Happy Reading 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Setelah makan mereka berkumpul diruang keluarga. Seperti biasa akan ada hal yang diperbincangkan oleh keluarga kolongmerat tersebut.
"Ramos." Ozawa menatap putra nya.
"Iya Dad?."
Ramos melipat kedua tangannya didada sambil menatap Ayahnya. Dia sama sekali tak melirik Rachel yang duduk disamping Maria.
Sementara Rayyan terus mencomot cemilan yang ada diatas meja. Playboy kelas kakap itu tengah berusaha untuk tidak terpesona dengan calon istri Kakaknya.
"Tiga hari lagi kau dan Rachel akan menikah persiapkan dirimu dengan baik dan setelah menikah kalian tinggal di Mansion ini. Karena setelah kalian menikah Daddy dan Mommy akan pulang ke Sidney." Ujar Ozawa.
"Aku tidak setuju." Sergah Ramos "Pernikahan ini harus dirahasiakan. Hanya boleh diketahui oleh dua keluarga." Tegas Ramos dengan wajah datar dan dinginnya.
"Tidak bi_."
"Iya atau tidak sama sekali." Sahutnya "Dan setelah menikah aku tidak mau tinggal mau tinggal di Mansion ini, aku akan membawa apartement." Tutur nya tak menerima pembantahan.
"Ramos."
Ozawa mengenggam tangan istrinya agar wanita itu tenang. Ramos tidak bisa dilawan dengan keras kepala.
Ramos hanya santai sambil menyesap kopi didalam cangkir nya. Pria itu tak peduli dengan wajah amarah dan kecewa kedua orangtuanya.
"Ramos kau tidak bisa begini." Ucap Ozawa.
"Harusnya kalian bersyukur karena aku masih mau menikahi nya. Jadi turuti permintaan ku atau pernikahan ini tidak terjadi sama sekali." Barulah Ramos menatap Rachel dari ujung kaki sampai ujung rambut. Gadis ini biasa saja tidak ada yang menarik sama disekali.
Ozawa menghela nafas panjang. Sebenarnya tidak setuju. Padahal dia sudah merencanakan pesta mewah dan akan mengundang media untuk pernikahan putra sulungnya. Namun Ozawa tak bisa membantah dia tidak mau Ramos malah tidak mau menikahi Rachel dan berbalik pada wanita ular itu.
"Baiklah." Sahut Ozawa mengalah.
"Dad." Maria menggeleng
"Besok persiapkan dirimu untuk fitting baju dan bawa calon istri mu ke butik Bibi Allena." Ujarnya
"Baik Dad." Ramos hanya mengiyakan.
Dalam benak pria itu sama sekali tak pernah terbayangkan menikahi gadis seperti Rachel. Dilihat dari sisi mana pun Rachel sama sekali tak menarik dan yang pasti gadis ini jauh lebih muda darinya. Hanya Agnes yang menarik Dimata Ramos tak ada wanita lain.
Ramos bahkan bingung bagaimana menjelaskan pernikahan nya ini nanti kepada kekasihnya. Pasti wanita itu akan marah dan mengamuk saat mengetahui pernikahan gila ini. Namun Ramos tak bisa membantah. Dia takut kedua orangtuanya malah menghancurkan Agnes. Sebab orangtuanya memiliki relasi dan kuasa dimana-mana.
"Rachel, bagaimana denganmu Nak? Apakah kau setuju jika pernikahan ini diadakan secara rahasia dan tinggal bersama suamimu di Apartement nya?." Tanya Ozawa sambil tersenyum hangat menatap calon menantunya.
Semua menatap Rachel dan menanti Jawa gadis itu termasuk Ramos. Dia bahkan menatap Rachel dengan benci. Lihat saja nanti dia akan tunjukkan kehidupan di neraka sesungguhnya.
Rachel mengangguk "Saya setuju Dad." Jawabnya yakin. Bukankah ketika menikah memang harus tinggal bersama suami?
"Syukurlah." Maria bernafas lega "Terima kasih ya Nak. Semoga kalian bahagia." Maria memberikan pelukan hangat pada Rachel.
"Terima kasih juga Mom."
Ramos memutar bola matanya malas. Gadis itu sungguh pandai mencari perhatian kedua orangtuanya.
"Seandainya aku menemukan dia lebih dulu pasti aku akan membuatnya mendesah dibawahku. Jika dilihat-lihat dia masih perawan. Aku penasaran bagaimana nikmatnya bercinta dengan wanita perawan?." Batin Rayyan menatap Rachel dengan haus.
"Cih dasar gadis murahan. Aku yakin jika dia dibeli Mommy dan Daddy. Pasti mereka membeli gadis ini agar menikah denganku. Mana bisa dia menolak jika sudah berbicara tentang uang." Batin Ramos menatap tak suka.
.
.
.
.
Ramos mendengus kesal ketika Ozawa dan Maria memaksa nya mengantar Rachel ke rumah tanpa Heru.
"Terima kasih Mas sudah mau mengantar saya." Ucap Rachel tersenyum tulus.
Ramos menepikan mobilnya ditepi jalan.
"Kenapa berhenti Mas?." Tanya Rachel heran.
Ramos menatap Rachel tajam dengan kebencian yang melundap didalam dadanya.
"Jangan senang dulu. Aku mau mengantar mu bukan berarti aku menerima mu sebagai istri ku. Aku terpaksa karena kedua orangtuaku" Dia menatap Rachel dengan sinis lalu melajukan kembali mobilnya.
"Maaf Mas." Rachel menunduk
"Dan ingat jangan sampai orang lain tahu tentang pernikahan ini. Jika sampai ada yang tahu selain keluarga kita, maka bersiaplah menerima kehancuran. Aku tidak hanya akan menghancurkan mu tapi aku juga akan menghancurkan semua mimpi-mimpi mu dan mewujudkan neraka sesungguhnya." Dia menatap Rachel sinis dengan ancaman yang tak main-main.
"Iya Mas." Rachel menunduk.
Badan gadis itu bergetar menahan takut. Dia mengepalkan tangan nya kuat agar lelehan bening itu tak segera menetes.
"Bagus kalau kau paham." Ramos tertawa sinis "Dan jangan harap apapun dengan pernikahan ini. Jangan berharap aku akan menganggap mu sebagai istri. Kau itu akan budakku dan satu lagi jangan katakan apapun pada kedua orangtuaku. Jika sampai mereka tahu, kau akan menerima akibatnya." Ancam Ramos tak menatap gadis disampingnya.
"I-iya Mas." Jawab Rachel ketakutan.
Apakah dia akan masuk kedalam neraka sesungguhnya? Apakah setelah ini kehidupan nya akan berubah seratus delapan puluh derajat?
Pernikahan impian yang selalu dia dambakan sebentar lagi akan menyeret nya kedalam mimpi buruk dan Rachel tidak bisa menolak takdir yang sudah berdiri nyaman dan menunggunya didepan.
Sampai didepan rumahnya mobil Ramos terhenti.
"Turun. Jangan berharap aku membukakan pintu untukmu." Ujarnya dingin.
Rachel mengangguk sambil melepaskan sealbeat ditubuhnya.
"T-terima kasih Mas. Saya permisi." Rachel turun dari mobil.
Ketika Rachel menutup pintu, mobil itu langsung melaju tanpa berpamitan pada calon istrinya.
Rachel memegang dadanya yang terasa sesak. Kenapa begitu sakit mendengar ancaman Ramos? Ada rasa takut dihati gadis itu.
Rachel menyeka air matanya yang leleh. Dari tadi dia berusaha menahan tangisnya. Dan sekarang tangis itu pecah disini tanpa seizin nya.
"Kau harus kuat Rachel. Demi Ibu dan Rima." Ucapnya menguatkan dirinya sambil mengusap pipinya yang basah.
"Ayo dong air mata jangan keluar. Ibu dan Rima bisa melihat kehancuran mu nanti." Ucapnya mengibas-ngibaskan tangannya diwajah.
Rachel masuk kedalam rumah dengan langkah pelan sambil memeluk kedua tangannya. Sayupan angin malam membuat bulu-bulu gadis itu berdiri. Apalagi dia lupa membawa jacket membuat tubuhnya terasa semakin dingin.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dia yakin jika Ibu dan adiknya sudah tidur.
Rachel masuk kedalam kamarnya. Lalu mengunci pintu kamarnya. Syukur saja Irina dan Rima sudah tidur, jadi tidak akan melihat kerapuhannya saat ini. Dia lelah. Dia ingin tidur dan terlelap.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Siti Khodijah
yg sabar y rachel,, di tunggu part ramos tahu keburukan agnes wanita yg dia agung2kan itu😏
2023-01-28
1