Happy Reading 🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Rachel berjalan keluar menyusuri koridor rumah sakit. Hingga kini dia belum bisa masuk kerja. Entah dia dipecat atau bagaimana? Choky dan Ayunia juga tampak sibuk meski setiap pulang kerja kedua sahabatnya itu selalu datang menjenguk Ibu dan adiknya tapi Rachel tetap merasa kesepian.
Gadis itu menghembuskan nafas nya kasar. Dia akan cari makanan siang ini.
"Aku beli nasi warteg saja untuk menghemat uang. Uang yang dikasih Mas Choky kemarin sudah habis untuk bayar tagihan rumah sakit." Gadis itu menghela nafas panjang.
Rachel menyebrang jalan raya menuju warung nasi yang tidak jauh dari rumah sakit. Seperti nya warung nasi itu memang sengaja dibuka agar para penunggu pasien bisa membeli makanan disana terutama untuk rakyat kecil seperti Rachel. Kalau di kantin rumah sakit harganya berbeda dan tentunya sedikit mahal.
"Bu, telur asin nya satu. Tempe dan tahu satu, daun ubi masak santan juga terus satu potong ayam goreng," ucap Rachel menunjuk menu makanan yang ada disana.
"Tunggu sebentar ya, Nona."
Rachel menunggu wanita paruh baya itu membungkus pesanan nya. Makanan yang dia pesan adalah kesukaannya. Sederhana tapi cukup mengenjal perut.
"Kenapa aku jadi ingat Dokter Sandy ya? Tatapan matanya melihatku kenapa berbeda sekali? Dia seperti mengenalku lama?" gumam Rachel
"Ini Nona pesanan nya." Memberikan kantong hitam yang berisi bungkusan makanan pesanan Rachel.
"Berapa, Bu?" Rachel meronggoh saku celana jeans-nya
"Dua puluh ribu, Nona."
"Ini Bu, terima kasih." Rachel memberikan dua lembar uang sepuluh ribuan.
Gadis itu berjalan keluar sambil menenteng kantong gresek ditangannya.
"Waktunya tinggal besok. Kemana aku harus cari uang?" Gadis itu mendesah pelan. "Ajukan pinjaman di bank juga belum tentu akan cair. Sedangkan pinjaman ku di restourant saja belum lunas." Beberapa waktu lalu Rachel mengajukan pinjaman pada Boss nya dan akan dipotong gaji setiap bulan.
"Ayah," gumamnya. "Apa yang harus Rachel lakukan Ayah? Kenapa semua jalan terasa sempit seperti ini?" Gadis itu memejamkan matanya berusaha menahan gejolak yang seakan ingin meledak didalam sana.
Mata Rachel tertuju pada seorang wanita paruh baya dengan pakaian glamor yang hendak menyebrang jalan. Sedangkan di arah yang berlawanan sebuah mobil truck sedang melaju dengan kecepatan tinggi.
Rachel melirik wanita itu yang menyebrang tanpa melihat sekitarnya. Begitu juga dengan mobil truck itu melaju tanpa melihat orang yang ada didepannya.
"Nyonya awas..."
Rachel berlari kencang dan menarik wanita itu agar tidak tertabrak mobil.
Brak
Bugh
"Awwwwwwww."
Tubuh wanita itu menindih tubuh Rachel. Dan Rachel berada dibawahnya sambil meringgis kesakitan.
"Awwwwwww."
Wanita itu bangkit dari tubuh Rachel jantungnya serasa mau lompat ketika melihat mobil yang hampir menghantam tubuhnya.
"Nona, apa kau tidak apa-apa?" Wanita itu membantu Rachel berdiri.
"Tidak apa-apa, Nyonya. Bagaimana denganmu apa ada yang terluka?" tanya Rachel bangkit, kaki dan tangannya lecet dan bahkan lututnya mengeluarkan darah segar.
"Kau terluka?" Wanita itu tampak panik melihat darah di kaki Rachel.
"Tidak apa-apa, Nyonya." Rachel meringgis merasakan perih dibagian kakinya.
"Iya sudah ayo kita bawa ke UGD. Kita obati," ajaknya.
Rachel mengangguk. Wanita itu melirik makan siang nya yang berhamburan diaspal. Ayam goreng kesukaannya, telur asin yang menjadi menu favorite nya, tahu dan tempe goreng serta daun ubi masak santan, rasanya Rachel ingin mengambil makanan itu.
"Tenang nanti kita beli yang baru," ucap wanita itu yang seolah tahu arah tatapan mata Rachel.
Rachel menurut ketika wanita paruh baya itu merangkul tubuhnya dan membawanya masuk kedalam rumah sakit.
"Dokter tolong," pinta wanita paruh baya itu.
Para dokter langsung menyambut hangat wanita itu.
