8. Mirip dengan Petunjuk

“Enggak, siapa juga yang marah sama kamu Kei,” kilah Neta tanpa mau melihat suaminya itu.

Kei mendenkat lalu mengusap lembut pipi Neta. Ia mendaratkan kecupan di sana. Seakan dia begitu mencinta.

“Seneng deh aku, kamu enggak marah. Ya sudah, aku pergidulu, baik-baik di rumah ya?” pamit Kei dengan lembutnya seolah saat ini dia adalah lelaki terbaik di dunia.

“Sama sekali tidak peka,” batin Neta saat ciuman di pipinya itu tiba.

Kei pergi melenggang begitu saja. Bahkan dia sama sekali tidak menawari Neta atau berniat mengantarkannya terlebih dahulu. Sama sekali tidak ada niatan untuk mengantarkannya.

“Ya.” Neta menjawab sekedarnya tanpa ekspresi bahkan tidak ada di senyuman yang menyertainya.

Kei berlalu pergi, sedan hitamnya melesat tanpa sekalipun menoleh kebelakang. Neta hanya melihatnya dengan perasaan kecewa. Sedih yang tersisa saat itu juga.

“Ah, sama sekali dia tidak peka. Ini antara dia tidak peka atau tidak mau memerhatikanku. Ibu, iya harusnya aku bicarakan tentang hal ini,” gumam Neta yang kemudian pergi meninggalkan apartemen mewahnya.

Neta sama sekali tidak membawa mobil yang Keiji belikan. Dia lebih memilih untuk naik taksi online. Semua barang itu ia tinggalkan begitu saja.

Agendanya hari ini adalah untuk menemui pelanggan terbaik dan teroyal butiknya. Neta dan Dara, berangkat menemui nenek Fuji yang kali ini titik temunya berbeda. Nenek Fuji memintanya untuk datang ke sebuah hotel.

“Kamu yakin, kita ketemunya di sini?” tanya Neta kepada Dara dan keduanya mendongak menatap bangunan hotel yang tinggi menjulang.

“Iya sih Mbak, ini di sini sih alamatnya. Iya ‘kan?” Dara menunjukan alamat dari ponselnya kepada Neta.

“Iya, ya sudah kita masuk saja,” ujar Neta memutuskan dan mereka mulai masuk ke dalam lobi hotel.

Sepanjang jalan menuju ke kamar tersebut hanya ada tatapan takjub di mata keduanya. Mereka berjalan dengan pelan menikmati setiap suguhan desin ruangan tersebut yang nampak futuristik dan mewah. Dara nampak begitu terpukau sementara itu Neta biasa saja.

Sudah sangat biasa bagi Neta pemandangan itu ada, di apartemennya juga nyaris sama dengan apa yang ada di sana. Bahkan jenis hiasan dindingnya pun nyaris sama. Akan tetapi Neta sama sekali tidak menatuh curiga akan hal itu.

Sampailah mereka di depan pintu kamar 88. Pintu kamar hotel itu nampak berbeda dengan yang lainnya lebih besar dan terlihat spesial. Dara melongo ketika sampai di sana.

“Ketuk tidak Mbak?” tanya Dara yang seperti tidak yakin dengan terus menatap ke pintu tersebut.

“Kalau tidak diketuk apa mau kamu gigit pintunya Dara?” kata Neta yang menyahuti dengan candaannya dan mereka tertawa bersama.

Siapa yang tahu bila yang ada di dalam sana adalah ada seseorang yang ia kenal juga. Kei ada di dalam kamar itu bersama neneknya. Dia tengah membicarakan mengenai perjanjian pelimpahan hak waris.

“Jadi bagaimana Kei, apa kamu sudah mendapatkan wanitanya?” tanya nenek Fuji yang masih terduduk di atas kursi rodanya.

Kei yang sedang duduk di samping neneknya itu pun mendekat, menarik perlahan kursi rod aitu lalu menggenggam tangannya penuh dengan rasa sayang. Cucu semata wayang itu memang begitu menyayangi neneknya, di saat terakhir neneknya, ia berusaha untuk mewujudkan impian neneknya.

“Sudah Nek, apa nenek ingin melihatnya? Dia cantik dan keibuan. Juga sangat berbeda dengan Salma. Dia tidak mudah marah Nek,” ungkap Kei yang memberikan pujian terhadap sosok Neta tanpa ia sadari.

“Iya kah? Mana fotonya? Nenek belum melihat foto kalian,” kata nenek Fuji dengan bibirnya yang merekah tersenyum senang.

“Ini,” Kei menunjukan sebuah foto perniakahan.

Nenek bukannya tersenyum lagi. Senyuman itu luntur dan memudar. Ia lalu menatap Kei dan mengernyitkan keningnya.

“Kei kenapa anak baik ini?” tanya nenek Fuji dengan ekspresi wajahnya yang amat sangat terkejut.

“Apa nenek kenal?” Kei mulai penasaran dan dia juga keheranan mengapa raut wajah neneknya sampai seperti itu.

Nenek Fuji menatap lekat cucu satu-satunya itu. “Kei, nenek bukan kenal lagi. Kamu tahu, nenek pernah bercerita mengenai pendonor darah sewaktu nenek kecelakaan hingga nenek menjadi seperti ini?”

Kei mengangguk.

“Itulah gadis ini Kei, dia yang nenek ceritakan menolong nenek dengan suka rela, dengan ikhlas, akan tetapi kemudian ibunya meminta imbalan uang. Ini gadis baik itu Kei,” ulangnya lagi dengan perasaan iba.

Kei mengusap wajahnya, Ia seketika merasa lemas. Dia sama sekali tidak menyangka bila wanita yang sudah mneolong neneknya dan mendapatkan cemoohan dari ibunya sendiri kali ini adalah wanita yang sama yang dijadikan alat tukar untuk sejumlah uang oleh ibunya sendiri.

“Ibunya mengirim email kepada Jono Nek, kemudian kami bertemu dan dia banyak mengarang cerita. Hingga pada akhirnya aku mau menerima kesepakatan asalkan dia nantinya bisa benar-benar hamil dan memberikanku

keturunan. Lalu bagaimana jika begini? Apa Salma juga mengenalnya?” tanya Kei yang mulai khawatir.

Beruntungkah Kei pada saat itu nenek menggeleng. “Nenek tidak tahu Kei, tapi kenapa harus gadis ini. Apa nantinya dia mau melepaskan anaknya jika kamu membawanya dan kembali kepada Salma?”

Belum sempat Kei menjawabnya, pintu hotel itu sudah di ketuk. Kei berdiri dan ingin membukakan pintu namun nenek segera melarangnya.

“Jangan! Bersembunyilah Kei, itu dia. Itu Aneta yang datang,”sergah nenek Fuji seketika.

Kei menoleh dan kembali. Ia lalu berjongkok di hadapan neneknya. “Apa maksudnya Nek?”

“Itu Aneta, istri keduamu. Dia adalah penjahit langganan nenek. Semenjak hari itu, aku membantunya dengan cara lain. Aku kasihan dengan anak baik itu yang selalu tertindas dan di manfaatkan oleh ibunya sendiri.”

“Semuanya sudah terlanjur terjadi, tapi nenek tidak mau kalau sampai dia tahu nenek ini adalah nenekmu. Nenek tidak siap kalau dia akan membenci nenek dalam waktu dekat ini. Biarkan kami tetap berhubungan baik layaknya teman baik,” kata nenek Fuji.

“Nenek sudah terlalu lama kesepian. Dia hanya menginginkan rumah yang ramai dengan suara anak-anak. Tetapi aku sudah salah mengambil keputusan degan menikahi Salma yang ternyata mandul. Sedangkan Neta, ternyata dia seberharga itu bagi nenek. Iya, aku hanya harus tetap menyembunyikan semua ini,” batin Kei sembari ia berjalan memasuki kamar lalu menguncinya dari dalam.

“Sus, bukakan pintunya. Ingat apapun yang kami bicarakan ini jangan sampai terdnegar di telinga Salma,” pesan nenek Fuji sebelum suster Dini membukakan pintu.

“Baik Nek, saya akan menjaga rahasia ini.” Suster Dini berjalan membukakan pintu.

“Mbak Dini, oh saya kira tadi kami salah kamar. Ini pertama kalinya kita ke sini.” Neta bersalaman dengan Dini yang sudah sangat mengenal.

“Mari mbak, masuk. Nenek sudah menunggu dari tadi,” kata suster Dini yang mempersilahkan keduanya untuk masuk.

Neta melangkah masuk dan ia sedikit terkejut saat mendapati beberapa furmitur di dalamnya nampak sama seperti di dalam unit apartemennya. “Kenapa banyak sekali furnitur yang sama?”

