Dua manusia masih saling tatap dalam diam. Kei masih berpikir bagaimana cara untuk menjelaskan semuanya kepada Neta. Sedangkan wanita itu kembali berbaring lantaran rasa pusing di kepalanya.
"Aku menikah dengannya itu karena dijodohkan. Aku sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk menolak kesepakatan itu. Saat itu, nenek sedang sakit keras. Dia menginginkan aku untuk segera menikah dan memberikannya keturunan. 4 tahun lalu, 2 tahun pertama setelah aku menikah, keadaan nenek lumayan membaik."
Kei berhenti sejenak dan menatap Neta yang masih berbaring sambil memijit pangkal hidungnya. Air mata sama sekali tidak surut. Sudut mata Neta selalu basah dan menggenang. Akan tetapi wanita itu berusaha keras untuk menahan suaranya.
"Tapi 2 tahun belakangan ini keadaannya kembali menurun. Dia menanyakan perihal keturunan kepadaku. Aku tidak punya cara lain selain dengan menikah lagi," aku Kei dengan perasaan bersalah.
"Jadi, kamu menikahiku secara diam-diam di belakang istrimu, hanya karena menginginkan seorang anak?" Neta bertanya dengan suaranya yang bergetar.
Kali ini Kei tidak menjawabnya dengan kata-kata namun dia menganggukkan kepalanya. Jawaban Kei itu seperti duri-duri tajam yang menusuk hati Neta. Terasa pedih dan begitu menyakitkan.
Neta beringsut ia menyembunyikan wajahnya dengan memunggungi suaminya. Barulah kali ini tangisan Neta pecah. Suara tangisnya memenuhi ruangan itu.
Dia menangis pilu memeluk sendiri tubuh ringkihnya dan beberapa kali dia mengusap perutnya. Kali ini dia tidak tahu ingin menyalahkan siapa. Belum ada perasaan curiga terhadap sang ibu yang telah menjualnya.
Neta pikir ibunya juga menjadi korban dalam hal ini. Dia pikir key juga membohongi ibunya dengan menyembunyikan status aslinya. Karena di matane ta ibunya adalah orang yang sangat baik dan polos.
"Kenapa harus aku Kei? Ada banyak wanita di luaran sana. Kenapa harus aku?" tanya Neta yang kali ini berhasil meluruhkan air mata Kei.
Baru kali ini selama seumur hidupnya Kei menangis merenungi kesalahannya. Meskipun dalam hal ini ketidak sepenuhnya bersalah dia sudah menggelontorkan banyak uang untuk mencapai kesepakatan ini. Akan tetapi dia juga tidak mungkin mengatakan kalau ibu mertuanya lah yang diuntungkan dalam masalah ini.
Kei tidak sampai hati bila harus mengatakan itu semua. Bila dia melakukan hal itu sama seperti ia melukai Neta 2 kali. Saat ini saja melihat wanita itu menangis dengan tergugur sudah membuat hatinya pilu.
Neta yang dia kira akan marah lalu meledak-ledak ternyata hanya bisa meratapi dan menangis. Neta bahkan sama sekali tidak membentak atau melemparkan satu barang ke arahnya. Ini sangat jauh berbeda dengan Salma yang apabila sedang marah dia bisa melemparkan apapun ke arah ke ataupun saling bentak seperti siang ini.
Hal seperti inilah yang membuat hati Kei perlahan-lahan beralih dari hanya ingin memanfaatkan Neta, sekarang iya justru menaruh iba ada rasa cinta untuk istri keduanya dan dia juga tidak mau melihat ada air mata di wajah cantik si lugu ini.
Perlahan key menyusul Neta yang tengah berbaring memunggunginya. Neta tidak menolak bukan karena dia mau tetapi saat ini dia tidak mempunyai tenaga untuk memberontak. Tubuhnya terasa lemas.
"Aku minta maaf Sayang," ucap Kei pelan tepat berada di samping telinga Neta.
"Jangan sebut aku dengan sebutan itu. Aku tidak pantas mendapatkannya. Apapun alasan yang kamu berikan pada intinya tetap akulah di sini sebagai pelaku kejahatan. Aku orang ketiga dalam rumah tangga kalian."
Kei, sangat terkejut mendengarkan penutupan Neta, ternyata gadis ini benar-benar menjunjung tinggi harga dirinya. Apa yang mereka ucapkan membuatnya kebingungan. Jelas aja Neta bersikap demikian karena memang dia tidak mendapatkan apa-apa dari hubungan ini selain rasa sakit dan bersalah.
"Kenapa dia malah bicara seperti ini apa itu artinya dia sama sekali tidak tahu menahu tentang kesepakatan yang aku dan ibunya buat?" pikir Kei.
