20. Neta yang kian lemah

Neta yang kian lemah

Di sebuah ruangan, pemuda tampan duduk sendirian bertemankan semburat senja. Reza tersenyum tipis menatap foto-foto wanita yang ia kagumi. Iya, benar sekali foto Neta. Aneta Azri.

Berkali-kali ia mengusap foto cantik itu. Ia tersenyum manis seolah wanita yang ada di dalam gambar itu adalah kekasihnya. Dia pun memiliki banyak foto Neta yang ia simpan di laptopnya.

"Neta, sayangnya aku terlambat menemukan kamu. Andai saja aku lebih cepat menjumpaimu mungkin saja saat ini kita sudah bersama. Tidak seperti ini, kamu menjadi perebut suami orang tanpa kamu sadari. Ah, entahlah ...."

Reza mengusap wajahnya kasar, ia lalu berbalik dan mengambil tasnya. Ia bergegas menuju ke butik dengan harapan akan bertemu Neta di sana. Dia tidak tahu jikalau Neta saat ini sudah kembali ke rumahnya.

Sengaja dia mampir ke sebuah toko kue untuk membelikan sebuah red Velvet untuk wanita idamannya itu. Terlihat begitu lezat dengan harga yang fantastis soal rasa sudah tentu terjamin mutunya. Ada perasaan bangga di hati Reza dari mulai ia membeli sampai ia berjalan menuju ke butik Neta.

Reza masuk begitu saja saat Dara, Wilda dan Rani membersihkan butik. Dara yang memang mengetahui satu rahasia dalam kisah hidup Neta pun seketika menarik tangan Reza. Ia membawa Reza ke gudang.

"Za ikut gue," ajak Dara.

"Ada apa?" tanya Reza yang kebingungan akan tetapi hanya bisa mengekor di belakang Dara.

"Eh, Mbak Neta pasti cerita banyak sama elu ya soal suaminya?" cetus Dara penuh selidik.

Reza menatap heran Dara dan kali ini dia kembali berpura-pura dan memasang wajah datarnya seolah tidak ada satu hal pun yang ia ketahui soal Neta dan Kei. Iya, itu bukanlah hal sulit bagi Reza. Itu adalah bakatnya.

"Soal suaminya? Emang suaminya yang mana sih? Gue enggak pernah tahu," jawab Reza dengan ekspresi wajahnya yang datar.

"Ah, anak ini jelas menyembunyikan sesuatu. Kemarin hanya dia yang bisa bicara dengan Mbak Neta. Enggak mungkin kalau sampai Mbak Neta enggak cerita apapun. Wah, ada apa ini antara Reza sama Mbak Neta?" pikir Dara dengan rasa penasarannya.

"Eh, suaminya. Elu enggak tahu suaminya itu ya laki-laki kemarin. Cucu dari nenek Fuji. Elu ingat kan, yang lu foto kemarin," terang Dara dengan penuh penekanan. Ia bicara dengan tangannya yang bergerak-gerak.

Reza terdiam seperti sedang mencerna apa yang Dara katakan dan hal itu terlihat begitu natural. "Bukannya wanita yang kita foto itu istrinya? Neta juga istrinya? Maksudlu itu Neta pelakornya?" pekiknya.

"Aish! Jaga bicaralu, jangan ember kenapa? Ini rahasia kita oke? Gue ingetin ama elu, mendingan lu mundur dari perasaanlu itu. Mbak Neta udah ada lakinya, ya walaupun dia bini ke dua tapi gue lihat dia setia. Eh, apa kemarin mereka bertengkar ya? Hawanya kayak kesel gitu Mbak Neta, kayak syok," ujar Dara.

"Elu ajak gue ke sini cuma buat gosip? Ih, gue kira ada apa, gue ga tertarik sama gosip elu Dara. Dah ah, gue mau temuin Neta dulu." Reza berbalik dan hendak menemui Neta.

Dara langsung memegang pergelangan tangannya. "Eh, lu ini gimana? Dia udah balik ke rumahnya dari siang tadi. Pusing katanya. Wajar sih namanya hamil muda ya pasti lagi ngidam."

"Oh, gitu?" Reza hanya menimpali sekedarnya. Dia masih menjaga ekspresi wajahnya.

Dara melihat kotak kue yang Reza bawa. Ia melirik lalu tersenyum menggoda. Dara seolah tahu pasti ke mana kue itu akan pergi.

"Lu bawain kue itu buat Mbak Neta ya? Cie, si paling perhatian sama bini orang," ledek Dara.

"Ish! Mulut lu, ini kue buat adek keponakan gue. Gue mau minta izin sama Neta besok enggak masuk. Enak aja, nuduh gue yang enggak-enggak," elak Reza.

