Happy Reading 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Rachel memegang dadanya yang berdegup kencang. Malam ini adalah pertemuan nya dengan calon suaminya
"Kenapa aku deg-degan ya?." Gumamnya mengelus dadanya.
"Kau pasti bisa Rachel." Dia menatap pantulan dirinya didepan cermin.
Gadis itu hanya mengenakan rok sampai mata kaki dengan baju rajut yang dimasukkan didalam nya. Rachel tampak seperti gadis usia belasan tahun. Dia tampak cantik dan menggemaskan mengenakan pakaian sederhana itu.
"Ibu. Rima." Sapanya ramah.
"Wahhh Kakak cantik sekali."
Rima masih dalam proses pemulihan dan dia rawat jalan. Untuk sementara waktu gadis itu harus homeschooling karena kondisinya yang suka naik turun membuatnya tak bisa melakukan aktivitas berat diluar rumah.
"Kau baru tahu jika Kakak mu ini cantik?." Rachel mengedipkan matanya jahil.
Irina tersenyum senang melihat senyum diwajah kedua putrinya. Semoga setelah ini dia dan Rima benar-benar sembuh dari segala rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya.
"Ya sudah Bu, Rachel berangkat dulu. Didepan sudah ada supir yang jemput." Rachel menyalimi tangan Irina.
"Iya Nak hati-hati. Ingat jaga sikap. Bagaimana pun nanti sikap calon suamimu terima dia apa adanya karena dia yang akan menjadi Ayah dari anak-anak mu." Ucap Irina mengelus kepala putrinya.
"Iya Bu. Terima kasih Ibu selalu mengingatkan Rachel."
Irina tersenyum simpul. Rachel memang selalu menurut padanya. Tidak pernah membentak dan menyakiti perasaan nya. Irina berharap putrinya menikah dengan laki-laki yang tepat. Meski dia belum tahu sifat asli dari calon suami putrinya itu namun Irina yakin jika calon suami Rachel adalah pria baik.
Rachel keluar dari rumahnya. Disana sudah ada sebuah mobil mewah yang menjemput nya serta seorang pria memakai pakaian supir yang membungkuk hormat menyambut kedatangan nya.
"Selamat malam Nona." Sapa pria tampan seusia Choky kepada calon Nona Muda-nya.
"Selamat malam juga Tuan." Rachel tersenyum hangat sambil mengangguk juga. Sebenarnya tidak biasa dihormati seperti itu.
"Mari Nona." Pria itu membuka pintu mobil
"Terima kasih Tuan." Rachel masuk kedalam.
Mobil meninggalkan kediaman nya. Jantung Rachel berdebar-debar. Seperti apa wajah calon suaminya itu? Apakah tua dan berkepala botak seperti ditelevisi? Atau tampan dan dingin seperti didunia novel yang sering Rachel baca? Gadis itu berusaha mentralisir debaran dadanya.
"Anda baik-baik saja Nona." Sang supir melirik Rachel di kaca mobil.
"Saya baik-baik saja Tuan." Rachel memaksakan senyum sambil menghembuskan nafasnya kasar "Apakah masih jauh Tuan?." Bukan apa supaya Rachel bisa bersiap-siap agar tidak terlihat gugup nantinya.
"Sebentar lagi Nona." Jawab sang supir.
Rachel mengangguk. Gadis itu menyenderkan punggungnya sambil berusaha menahan kegugupan didalam dadanya.
Rachel menikmati kosong kearah jendela mobil sambil menikmati malamnya kota metropolitan ini. Jakarta jika malam hari terlihat indah dengan lampu-lampu yang menerangi jalan. Apalagi para gedung pencakar langit yang sibuk memarkan ketinggiannya dengan lampu-lampu yang bertengger dengan rapih disana.
Tidak lama kemudian, mobil itu memasuki sebuah pekarangan elit. Tiba-tiba sebuah tembok gerbang besar terbuka hingga mobil yang dikendarai Rachel masuk kedalam sana.
Gadis itu menganggakan mulutnya melihat bangunan mewah bak istana negeri dongeng itu. Besar dan mewah. Persis seperti istana didunia dongeng yang sering dia baca ketika kecil.
"Silahkan Nona." Pria itu kembali membuka pintu untuk Rachel agar dia keluar dari sana.
Rachel berdecak kagum. Bahkan matanya tak berkedip melihat keindahan bangunan didepannya. Besar dan mewah dan tinggi.
"Tuan apakah ini rumahnya?." Tanya Rachel belum juga sadar dari kekaguman nya.
"Iya Nona. Mari silahkan masuk. Nyonya Besar sudah menunggu anda didalam."
"Iya Tuan."
Rachel berjalan masuk mengikuti langkah kaki pria didepan nya. Semua pelayan berjejer sambil membungkuk kan badan dan memberi hormat kepada calon Nona Muda-nya itu.
