Pagi-pagi sekali seperti biasa Sani membersihkan rumah sebelum mandi, setelah mandi dia berangkat kerja ke villa perkebunan.
Sani berjalan santai menyusuri jalan aspal yang hitam bersih dengan bu Ipah karena masih jam enam kurang lima belas menit, dia kemarin sudah janjian dengan bu Ipah untuk berangkat lebih pagi mau menikmati udara pagi sambil berkeliling sebentar di perkebunan itu.
"huh segar sekali ya bu" kata Sani kepada bu Ipah, dia menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan.
"huh... iya neng, enak kalau malam habis hujan jalannya bersih seperti habis di cuci" jawab bu Ipah dan melakukan hal yang sama seperti Sani, menghirup udara pagi perkebunan memang sangat segar dan menyehatkan.
"pohon-pohon dan rumput juga bersih banget ya bu" kata Sani dia memutar pandangannya, perkebunan itu sangat memanjakan matanya.
"iya neng, kan abis di cuci air hujan" jawab bu Ipah sambil tersenyum, mereka berjalan sambil melipat tangan di dada karena dingin.
Tring... Tring... Tring... Suara klakson sepeda di belakang mereka, Sani dan bu Ipah otomatis menoleh ke belakang ternyata tuan Edward sedang bersepeda lalu mereka menepi membiarkan majikannya lewat tapi tuan Edward malah turun dari seoedanya dan menarik sepedanya sambil berjalan.
"kalian sedang apa di perkebunan?" tanya tuan Edward sambil berjalan di samping mereka.
"sedang menikmati udara pagi tuan" jawab Sani
"bagus itu udara pagi sangat bersih, sering-seringlah jalan pagi keliling perkebunan tapi jangan jauh-jauh ntar kamu di culik" kata tuan Edward bercanda kepada Sani.
"lagian siaoa yang mau nyulik saya?" jawab Sani sambil tersenyum.
"aku" jawab Edward sambil terkekeh.
"tidak usah di culik, wong si nengnya tiap hari ada di dekat tuan" kata bu Ipah sambil terkekeh.
"iya ya bu, tapi dianya jinak-jinak merpati bu sulit menangkapnya" jawab Edward sambil tersenyum.
"mungkin merpatinya pingin terbang bebas dulu tuan, dia belum mau di tangkap dan di masukin ke dalam sangkar" kata bu Ipah.
"apaan sih kalian" kata Sani tersipu malu dia berjalan lebih cepat supaya agak berjarak dengan majikannya dan bu Ipah yang sedang menggodanya.
"hei Nur tungguin, tidak baik berjalan mendahului suamimuuu" kata tuan Edward menggoda Sani sambil tertawa.
Sani tidak menghiraukan Edward dia berjalan cepat menjauh dari majikannya.
"maaf tuan kalau ibu lancang bertanya hal pribadi kepada tuan, apakah tuan menyukai neng Sani?" tanya bu Ipah berbicara hati-hati.
"iya bu, gak tau kenapa dari pertama kami bertemu jantung saya berdebar tidak karuan. Dia gadis manis, imut juga cantik, saya suka semuanya dan terutama tatapan matanya sangan jernih dan menyimpan ketulusan" jawab Edward
"ya memang dia gadis yang sangat baik, ibu menyayanginya seperti anak ibu sendiri. Kalau tuan menyukainya jagalah dia dengan baik, dia masih suci belum tau apa-apa tentang cinta, dia juga masih polos mengingat usianya masih belia, lindungilah dia dengan baik tuan" pesan bu Ipah kepada tuan Edward.
"iya bu, saya akan menjaganya dengan baik. Sampai waktunya tiba nanti saya akan memperistrinya" jawab Edward serius.
"terima kasih den, ibu titip dia, jangan sampai menghancurkan hatinya bimbinglah dia" kata bu Ipah.
"iya bu, aku tulus mencintai Sani akan ku tunggu sampai dia siap dan menerimaku tanpa terpaksa" jawab tuan Edward.
Tidak terasa mereka sudah sampai di halaman villa, terlihat Sani sedang mnyedot debu di ruangan tamu.
Bu Ipah masuk lewat pintu samping villa dan langsung masuk dapur untuk membuat sarapan, tuan Edward masuk lewat pintu depan menghampiri Sani.