"Em ...." Dara tersentum menggoda sambil menaikkan alisnya. "Masa sih?"

Reza berpaling begitu saja dan pergi meninggalkan Dara. Dia tidak mau ambil pusing untuk ini. Setidaknya pergi jauh lebih baik dari pada terus di goda.

******

Sementara itu di apartemen, Neta sama sekali tidak bergeser dari ruang kerjanya. Bahkan sampai sore dia terus menggambar desain baru. Walaupun saat itu kepalanya tengah berdenyut tidak karuan.

"Neta, mau sampai kapan kamu terus menghindar dari aku?" tanya Kei dengan berdiri dan bersandar di ambang pintu.

Neta lagi-lagi hanya diam. Dia terus saja menggambar tanpa memedulikan Kei. Tatapan matanya terlihat kuyu.

"Ta, mau sampai kapan?" Kei mendekat dan memeluk Neta dari belakang.

"Sampai aku melahirkan mungkin. Lalu kita bercerai setelahnya. Aku muak dengan keadaan ini," ucap Neta tiba-tiba.

"Tidak ada bercerai, kita akan bersama-sama membesarkan anak-anak kita," kata Kei dengan lembutnya di telinga Neta.

Neta kembali menangis. Namun tangisan kali ini berbeda. Karena hanya sebentar dan setelahnya Neta sama sekali tidak bersuara. Matanya terpejam dengan tiba-tiba.

Kei yang menyadari itu menjadi panik seketika. Dia membalikkan posisi Neta dan berusaha untuk menyadarkannya. Percuma, berkali-kali ditepuk pipinya, Neta tetap saja memejamkan matanya.

"Ta, bangun Ta. Kamu kenapa?" Kei panik.

Dalam kepanikan itu Kei segera membopong Neta dan membawanya menuju ke rumah sakit. Selama di perjalanan, Kei terus saja menyentuh pipi Neta yang semakin pucat dan dingin. Di saat inilah hatinya tersadar bila dia telah menyakiti perasaan wanita baik ini dan mengubahnya menjadi pelakor.

"Apa dia begini karena merasa sangat tertekan? Karena aku yang sudah kelewatan, membohonginya? Tapi aku sudah terlanjur melakukan semua ini. Tidak mungkin aku akan mengulang kesalahan dengan menelantarkan mereka," batin Kei dengan bulir air mata yang jatuh tanpa disadarinya.

*****

"Ada apa Kei?" tanya Bu Rahayu kepada menantunya saat Kei menghubunginya.

"Bu, bisa datang ke sini? Aku dan Neta ada di rumah sakit," kata Kei.

Ibu Rahayu bukannya terkejut dengan keadaan putrinya. Ia justru terdengar begitu santai menjawabnya. Sama sekali tidak terdengar mengkhawatirkan.

"Waduh Kei, bagaimana ya. Aku dan Risma sedang berada di Batam," kata ibu Rahayu. "Kami ada urusan di sini," imbuhnya.

"Apa? Di Batam? Buat apa? Oh, setelah mendapatkan uang itu, ibu saat ini berfoya-foya, iya begitu?" tukas Kei yang meradang mendengar jawaban ibu mertuanya.

Tut! Panggilan itu terputus begitu saja. Di saat itulah dia tersadar akan siapa Neta. Wanita yang telah ia sakiti itu ternyata benar-benar gadis baik yang selalu dimanfaatkan sampai dijual oleh ibunya.

"Bapak Kei, silahkan masuk Pak. Kami beri saja selesai penanganan," kata seorang perawat yang ditugaskan untuk memanggilnya.

Kei masuk dengan segera, dia tersenyum saat melihat Neta yang sudah tersadar meskipun dia langsung membuang muka saat melihatnya. Kei langsung menangkup wajah Neta dan mencium pipinya sambil menangis kecil. Kei tampak seperti seorang suami yang baik saat ini.

"Aku senang kamu sudah bangun, anak kita baik-baik saja kan?" tanya Kei dengan berlinangan air mata.