"Selamat datang Nona Muda." Sapa mereka.
"Terima kasih." Rachel tersenyum canggung.
Seketika langkah kaki gadis itu terhenti ketika merasakan perih dibagian perutnya. Sejujurnya luka diperutnya belum benar-benar pulih. Namun dia memaksakan diri. Dia tidak boleh sakit. Kalau dia sakit siapa yang akan bekerja dan mencari uang untuk kebutuhan hidup keluarga nya.
"Anda baik-baik saja Nona?." Pria itu berbalik ketika melihat Rachel yang seperti meringgis sambil memegang perutnya.
"Tidak apa-apa Tuan." Kilah Rachel memaksakan senyum dan menurunkan tangannya dari perut.
"Mari Nona."
Rachel kembali berjalan masuk. Dia setengah mati menahan sakit dan perih dibagian perutnya. Ini pasti karena dia terlalu banyak beraktivitas. Padahal Choky dan Ayunia melarang Rachel bekerja namun gadis itu sama sekali tak menggubris.
"Rachel."
Maria langsung menyambut kedatangan calon menantunya itu.
"Mom." Senyum Rachel membalas pelukan Rachel.
"Ayo Nak." Sambil melepaskan pelukan gadis itu dan mengandeng tangan Rachel.
"Kau cantik sekali malam ini." Pujinya karena Rachel memang cantik berbeds dengan pertama kali Maria bertemu Rachel.
Rachel hanya tersenyum malu dan mengikuti Maria yang menggandeng tangannya.
Mereka berjalan menuju meja makan. Tampak disana ada tiga pria yang tengah asyik makan. Dua pria tampan dan satu paruh baya.
"Wahh menantu Daddy sudah datang." Ozawa berdiri dan menyambut kedatangan calon menantunya itu.
"Daddy." Rachel langsung menyalami tangan Ozawa.
Ozawa tersenyum hangat. Benar kata istrinya jika Rachel adalah gadis yang baik. Jarang sekali zaman sekarang ada wanita yang masih mau mencium tangan yang orang yang lebih tua.
"Ayo Nak. Silahkan duduk." Ajak Ozawa ramah.
Maria menarik kursi untuk calon menantunya itu. Rachel ini menarik karena tidak banyak bicara. Membuat orang penasaran apa sebenarnya yang dipikirkan gadis cantik ini.
"Terima kasih Mom." Rachel duduk sambil memaksakan senyum.
Sedangkan dua pria tampan itu malah asyik makan tanpa peduli dengan siapa yang datang.
"Ramos."
Pandangan kedua terangkat ketika Maria memanggil putranya itu.
"Iya Mom?." Sahut Ramos malas.
Sedangkan Rayyan menatap tak berkedip gadis yang duduk disamping Ibunya.
"Cantik." Batin pria itu.
"Perkenalkan ini calon istrimu." Ucap Maria menatap putra nya dengan senyum
"Hel, ini Ramos. Dia adalah calon suamimu." Maria tersenyum hangat "Ayo saling berkenalan." Suruhnya.
Rachel mengangguk. Dia tersenyum kearah calon suaminya sambil mengulurkan tangannya.
"Rachel."
"Ramos." Tanpa menyambut uluran tangan gadis cantik itu.
Rachel langsung kikuk. Gadis itu menarik uluran tangan nya. Dan meja makan seketika canggung apalagi Ramos yang tampak tak peduli dan malah asyik dengan makanan dipiring nya.
Ozawa dan Maria menghela nafas panjang. Ramos memang miliki sifat keras kepala, sombong, arrogant dan dingin. Pria ini selalu menampilkan wajah tak bersahabat nya pada siapapun.
"Haii Rayyan, panggil saja Ray." Rayyan tersenyum genit sambil mengulurkan tangannya.
"Rachel Mas." Rachel menyambut tangan pria itu dan mereka saling berkenalan.
Sementara Ramos tetap tak peduli dia makan dengan lahap dan sama sekali tak tertarik.
"Ayo Nak makan." Maria mengambilkan nasi untuk Rachel.
Rachel menatap makanan yang ada diatas meja. Semua makanan ini berjenis seefood. Dan mengandung minyak dan lemak. Sementara dia tidak boleh makan, makanan sejenis itu untuk beberapa waktu sampai luka bekas operasi nya sembuh.
"Silahkan dimakan Nak." Maria meletakkan piring yang berisi makanan didepan Rachel.
"Terima kasih Mom." Rachel tersenyum hangat.
Rachel alergi makanan seefood, kulitnya yang sensitif itu akan langsung merah-merah jika makanan itu masuk kedalam mulutnya.
Semua makan dalam diam. Seperti biasa keluarga ini akan memang hening di meja makan. Tak ada perbincangan atau suara-suara lain selain dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan satu sama lain.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
eni
angan sp Rachel makn seafood
2023-03-19
0