Episodes
1 `1. Hari Pernikahan
2 2. Malam Pertama
3 3. Gagal Bulan Madu
4 4. Tidak Ada Kabar
5 5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6 6. Mulai ada Perbandingan
7 7. Sikap aneh Kei
8 8. Mirip dengan Petunjuk
9 9. Hampir Ketahuan
10 10. Salma yang mulai mengendus
11 11. Nasihat Almarhum Ayah
12 12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13 13. Neta hamil
14 14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15 15. Neta yang menuntut Penjelasan
16 16. Kei yang berbelok perasaannya
17 17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18 18. Maksud Terpendam Reza
19 19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20 20. Neta yang kian lemah
21 21. Kejujuran Kei
22 22. Keputusan Neta
23 23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24 24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25 25. Sosok impian Kei
26 26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27 27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28 28. Kedatangannya Membawa Musibah
29 29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30 30. Merelakan itu lebih baik
31 31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32 32. Sebuah Permulaan yang Baik
33 33. Neta dan Kesedihannya
34 34. Namanya Rumi
35 35. Hari yang Menyesakkan Dada
36 36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37 37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38 38. Cacian dari Mereka
39 39. Cerai
40 40. Hari yang Berat
41 41. Rival Kei
42 42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43 43. Tidak Bisa Berjauhan
44 44. Pernikahan Ulang
45 45. Kekhawatiran Kei
46 46. Bulan Madu Merah
47 47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48 48. Memaksa?
49 49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50 50. Masih Bisa Hamil
51 51. Akan dilengserkan
52 52. Takdir Keluarga
53 53. Mulai posesif
54 54. Usulan Keni
55 55. Kebenaran Tentang Neta
56 56. Menjaga Butik Demi Istri
57 57. Lebih Dari Suka
58 58. Keni yang Mulai Tertarik
59 59. Karena Secangkir Kopi
60 60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61 61. Kenny yang Menyebalkan
62 62. Kenny si Jahil
63 63. Diantara dua lelaki manja
64 64. Kenny Sebenarnya Baik
65 65. Menjadi Dekat Karena Luka
66 66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67 67. Upaya Pencarian
68 68. Pelerai Handal
69 69. Neta Demam
70 70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71 71. Apa jangan-jangan ....
72 72. Sikap Posesif Calon Ayah
73 73. Syarat dari Suami Tercinta
74 74. 3 Asisten
75 75. Sikap Anehnya
76 76. Sangat Mau digoda
77 77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78 78. Ancaman dari Nyonya
79 79. Kei Merajuk
80 80. Sudah tidak Marah Lagi
81 81. Kenny yang masih mendamba
82 82. Persalinan
83 83. END
Episodes

Updated 83 Episodes

1
`1. Hari Pernikahan
2
2. Malam Pertama
3
3. Gagal Bulan Madu
4
4. Tidak Ada Kabar
5
5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6
6. Mulai ada Perbandingan
7
7. Sikap aneh Kei
8
8. Mirip dengan Petunjuk
9
9. Hampir Ketahuan
10
10. Salma yang mulai mengendus
11
11. Nasihat Almarhum Ayah
12
12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13
13. Neta hamil
14
14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15
15. Neta yang menuntut Penjelasan
16
16. Kei yang berbelok perasaannya
17
17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18
18. Maksud Terpendam Reza
19
19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20
20. Neta yang kian lemah
21
21. Kejujuran Kei
22
22. Keputusan Neta
23
23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24
24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25
25. Sosok impian Kei
26
26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27
27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28
28. Kedatangannya Membawa Musibah
29
29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30
30. Merelakan itu lebih baik
31
31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32
32. Sebuah Permulaan yang Baik
33
33. Neta dan Kesedihannya
34
34. Namanya Rumi
35
35. Hari yang Menyesakkan Dada
36
36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37
37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38
38. Cacian dari Mereka
39
39. Cerai
40
40. Hari yang Berat
41
41. Rival Kei
42
42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43
43. Tidak Bisa Berjauhan
44
44. Pernikahan Ulang
45
45. Kekhawatiran Kei
46
46. Bulan Madu Merah
47
47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48
48. Memaksa?
49
49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50
50. Masih Bisa Hamil
51
51. Akan dilengserkan
52
52. Takdir Keluarga
53
53. Mulai posesif
54
54. Usulan Keni
55
55. Kebenaran Tentang Neta
56
56. Menjaga Butik Demi Istri
57
57. Lebih Dari Suka
58
58. Keni yang Mulai Tertarik
59
59. Karena Secangkir Kopi
60
60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61
61. Kenny yang Menyebalkan
62
62. Kenny si Jahil
63
63. Diantara dua lelaki manja
64
64. Kenny Sebenarnya Baik
65
65. Menjadi Dekat Karena Luka
66
66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67
67. Upaya Pencarian
68
68. Pelerai Handal
69
69. Neta Demam
70
70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71
71. Apa jangan-jangan ....
72
72. Sikap Posesif Calon Ayah
73
73. Syarat dari Suami Tercinta
74
74. 3 Asisten
75
75. Sikap Anehnya
76
76. Sangat Mau digoda
77
77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78
78. Ancaman dari Nyonya
79
79. Kei Merajuk
80
80. Sudah tidak Marah Lagi
81
81. Kenny yang masih mendamba
82
82. Persalinan
83
83. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!