Episodes
1 `1. Hari Pernikahan
2 2. Malam Pertama
3 3. Gagal Bulan Madu
4 4. Tidak Ada Kabar
5 5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6 6. Mulai ada Perbandingan
7 7. Sikap aneh Kei
8 8. Mirip dengan Petunjuk
9 9. Hampir Ketahuan
10 10. Salma yang mulai mengendus
11 11. Nasihat Almarhum Ayah
12 12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13 13. Neta hamil
14 14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15 15. Neta yang menuntut Penjelasan
16 16. Kei yang berbelok perasaannya
17 17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18 18. Maksud Terpendam Reza
19 19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20 20. Neta yang kian lemah
21 21. Kejujuran Kei
22 22. Keputusan Neta
23 23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24 24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25 25. Sosok impian Kei
26 26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27 27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28 28. Kedatangannya Membawa Musibah
29 29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30 30. Merelakan itu lebih baik
31 31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32 32. Sebuah Permulaan yang Baik
33 33. Neta dan Kesedihannya
34 34. Namanya Rumi
35 35. Hari yang Menyesakkan Dada
36 36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37 37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38 38. Cacian dari Mereka
39 39. Cerai
40 40. Hari yang Berat
41 41. Rival Kei
42 42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43 43. Tidak Bisa Berjauhan
44 44. Pernikahan Ulang
45 45. Kekhawatiran Kei
46 46. Bulan Madu Merah
47 47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48 48. Memaksa?
49 49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50 50. Masih Bisa Hamil
51 51. Akan dilengserkan
52 52. Takdir Keluarga
53 53. Mulai posesif
54 54. Usulan Keni
55 55. Kebenaran Tentang Neta
56 56. Menjaga Butik Demi Istri
57 57. Lebih Dari Suka
58 58. Keni yang Mulai Tertarik
59 59. Karena Secangkir Kopi
60 60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61 61. Kenny yang Menyebalkan
62 62. Kenny si Jahil
63 63. Diantara dua lelaki manja
64 64. Kenny Sebenarnya Baik
65 65. Menjadi Dekat Karena Luka
66 66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67 67. Upaya Pencarian
68 68. Pelerai Handal
69 69. Neta Demam
70 70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71 71. Apa jangan-jangan ....
72 72. Sikap Posesif Calon Ayah
73 73. Syarat dari Suami Tercinta
74 74. 3 Asisten
75 75. Sikap Anehnya
76 76. Sangat Mau digoda
77 77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78 78. Ancaman dari Nyonya
79 79. Kei Merajuk
80 80. Sudah tidak Marah Lagi
81 81. Kenny yang masih mendamba
82 82. Persalinan
83 83. END
Episodes

Updated 83 Episodes

1
`1. Hari Pernikahan
2
2. Malam Pertama
3
3. Gagal Bulan Madu
4
4. Tidak Ada Kabar
5
5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6
6. Mulai ada Perbandingan
7
7. Sikap aneh Kei
8
8. Mirip dengan Petunjuk
9
9. Hampir Ketahuan
10
10. Salma yang mulai mengendus
11
11. Nasihat Almarhum Ayah
12
12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13
13. Neta hamil
14
14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15
15. Neta yang menuntut Penjelasan
16
16. Kei yang berbelok perasaannya
17
17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18
18. Maksud Terpendam Reza
19
19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20
20. Neta yang kian lemah
21
21. Kejujuran Kei
22
22. Keputusan Neta
23
23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24
24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25
25. Sosok impian Kei
26
26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27
27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28
28. Kedatangannya Membawa Musibah
29
29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30
30. Merelakan itu lebih baik
31
31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32
32. Sebuah Permulaan yang Baik
33
33. Neta dan Kesedihannya
34
34. Namanya Rumi
35
35. Hari yang Menyesakkan Dada
36
36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37
37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38
38. Cacian dari Mereka
39
39. Cerai
40
40. Hari yang Berat
41
41. Rival Kei
42
42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43
43. Tidak Bisa Berjauhan
44
44. Pernikahan Ulang
45
45. Kekhawatiran Kei
46
46. Bulan Madu Merah
47
47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48
48. Memaksa?
49
49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50
50. Masih Bisa Hamil
51
51. Akan dilengserkan
52
52. Takdir Keluarga
53
53. Mulai posesif
54
54. Usulan Keni
55
55. Kebenaran Tentang Neta
56
56. Menjaga Butik Demi Istri
57
57. Lebih Dari Suka
58
58. Keni yang Mulai Tertarik
59
59. Karena Secangkir Kopi
60
60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61
61. Kenny yang Menyebalkan
62
62. Kenny si Jahil
63
63. Diantara dua lelaki manja
64
64. Kenny Sebenarnya Baik
65
65. Menjadi Dekat Karena Luka
66
66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67
67. Upaya Pencarian
68
68. Pelerai Handal
69
69. Neta Demam
70
70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71
71. Apa jangan-jangan ....
72
72. Sikap Posesif Calon Ayah
73
73. Syarat dari Suami Tercinta
74
74. 3 Asisten
75
75. Sikap Anehnya
76
76. Sangat Mau digoda
77
77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78
78. Ancaman dari Nyonya
79
79. Kei Merajuk
80
80. Sudah tidak Marah Lagi
81
81. Kenny yang masih mendamba
82
82. Persalinan
83
83. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!