"Nanti setelah aku melahirkan aku akan tetap mengurus proses perceraian kita," putus Neta.
Mendengar berita mengucapkan Hal itu membuat hati Kei sakit seperti tertusuk sembilu. Bukankah ini aneh, awalnya Kei yang menginginkan hal itu terjadi perceraian setelah Neta melahirkan. Namun kali ini justru hatinya seolah menolak keras apa yang istri keduanya ingin melakukan nanti.
"Tidak, jangan bicara seperti itu aku sama sekali tidak menginginkan ada perceraian di antara kita."
Kei mengusap lembut perut Neta yang masih rata. Tanpa dia sadari saat ini ada kekuatan lain yang seolah membuat hatinya berbelok dari semua rencana busuknya. Dia yang awalnya hanya ingin mengambil anak dari Neta kali ini berubah pikiran dia ingin mempertahankan hubungannya dengan sang istri kedua.
"Sudah jelas tadi kamu hanya ingin punya anak dariku, lalu apa langkah selanjutnya yang kamu ambil bila bukan perceraian kamu ingin mengambil anakku dariku walau kembali hidup bersama istri pertamamu bukan?"
"Tidak sama sekali tidak ada pikiran seperti itu Sayang, aku memilihmu dan aku menikahimu karena aku menyukai kepribadianmu. Karena aku yakin kita bisa berjuang bersama. Aku akan menceraikan Salma," elak Kei yang kemudian membubuhi kalimatnya dengan janji-janji palsunya.
"Aku tidak memintamu untuk menceraikan istrimu sebenarnya dia jauh lebih berhak atas kamu daripada aku. Aku hanya ingin hubungan kita berakhir, aku minta sampai saat aku melahirkan nanti tidak usah kamu mengunjungiku sama sekali, aku bisa hidup dan bertahan sendiri."
Mendengar apa yang Neta katakan membuat Kei dengan serta merta menangis. Dia terkuku lalu menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nita. Perlahan ia menghirup aroma tubuh yang secara tidak sadar selama beberapa hari ini ia rindukan.
"Jangan bicara seperti itu biarkan aku bertanggung jawab atas dia terhadap mu. Biarkan aku menjadi ayah dan suami yang baik untuk kalian. Untuk hal ini masih kita bicarakan lain kali lagi," kata Kei yang sudah sangat ingin menyudahi sesi pertengkaran yang menguras emosi itu.
Neta berbalik ia lalu mengusap air matanya dan memberanikan diri untuk menatap suaminya. "Mau sampai kapan kita seperti ini? ini adalah perbuatan yang salah, aku tidak mau menjadi pelakor di Antara kalian."
Kei hanya diam ia menatap manik kecoklatan yang basah. Perlahan Yang mau mencium bibir Neta. Pada awalnya Neta menolak, Akan tetapi rasa rindu sebagai seorang istri menuntunnya untuk melakukan hal yang lebih.
"Apa ini? Aku membencinya, tetapi setiap sentuhan dan ucapannya membuat hatiku luluh. Di sisi lain aku sangat-sangat merindukannya," kata hati Neta di saat perlahan-lahan key mampu menaklukkannya lagi.
"Maafkan aku ya?" tanya Kei sebelum dia menancapkan batang keperkasaannya ke dalam liang hangat milik Neta.
Anggukan, hanya sebuah anggukan yang Neta berikan. Namun satu anggukan itu jugalah yang membuat hubungan mereka kembali membaik. Hingga pada siang itu ditutup dengan ******* dan pelukan hangat.
"Ah, bagaimana ini? Aku ingin sekali menolaknya tetapi aku juga menginginkannya. Aku rasa dia memang sudah menguasai hatiku dan membuatku menjadi gila." Neta membatin saat hentakan-hentakan itu ia terima.
"Ah ... Kei, pelan," pintanya dengan ******* perlahan.
"Sebentar lagi Sayang, argh ...."
Kei menyemburkan cairan putih kental miliknya ke dalam rahim Neta. Penjelasannya kali itu mampu membuat Neta luluh dan perlahan menerima kembali dirinya.
"Terima kasih," ucap Kei sembari mengecup bibir Neta, sebelum ia limbung dan menindih tubuh ringkih Neta.
Hanya senyuman pias yang Neta suguhkan. Ia tersenyum simpul dengan mata sembabnya. Perlahan, tangan Kei menelusup dan mengusap perut rata Neta.
"Kita akan membesarkannya bersama-sama," kata Kei.
"Mengapa aku merasa dia tidak sungguh-sungguh?" batin Neta saat menatap kedua manik coklat Kei.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments