Sani sudah minta ijin kepada bapaknya tapi tidak di ijinin alasannya karena gak baik seorang art jalan dengan majikan dan menginap di kota pula, dan bapak takut kenapa-napa terhadap anaknya.
Sani kembali ke vila setelah pamitan kepada kedua orang tuanya, dia berjalan sambil melamun karena memikirkan ucapan orang tuanya tadi bahwa dia harus jaga jarak dari majikannya karena tidaj baik art terlalu dekat dengan majikan katanya kita harus tau diri sebagai art kita harus tau batasan sebagai art dan banyak lagi nasehat orang tuanya untuk Sani waktu mereka tadi ngobrol di saung di kebunnya.
Lima menit kemudian Sani sampai di villa dia di sambut ceria oleh tuan Edward.
"bagaimana kata orang tuamu? di kasih ijin gak?" tanya tuan Edward
"maaf tuan saya tidak bisa ikut dengan tuan, karena besok ada acara keluarga" jawab Sani berbohong karena tidak mau menyinggung hati tuannya yang sudah begitu baik padanya.
"ooh ya udah tidak apa-apa, emang ada acara apa?" tanya tuan Edeard.
"anak saudara bapak mau menikah lusa tapi berangkatnya besok karena mereka tinggalnya jauh di kota lain tuan" jawab Sani
Memang benar anak saudara bapaknya ada yang mau menikah tapi jauh di kota lain dan hanya bapak yang mau berangkat ke sana sendiri, karena ibunya menggantikan bapaknya menjaga kambing-kambing dan domba-dombanya dan Sani juga pasti membantu ibunya karena kalau majikannya ke kota pasti dia libur kerja juga.
"oh gitu, ya udah gak aoa-apa sayang mungkin belum saatnya mengenalkanmu kepada teman-temanku" kata Edward
"maaf ya tuan" kata Sani merasa gak enak.
"tidak apa-apa, oh iya kalau mau berangkatnya bareng aja sama saya. Mobilku kosong ko" jawab tuan Edward.
"terima kasih tuan, tapi beda arah kalau tuan ke Jakarta kalau saudara bapak tinggalnya di Tasikmalaya" jawab Sani.
"oh ya udah gak apa-apa, aku keliling dulu ya bentar kamu lanjut aja" kata tuan Edward sambil mengacak rambut Sani dan langsung menggoes sepedanya dia tidak mendengarkan gerutuan Sani karena rambutnya jadi kusut.
Sani masuk ke dalam dan langsung menuju dapur, melihat bu Ipah sedang membuat bolu lalu dia membantunya membereskan sisa bahan-bahan dan menyimpannya di lemari penyimpanan bahan makanan.
"bagaimana neng di ijinin gak?" tanya bu Ipah
"tidak bu" jawab Sani lalu dia menceritakan alasan orang tuanya kepada bu Ipah.
"bagus nasehat orang tuamu itu neng, tapi kita jangan suudzon menurut ibu yang sudah mengenalnya lama dengan tuan Edward. Dia itu orangnya tulus dan tidak akan merusak masa depanmu apalagi tuan mencintaimu, ibu rasa dia menghormatimu dan keluargamu dia tidak memandang asal usulmu juga keadaan ekonomi keluargamu" kata bu Ipah panjang lebar.
"iya bu Sani juga berpikir begitu, tapi orang tua Sani kan tidak mengenal sifat tuan jadi dia takut aku di apa-apain sama tuan" jawab Sani.
"iya ibu ngerti, udah yuk kita ngemil-ngemil kue" kata bu Ipah
Akhirnya mereka ngemil kue sambil nunggu bolu matang, tring suara pesan masuk di ponsel Sani ternyata dari bos ganteng alias tuan Edward.
"Nur tolong kemasin tiga potong kaos santai, dua celana pendek selutut dan satu celana jeans panjang beserta pakaian dalam ke koper kecil aja dan juga peralatan mandi setelah di kemas lalu masukin ke mobil. Kalau tuxedo dan kemeja di gantung aja dan masukan juga ke mobil, terus sepatu ket warna grey sepasang dan sepatu resmi warna hitam sepasang dan masukin juga ke mobil" isi pesan dari bos gantengnya.
"baik tuan" balasan Nursani lalu di kirim.
"terima kasih sayang, konci mobilnya di meja nakas samping tempat tidur sebelah kiri 😘" pesan baru masuk lagi.
"sama-sama tuan 👍😊" balasan Sani terkirim dan dia memasukan ponselnya ke sakunya lalu dia berdiri.
"bu saya mau mengemas keperluan tuan buat ke kota" kata Sani ijin kepada bu Ipah.
"oh iya neng silahkan, mau di bantu gak?" bu Ipah menawarkan bantuan.
"tidak usah bu, Sani bisa sendiri ko" jawab Sani dan langsung masuk ke kamar majikannya dan menyiapkan keperluan sesuai perintah majikannya lalu dia memasukannya ke dalam mobil.
Selesai menaruh keperluan tuannya di mobil, lalu Sani menekan remot untuk mengunci mobil lagi lalu di masuk ke kamar majikannya untuk menyimpan kunci mobil di tempatnya semula.
Sani keluar kamar majikannya dan keluar mengambil sapu dia mau menyapu teras karena banyak daun kering berjatuhan tertiup angin.
Selesai nyapu dia masuk lalu mandi dan ganti baju, setelah rapi dia keluar lagi dan duduk di teras depan sambil menatap perkebunan yang sangat luas. Karena villa itu letaknya di sisi bukit jadi pemandangan ke bawah itu sangat luas terlihat jelas dari sana.
Sani mengedarkan pandangannya menikmati udara sore.
"hei melamun aja" kata bu Ipah sambil menghampiri Sani.
"eh ibu, ayo bu sini duduk bareng" jawab Sani sambil menoleh ke arah bu Ipah.
"ini neng bolunya sudah matang, ayo di makan mumpung masih hangat" kata bu Ipah
"terima kasih bu, tapi tuan kan belum makan bolunya" jawab Sani karena gak enak mendahului majikannya.
"tidak apa-apa, ibu kan bikin dua jadi punya tuan masih di panggang biar pas tuan makan nanti masih anget. Ayo makan tidak apa-apa ko" kata bu Ipah sambil menaruh kue di meja teras.
Sani dan bu Ipah makan kue berdua sambil menikmati udara sore, bu Ipah masuk ke dapur karena sudah mencium wangi kue dan benar saja pas masuk suara oven berbunyi tanda kuenya sudah matang.
"hei nungguin ya?" kata tuan Edward sambil tersenyum dia menghampiri Sani lalu mencium pipi Sani.
"eh apaan sih tuan, siapa yang nunggu tuan orang lagi nongkrong doang" jawab Sani ketus karena kaget pipinya di cium Edward.
"oh sedang nongkrong, lagian gak apa-apa nungguin juga malah aku senang ada yang nungguin" kata tuan Edward sambil duduk di kursi di samping Sani.
"eeeh tuan itu kue sisa saya tuan dan sudah dingin, biar saya ambilkan yang baru di angkat dan masih panas" kata Sani sambil berdiri melihat tuan Edward mkan kue yang masih sisa dua potong di meja karena Sani baru makan sepotong.
"tidak apa-apa sekarang makan ini aja, kamu duduk lagi yuk" jawab Edward sambil menarik pelan tangan Sani untuk duduk lagi di kursi.
"i iya tuan" Sani gugup karena di tatap lembut oleh majikannya.
"besok aku berangkat pagi ya belajar yang rajin di rumah, kamu sama bu Ipah masuknya senin siang aja karena aku pulangnya hari senin dan kemungkinan nyampenya sore" kata Edward kepada Sani
"iya tuan" jawab Sani.
"mau di beliin apa dari kota?" tanya Edward memperlakukan Sani seperti kepada istrinya padahal Sani hanya art nya.
"tidak ada tuan, karena semua masih cukup" jawab Sani
"eh tuan sudah pulang toh, mau saya ambilkan kue sekarang mumpung masih anget" kata bu Ipah.
"boleh tiga potong kecil aja, sisanya bagi dua buat kalian bawa pulang. Oh ya bu besok libur dulu karena saya mau ke kota dan masuknya hari senin siang aja, karena kemungkinan saya datangnya sore" kata Edward kepada bu Ipah.
"iya tuan" jawab bu Ipah sambil kembali ke dapur untuk mengambil bolu.
Beberapa saat kemudian bu Ipah kembali dengan membawa satu kue besar yang sudah di potong-potong kecil dan menaruhnya di depan meja tuan Edward
"lho kok di bawa semuanya?" tanya Edward.
"gak -apa den, mumpung masih anget ayo di makan, sebentar ibu ambil dulu teh hsngatnya" jawab bu Ipah dia bslik lagi ke dalam, tidak lama dia kembali ke teras karena tehnya sudah di buat tadi setelah motong kue. Bu Ipah meletakan nampan di atas neja, lalu meletakan satu cangkir teh panas di depan majikannya.
"terima kasih bu, ayo kita makan kue bersama sambil minum teh" kata tuan Edward
Merekapun makan kue bersama sambil minum teh, seperti sebuah keluarga ibu dan anak mereka makan bareng padahal majikan dan art. Selesai makan kue, tuan Edward pamit untuk mandi, Sani dan bu Ipahpun pamit pulang sebelum tuannya masuk ke dalam.
Setelah masuk lalu bu Ipah dan sani merapikan meja dan membawa sisa kue ke dapur, lalu bu Ipah membungkus sisa kue itu di bagi dua bungkus untuk dirinya dan Sani lalu mencuci wadah kuenya.
Jam setengah enam sore Sani dan bu Ipah baru pulang ke rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Andy Jusmiati
lanjut thorr penasaran
2023-02-13
1