"Ada yang bisa kami bantu, Nyonya?" Semua membungkuk hormat. .
"Tolong obati lukanya!" perintah wanita tersebut
"Baik, Nyonya."
Mereka langsung memberikan pelayanan terbaik pada Rachel. Membersihkan luka di lutut gadis itu.
Rachel meringgis kesakitan saat seorang perawat membersihkan lukanya dengan alkohol. Perih pasti.
"Tahan ya Nona. Saya akan selesaikan dengan cepat," ucap sang perawat.
"Iya Sus." Rachel mengangguk sambil mengigit bibir bawahnya menahan perih.
"Nak, apakah sakit?" Wanita paruh baya itu menatap Rachel dengan lembut. Gadis ini cantik dan sederhana.
Rachel menggeleng, "Tidak, Nyonya." Rachel tidak mau membuat wanita itu merasa bersalah karena dirinya.
"Biar saya antar pulang ya, sebelum nya kita makan dulu kau pasti lapar?" tawar wanita itu tersenyum ramah.
Rachel menggeleng, "Saya menginap disini Nyonya, saya sedang menjaga Ibu dan adik saya yang sedang dirawat disini," jelas Rachel.
"Dirawat? Sakit apa?" tanya wanita itu penasaran dan tentunya ingin tahu juga.
Rachel tersenyum getir, "Ibu saya gagal jantung, Nyonya. Adik saya gagal ginjal serta menderita kelainan rahim." Rachel menghela nafas panjang dia masih duduk di brangkar ruangan UGD.
"Kenapa tidak operasi? Apa kata dokter?." Wanita itu semakin tertarik dengan Rachel.
"Tidak ada biaya Nyonya. Saya sudah mengajukan pinjaman di bank tapi tetap tidak ada." Rachel menunduk. "Dokter hanya memberi waktu besok tapi saya belum juga mendapatkan uang itu." Satu tetes lelehan bening itu lolos dipelupuk mata Rachel dengan cepat dia menyeka nya hatinya selalu hancur jika membicarakan tentang kedua orang yang begitu dia cintai.
Wanita itu menatap Rachel dengan kasihan. Kasihan sekali gadis ini, lihatlah rambutnya juga tampak kusut tak terurus.
"Boleh saya melihat Ibu dan adikmu?" pintanya.
Rachel menggangguk dan hendak turun dari ranjang.
"Pakai kursi roda saja. Seperti nya kakimu sakit," cegah nya pada Rachel ketika Rachel ingin turun dari ranjang.
"Tidak apa-apa, Nyonya. Saya baik-baik saja," tolak Rachel. Dia benar-benar tak mau terlihat lemah di mata wanita itu. Dia wanita kuat.
"Biar saya bantu." Wanita itu memilih mengalah seperti nya Rachel ini gadis yang cukup keras kepala.
Rachel mengangguk ketika wanita paruh baya itu memapahnya berjalan. Tak bisa Rachel pungkiri bahwa kakinya benar-benar perih dan juga ngilu. Namun, dia adalah wanita kuat dia tak boleh cenggeng apalagi bermanja-manja.
Mereka masuk kedalam salah satu ruangan yang isinya dua wanita terbaring dengan wajah yang sama, yaitu pucat.
"Silahkan masuk Nyonya."
Wanita itu membantu Rachel masuk dan mendekati ranjang Irina dan Rima.
"Irana," pekik nya menatap tak percaya wanita yang terbaring itu.
"Nyonya, kenal Ibu saya?" tanya Rachel heran.
"Irana." Wanita itu malah berhambur kearah brangkar.
"Hikss Irana apa yang terjadi kenapa kau bisa begini? Irana bangun." Dia menggoyangkan lengan Irana sambil menangis dan memeluk wanita paruh baya itu.
"Irana bangun ini aku Maria sahabat mu. Bangun Irina. Bangun." Dia menangis segugukan memeluk sahabatnya yang terpejam itu.
Sedangkan Rachel terkejut ketika wanita paruh baya itu mengatakan jika Ibu nya adalah sahabat wanita itu. Sajak sang Ayah meninggal Ibu nya menjadi pribadi yang pendiam dan tidak banyak bicara hingga Rachel tidak bisa menanyakan perasaan Ibu nya itu.
"Irana, bangun." Dia menggenggam tangan sahabat nya. "Kenapa kau bisa begini? Aku mencarimu kemana-mana dan akhirnya kita bertemu, tapi kenapa justru kau sakit seperti ini?" tanyanya dengan isakkan tangis.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 184 Episodes
Comments
eni
berlinang air mata😔
2023-03-19
0
yosefus
Lanjutkan thor
2023-02-04
0
Siti Maryam
apakah nanti rachel akan dijodohkan dengan ramos 🤔
2023-01-26
0