Tok... Tok... Tok pintu kamar Sani di ketuk ibunya karena sudah jam setengah enam pagi anaknya belum keluar kamar.
Sani terbangun karena mendengar ketukan dari luar pintu, dia melihat jam sudah jam setengah enam pagi Sani langsung turun dari tempat tidur dan membuka pintu kamarnya.
"iya bu, maaf kesiangan" kata Sani
"tumben kesiangan neng, lain kali pasang alarm jam lima supaya tidak kesiangan lagi" jawab ibu Suti.
"iya bu" jawab Sani sambil masuk lagi dan memasang alarm di ponselnya setelah itu dia membereskan tempat tidurnya setelah itu dia membuka jendela kamarnya supaya udara pagi masuk.
Sani keluar dari kamarnya dan menuju kamar mandi, setelah selesai dia memakai pakaiannya dan menyisir rambutnya.
"ibu maaf ya Sani tidak membantu ibu pagi ini, Sani langsung berangkat ya bu, pak" kata Sani sambil mencium tangan orang tuanya bergantian.
"gak apa-apa, ini minum air anget dulu sebelum berangkat" kata ibu sambil memberikan gelas berisi air putih hangat dan langsung di minum oleh Sani.
"terima kasih bu, assalammualaikum" kata Sani sambil berjalan keluar rumah sambil menenteng sepatunya.
"duh jam enam kurang lima, pasti bu Ipah sudah nunggu" kata Sani bergumam sendiri sambil memakai sepatunya dia berjalan cepat menuju toko sembako.
Sani sampai di toko sembako tapi bu Ipah tidak ada di sana, dia bergegas berjalan menuju villa, sampai di gerbang perkebunan Sani minta di bukakan pintu pagar kepada satpam.
"terima kasih pak, bu Ipah sudah masuk belum?" kata Sani kepada satpam itu.
"baru aja bu Ipah masuk, tadi juga beliau nanyain Sani" jawab satpam sambil mengunci lagi pintu pagar.
"oh iya pak, saya telat dikit. Mari pak" kata Sani, dia berjalan cepat sekali sambil menunduk tanpa menikmati kesegaran udara perkebunan seperti kemarin karena takut kesiangan.
Bruk... Sani menabrak seseorang dia terjatuh dan menindih orang itu, orang itu tersenyum di bawah Sani.
"pagii cantik, kangen ya gak sabaran banget sampai nubruk" kata tuan Edward menggoda Sani sambil tersenyum menatap Sani yang menahan malu, Sani beringsut bangun tapi malah di peluk tuan Edward dengan erat jadi dia kesusahan untuk bangun.
"maaf tuan saya tidak sengaja, saya buru-buru takut kesiangan" jawab Sani sambil berusaha melepaskan diri dari dekapan majikannya, tapi tuan Edward malah senang ngerjain Sani yang tersipu malu.
"makanya kalau jalan harus lihat ke depan jangan nunduk terus, orang lagi berdiri malah di tabrak apa kamu sudah sangat merindukan aku?" kata tuan Edward sambil mencium pipi Sani yang merah karena malu.
"tuan lepaskan tangannya, saya benar-benar tidak sengaja" kata Sani sambil bercucuran keringat, dia sangat gugup dan malu.
Tuan Edward menekan kepala Sani supaya bersandar di dadanya lalu dia mencium pucuk kepala Sani yang rambutnya masih basah, ini benar-benar pengalaman pertama yang indah bagi mereka.
"tuan sudah siang saya mau bekerja" kata Sani gemetar perasaannya tidak karuan saat ini.
"tenang aja baru jam enam ko, saya kan bosnya di sini" jawab tuan Edward sambil mengangkat tubuh Sani membantunya berdiri, dia gak tega melihat Sani gugup dan bercucuran keringat padahal masih pagi.
Sani berdiri dan menarik napas panjang, lalu dia melangkah berjalan cepat menjauh dari majikannya.
"hei tungguin, tanggung jawab dong udah di tabrak malah di tinggalin" kata Edward menggoda Sani.
Sani tidak menghiraukan tuan Edward dia malah mempercepat jalannya, tidak lama kemudia dia sampai di villa sambil ngos-ngosan seperti habis lari maraton.
"pagi bu Ipah maaf telat" kata Sani sambil langsung masuk ke dapur karena dia masuk lewat pintu samping.
"gak apa-apa neng telat cuma tiga menit doang, gak usah lari-lari sampai keringat bercucuran gitu" jawab bu Ipah sambil mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sarapan pagi.
"tidak lari bu cuma jalan cepat aja, sekalian olah raga pagi" kata Sani dia beralibi olah raga pagi supaya tidak keceplosan habis nabrak tuan Edward.
Sani masuk ke dalam kamarnya untuk menyimpan tasnya, setelah itu dia keluar lagi dan mulai membersihkan ruang tamu, ruang keluarga dan kamar. Setelah semua ruangan bersih dia mulai mencuci pakaian tuan Edward.
"neng ayo sarapan dulu, ini nasinya sudah matang" kata bu Ipah mengajak Sani sarapan karena sudah jam tujuh lewat.
"iya bu sebentar" jawab Sani karena sedang memasukan pakaian ke mesin cuci, setelah mesin cuci di nyalakan Sani cuci tangan dan masuk dapur untuk sarapan.
Tuan Edward sedang sarapan di meja makan sambil senyum-senyum menatap layar ponsel yang ada poto Sani, bu Ipah mengenali ponsel yang di pegang majikannya karena dia sedang menaroh teko kaca yang berisi air putih di samping tuan Edward.
"bukannya itu ponsel neng Sani tuan?" tanya bu Ipah
"iya bu" jawab Edward santai, lalu dia menyuapkan roti ke mulutnya karena kalau pagi-pagi dia jarang sarapan nasi.
"oooh, saya ke dapur dulu tuan mau sarapan dulu dengan neng Sani" kata bu Ipah
"iya bu, jangan di bilangin dulu ke Sani ya ponselnya di pegang saya" jawab Edward sambil mengunyah.
"memangnya kenapa tuan?" bu Ipah penasaran.
"tidak kenapa-napa buk, nanti selesai sarapan saya kasih ke dia" kata Edward
Bu Ipah mengangguk lalu dia berjalan ke dapur dan duduk di samping Sani yang sedang nengambil nasi ke piringnya, mereka berdua sarapan nasi dengan ayam belado dan tumis buncis di meja makan yang ada di dapur.
Selesai makan Sani mencuci piring kotor dan perabotan lain juga wajan bekas masak bu Ipah, bu Ipah merapikan meja makan dan mengelapnya.
Selesai mencuci piring, Sani mengeluarkan pakaian dari mesin cuci dan menjemurnya karena baru setengah kering.
Selesai menjemur dia masuk kamarnya untuk belajar, Sani membuka tasnya untuk mengeluarkan buku dan ponselnya tapi ponselnya tidak ada. Dia mengeluarkan isi tasnya untuk mencari ponselnya tapi tidak ketemu juga.
"oh iya tadi kan aku masukin saku celana pas berangkat dari rumah" gumam Sani sambil merogoh saku celananya, tapi ponselnya tidak ada juga di sakunya.
"neng di panggil tuan" kata bu Ipah dari luar kamarnya.
"iya bu" jawab Sani sambil berdiri lalu berjalan keluar dari kamarnya menuju ruang keluarga, karena tuan Edward sedang membaca di sana.
"ada apa tuan" tanya Sani menghampiri majikannya lalu menunduk karena ingat kejadian tadi pagi.
"kamu kehilangan sesuatu tidak" tanya tuan Edward santai.
"saya kehilangan ponsel tuan, mungkin tadi jatuh" jawab Sani sambil tetap menunduk.
"ponsel yang ini bukan?" tanya tuan Edward sambil menyodorkan ponsel Sani ke hadapannya.
"iya tuan ini ponsel saya, anda menemukan ponsel saya di mana tuan?" kata Sani tersenyum dan meraih hpnya dari tangan Edward.
"dari dada saya" jawab tuan Edward sambil mengedipkan matanya membuat Sani malu lagi.
"ya ampun maaf tuan, terima kasih ya" kata Sani sambil cepat berlalu karena dia benar-benar malu.
"tidak usah malu, aku senang ko dengan kejadian tadi. Sering-sering aja menabrak saya pagi-pagi, supaya jantung saya sehat karena sport jantung setiap pagi" kata Edward agak tinggi nada bicaranya supaya terdengar oleh Sani yang sudah menjauh dari hadapannya. Tapi bukan Sani saja yang mendengarnya, bu Ipah juga mendengar kata-kata majikannya.
Sani masuk kamar dan langsung menutup pintu kamar dan menguncinya, dia mengusap dadanya dan menarik napas lega.
Tring suara pesan masuk ke ponsel Sani, dia membuka pesan itu dan kaget dengan nama pengirim pesan itu "BOS GANTENG"
dengan poto profil tuan Edward.
"jam sepuluh siap-siap belajar online, zoom meetingnya di laptop ini sudah di nyalakan di meja ruangan perpustakaan samping taman" isi pesan dari BOS GANTENG itu
"iya tuan" Sani membalas pesan itu dan berjalan ke perpustakaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments