali ibu meliriknya pasti sedang menatap neng yang lagi makan lahap sambil nunduk" bu Ipah memulai obrolan.
"oh ya, mungkin aneh melihat gadis makannya banyak jadi malu" jawab Sani.
"menurut ibu bukan begitu deh, karena tatapan tuan sangat dalam kadang sambil senyum-senyum gitu lucu banget nunduk pas lagi ngambil makanan di piring aja setelah masuk mulutnya dia menatap neng lagi sambil ngunyah gitu terus sampai makanan di piringnya habis hehehe..." kata bu Ipah sambil terkekeh
"rajin amat ibu merhatiin dia, sampai segitunya" jawab Sani sambil tersenyum
"habisnya penasaran, dan lucu lagi senyum-senyum seperti orang lagi jatuh cinta" kata bu Ipah
"ampun deh, jiwa kepo ibu-ibu emang begitu ya" jawab Sani sambil tersenyum.
Mereka asik ngobrol sampai hujan agak reda, tinggal gerimisnya saja.
"bu Sani nyetrika dulu ya, dingin-dingin gini asik kalau nyetrika" kata Sani sambil berdiri kakinya sudah kedinginan.
"iya neng ibu juga dingin mau tidur siang dulu sambil selimutan, kalau ibu belum bangun jam tiga tolong bangunin ya ibu nanti mau bikin roti isi daging buat makan malam tuan" kata bu Ipah sambil mengikuti Sani masuk dan menutup pintu samping villa itu.
"iya bu" jawab Sani, dia berjalan masuk keruang setrikaan.
Selesai nyetrika Sani masuk kamarnya dia meraih ponselnya untuk memasang alarm jam tiga kurang lima, setelah itu dia memejamkan matanya.
Alarm Sani berbunyi lalu dia segera bangun dan langsung mandi, setelah rapi dia keluar dari kamar ternyata di dalam villa sepi.
Sani pergi ke dapur tapi bu Ipah juga tidak ada, dia baru ingat bu Ipah tadi minta di bangunin jam tiga dan sekarang sudah lewat lima belas menit. Sani mengetuk pintu kamar bu Ipah.
"bu, bu, bu Ipah sudah sore nih" kata Sani
"iya neng sebentar, ibu lagi berpakaian habis mandi" jawab bu Ipah.
"maaf ya bu telat, Sani juga ketiduran" kata Sani.
"gak apa-apa neng" jawab bu Ipah
Bu Ipah keluar dari kamarnya lalu dia berjalan ke dapur untuk membuat roti.
"neng ambilin daging cincang satu wadah yang seperempat kg di prizer, wortel dua di kulkas" kata bu Ipah.
Sani mengambil bahan apa yang bu Ipah sebut lalu menaruhnya di meja, ponsel Sani berbunyi di sakunya dia nerogoh sakunya untuk mengambil ponsel.
"kamu cantik sekali memakai pakaian itu😘💓" bunyi pesan itu dari bos gantengnya, Sani otomatis memutar pandangan mencari sosok si pengirim pesan ternyata dia sedang duduk di meja makan sambil memegang cangkir dia tersenyum menatapnya membuat jantung Sani dag dig dug tak karuan....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments