Selamat Membaca 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
"Hel, kau baik-baik saja kan?" Choky menatap sahabatnya itu. Wajah Rachel tak seperti biasanya.
"Aku baik-baik saja Mas." Rachel memalingkan wajahnya takut jika Choky tahu kalau dia sedang berbohong.
Rachel terkejut ketika Choky menarik gadis itu kedalam pelukkan nya. Choky selalu tahu jika wanita ini rapuh.
"Jangan pendam sendiri. Katakan apa yang menjanggal di hatimu dan menangis lah bila perlu."
Rachel tak dapat membendung air matanya lagi. Gadis itu melingkarkan tangannya diperut Choky dan memeluk pria itu sambil menangis.
"Mas, hiks hiks hiks." Rachel membenamkan wajahnya didada bidang Choky sambil menangis dengan hebat.
"Hel." Choky menahan Ayunia dengan tangan nya saat gadis itu hendak menghampiri Rachel yang menangis segugukan.
Choky memeluk Rachel dengan erat. Membiarkan gadis rapuh itu menangis dengan hebat didada bidangnya. Mungkin sebagai sahabat tak bisa memberikan banyak perhatian selain sebuah pelukan di tengah ketidakberdayaan.
"Menangis lah." Pelukan Choky kian erat.
Rachel sampai sesak nafas menangis. Dia menumpahkan segala air mata yang tadi dia bendung. Ternyata dia tak benar-benar kuat. Terlihat baik-baik saja tak semudah itu. Walau mulut mengatakan baik-baik saja tapi wajah tak bisa berbohong orang lain tetap bisa melihat dari luar.
Ayunia menatap Rachel kasihan. Meski tidak tahu apa beban gadis itu tapi Ayunia yakin jika Rachel tengah merasakan sesuatu yang membuat hatinya patah.
Choky melepaskan pelukannya, dia menyeka air mata gadis cantik itu. Rachel memang cantik. Tubuhnya tinggi dan memiliki tubuh yang sedikit berisi. Sehingga membuat body nya menawan.
"Ayo duduk." Choky menuntun gadis itu duduk dikursi. Mereka baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan dan siap-siap untuk pulang karena hari sudah sore.
"Hel, ayo katakan apa yang terjadi. Jangan di pendam kami adalah sahabatmu. Siapa tahu kami bisa membantu." Ayunia mengenggam tangan gadis itu dan berusaha menyalurkan kekuatan pada nya.
Rachel masih menangis segugukan. Hatinya perih dan sakit ketika mengingat Ibu dan adiknya yang tengah berjuang melawan kematian dirumah sakit.
Choky mengusap bahu gadis itu dengan sayang. Tak bisa Choky pungkiri bahwa rasa sayangnya pada Rachel melebihi apapun.
"Mas. Nia," renggek Rachel.
"Sini biar Mas peluk dulu." Choky kembali memeluk Rachel dan gadis itu lagi-lagi menangis.
Ayunia menatap dengan senyum. Rachel dan Choky adalah sahabat terbaiknya juga. Kedua orang itu selalu memahami nya ketika dia dituntut oleh keinginan tak masuk akal kedua orangtuanya.
"Mas." Rachel tak bisa menahan air matanya.
"Iya Mas disini. Pelan-pelan ceritanya. Mas siap mendengarkan," ujar Choky melepaskan pelukannya.
"Nia."
"Iya Hel, aku di sini." Ayunia memberikan kekuatan melalui genggaman tangan dan senyuman manisnya.
Rachel menarik nafas dalam sangat dalam. Lalu menghembuskan nya perlahan. Gadis itu mulai menceritakan segala resah yang menghantam dadanya. Segala hal yang membuatnya menangis dan kesakitan serta kepedihan yang tak bisa dijelaskan hanya lewat kata-kata.
"Hel." Ayunia tak tahan dan ikut juga menangis sambil memeluk Rachel.
"Menangislah, Hel," ucapnya.
Sedangkan Choky juga teriris hatinya mendengar cerita Rachel. Bagaimana gadis itu kuat menghadapi segala masalah yang menggerogoti hidupnya.
"Mas punya uang lima ratus juta tidak?" Rachel melepaskan pelukan Ayunia dan menyeka air matanya dengan kasar.
Choky menggeleng, "Mas hanya punya beberapa saja. Ambillah." Choky menarik beberapa uang merah dari dalam dompetnya.
"Tapi ini uang Mas_".
"Tidak apa-apa. Nanti Mas akan cari lagi." Senyum Choky.
"Hel, ini untukmu. Tidak seberapa tetapi semoga bisa membantu," ucap Ayunia.
"Besok kita akan usahakan untuk mencari uangnya," ucap Choky menenangkan.
"Terima kasih, Mas. Terima kasih, Nia."
Rachel memeluk kedua sahabat nya itu. Mereka bertiga saling memeluk dan menguatkan satu sama lain saat kerapuhan menyerang mereka.
"Ya sudah siap-siap. Kita kerumah sakit," ajak Choky.
"Iya Mas."
Ketiga orang itu bersiap-siap untuk pulang. Rachel bersyukur memiliki sahabat seperti Choky dan Ayunia yang selalu ada untuknya.
Mereka menuju parkiran motor. Ayunia memiliki kendaraan pribadi hasil kerja kerasnya, motor Scoopy kesayangan nya.
"Biar Mas pasang kan helm nya." Choky mengambil alih memasangkan helm itu dikepala munggil Rachel. Rachel selalu mengalami kesulitan memasang helm.
"Terima kasih, Mas." Senyum Rachel manis sekali lebih tepatnya senyum yang dia paksaan.
Rachel naik keatas motor ninja Choky. Kadang Rachel berpikir aneh, Choky mengaku orang kampung yang tak memiliki banyak uang. Tapi pakaian dan barang-barang yang dipakai Choky semua memiliki merk.
"Mau nasi goreng? Sekalian untuk kita makan malam," tawar Choky ketika mereka hendak melewati penjual nasi goreng langganan mereka.
"Boleh Mas," sahut Rachel.
"Kita beli ya." Choky menepikan motornya.
Setelah selesai membeli nasi goreng, ketika orang itu kembali melanjutkan langkah kakinya menuju rumah sakit.
Ketiganya masuk kedalam. Tampak Rachel tak sabar untuk menemui kedua orang itu. Tadi pagi dia menitipkan Ibu dan adiknya kepada perawat yang bertugas.
Cekrek
Choky dan Ayunia benar-benar baru tahu jika Ibu dan adik Rachel sakit separah ini. Keduanya sama-sama belum sadarkan diri. Entah koma pingsan atau memang tidur.
"Masuk Mas. Nia." Rachel meletakkan tasnya dan menghampiri ranjang kedua orang itu.
"Bu," gumamnya sambil menatap sang Ibu "Kenapa belum bangun? Rachel sudah pulang kerja Bu! Apa Ibu tak ingin menyambut kepulangan Rachel?" ucapnya dengan lirihan pelan.
Choky secepatnya memalingkan wajahnya. Hatinya bagai tertusuk ribuan pisau ketika mendengar ucapan Rachel. Jika dihayati sangat sakit lebih sakit. Teringat pada masa lalu nya dulu, rasanya Choky tak ingin lagi mengalami hal itu.
"Dek." Rachel beralih pada adiknya. "Ayo bangun. Kakak belikan nasi goreng kesukaan mu," ucapnya mengenggam tangan sang adik "Jangan tidur terus, Dek. Kakak khawatir," sambungnya
"Hel." Ayunia mengusap bahu sahabat nya "Yang kuat, kau tidak pernah sendirian," ucapnya menenangkan sahabat nya itu.
Rachel mengangguk. Nyatanya kuat tak semudah ucapan. Bagaimana pun dia adalah wanita yang lemah.
"Ayo makan dulu," ajak Choky mengalihkan pembicaraan
Malam ini Choky dan Ayunia memutuskan untuk menemani Rachel di rumah sakit. Kasihan Rachel tak memiliki siapa-siapa lagi selain kedua orang itu.
Choky sebagai yang paling tua dan bahkan usianya sudah kepala tiga tentu dia harus menjadi penguat untuk kedua sahabatnya terutama Rachel. Apalagi selama ini Choky begitu dekat dengan Rachel dan keluarga nya bahkan mereka sudah seperti saudara kandung.
Bersambung...
Jangan lupa like komen dan vote ya guys.
Jika ada saran dan masukkan kalian boleh coret-coret dibawah...
Mohon maaf belum bisa update banyak2 karena author sibuk juga....
Terima kasih sekali lagi buat kalian...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
Ira Cdv Irrac
Thor … thor … lu bikin skenario yg masuk akal donk, masa pinjam uang 500 jt kayak pinjam uang 500 rb aja, yg bener aja lu thor … hrs sering observasi lapngan lo… ha ha..
2023-03-14
1
Muhyati Umi
kebayang gemana sedihnya hati Rachel. apalagi harus menyiapkan biaya ratusan juta.
2023-02-27
0
Bonfiasia Watty
Lanjut...
2023-02-04
0