"hi sayang, kerja yang rajin ya aku ke kamar dulu" kata Edward sambil mengacak rambut Sani lalu dia berlenggang masuk ke kamarnya.
"apaan sih bikin rambutku kusut aja" gumam Sani sambil merapikan rambutnya.
Selesai bersih-bersih dia masuk ruang cuci untuk mencuci, sambil nunggu cucian selesai Sani ke dapur membantu bu Ipah membuat sarapan.
Selesai menjemur, Sani masuk kamarnya dia menyisir rambutnya dan mengganti bajunya karena tadi tidak sengaja ke semprot air. Setelah itu dia keluar lagi menuju dapur.
Bu Ipah dan Sani menghidangkan sarapan di meja makan, di sana Edward sudah duduk menunggunya.
"silahkan dinikmati den" kata bu Ipah kepada tuan Edward.
"iya bu, ayo kita sarapan bersama, dan kamu Nur duduklah di hadapan saya" jawab Edward dan menunjuk kursi yang harus di duduki Sani.
Sani mengangguk dan duduk di kursi yang sudah di tunjuk majikannya, bu Ipah juga duduk di tempat biasa lalu mereka mulai makan.
Mereka menikmati sarapan sampai selesai tanpa obrolan, setelah itu Sani dan bu Ipah merapikan meja makan.
"nanti jam sembilan ada zoom meetingkan? Kamu sudah mwnghapal materinya?" kata tuan Edward kepada Sani.
"iya tuan, saya sudah menghapalnya malam sebelum tidur" jawab Sani.
"bagus, sekarang buka-buka lagi mumpung masih banyak waktu" kata tuan Edward.
"iya tuan, saya mau mencuci piring dulu" jawab Sani.
"biar ibu saja yang mencuci piringnys neng, kamu belajar aja gih" kata bu Ipah.
"iya bu terima kasih" jawab Sani sambil berjalan ke kamarnya.
Sani membuka laptopnya dan mempelajari materi untuk nanti, setelah selesai belajar Sani berjalan ke perpustakaan sambil menjinjing tas laptopnya karena sebentar lagi zoom meetingnya akan di mulai.
Setelah sarapan seperti biasa tuan Edward berkeliling di perkebunan, dia tidak mendampingi Sani sekarang karena Sani sudah terbiasa sekarang.
Selesai zoom meeting, Sani mematikan laptopnya dan memasukannya ke dalam tas lalu dia keluar dari perpustakaan menuju kamarnya untuk menyimpan laptop.
Sani baru menyalakan ponsel dari semalam sebelum tidur, sambil istirahat sebentar sebelum nyetrika dia mau browsing di internet.
Ponsel Sani menyala di susul dengan banyak bunyi pesan masuk, dia membuka pesan itu ternyata dari Deri pesan beruntun karena dari semalam Sani mematikan ponselnya.
"aku tunggu ya besok jam setengah tujuh di jalan raya depan toko sembako"
"hei ko tidak balas, kamu sudah tidur ya?"
"atau kuota kamu habis?"
"ditelpon ternyata ponsel kamu tidak aktif"
"habis batre atau sengaja di matikan?"
"aku nunggumu sampai satu jam di depan toko sembako, boro-boro kamu muncul pesanku dari semalam aja belum di buka sampai pagi"
"belagu ya baru jadi babu aja sudah sombong"
Itulah bunyi pesan-pesan dari Deri membuat Sani ilfil, lalu dia menghapus semua pesan itu tanpa membalasnya dan memblokirnya supaya dia tenang.
Sani keluar dari kamarnya lalu mengangkat jemuran dan langsung menyetrikanya sampai selesai, setelah itu dia ke kamarnya lagi dan merebahkan tubuhnya di atas kasur tidak terasa dia terlelap tidur tanpa mendengar panggilan bu Ipah mengajak makan siang saking nyenyaknya.
"dia tidur den" kata bu Ipah kepada Edward yang menunggunya makan siang bersama.
"biarkan dia istirahat bu, kalau jam tiga belum bangun baru di bangunin lagi" jawab Edward.
"iya den" jawab bu Ipah
"ayo kita makan berdua aja bu" kata tuan Edward.
Mereka makan siang berdua tanpa Sani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Rorop
terima kasih 🙌
2023-02-09
0
Andy Jusmiati
lanjut thorr, ceritanya bagus 🤗
2023-02-09
1