"Ta, ini sudah malam. Kamu ngapain?" tanya Kei pada Neta yang sedang menyiapkan bahan untuk membuat sarapan besok pagi.
"Sebentar, aku siapkan ini dulu buat besok pagi," jawab Neta dengan lembutnya. Sesuatu yang jarang Kei temui dengan istri pertamanya, Salma.
"Sibuk sekali, apa mau aku bantu?" tawar Kei saat melihat istri mudanya itu menyiapkan semuanya dengan senang hati.
"Menyiapkan seperti ini saja dia bisa menjadi sangat senang seperti itu," batin Kei saat melihat senyuman Neta.
"Istriku, Salma. Mana mau dia tangannya kotor, bau bawang, bau amis begini hanya untuk menyiapkan makanan kami? tapi dia malah dengan senang hati melakukannya. Ini jaman apa? aku kira wanita seperti ini sudah punah," batin Kei yang semakin mendekat lalu berdiri bersandar pada kitchen set.
"Apa? Tidak usah dibantu Mas Kei, ini sudah selesai. Jangan melihatku seperti itu, ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Neta sembari mengusap pipinya dengan punggung tangannya. matanya membulat indah.
"Tapi aku mau bantu kamu Ta," jawab Kei dengan lembutnya.
Dengan cepat Kei mengubah posisi. Saat ini di berada di belakang Neta dan memeluknya. Memegang kedua tangan Neta lalu perlahan mencucinya.
Usapan demi usapan lembut itu terjadi. Gelanyar aneh pun mulai muncul. Neta sangat paham akan keinginan lelaki yang telah menjadi suaminya itu.
"Takutnya, nanti kamu cuci tangannya enggak bersih." Kei mengelap tangan Neta yang baru saja selesai ia cuci.
"Sepertinya kalau kamu nempel begini, pasti ada maunya. Mau apa Mas Kei? Mau ku buatkan sesuatu? Atau Lapar lagi?" tanya Neta yang sekedar ingin mengalihkan topik pembicaraan.
Kei terkekeh geli. Ia lalu mengusap pucuk hidung Neta yang mungil. Iya hidung Neta tidak begitu besar. Kecil dan lancip. Minimalis tetapi menarik.
"Boleh, buatkan teh. Kita berbincang di ruang tengah ya? Aku masih sangat kenyang dan belum mau tidur," kata Kei yang kemudian mendahului Neta dan menyalakan TV di ruang tengah.
Senyuman yang tak luntur dan juga kebahagiaan yang berlimpah. Neta merasa ini adalah saat yang tepat baginya untuk menanyakan kepergian Kei tempo hari. Apa alasannya sampai tidak menghubungi selama berhari-hari.
Tak berselang lama, Neta datang dengan nampan yang berisi teh hangat dan juga kue buatannya sendiri. Hal seperti ini sangat jarang Kei jumpai bahkan tidak pernah. Salma hanya sibuk dengan bisnisnya dan dunianya.
bagi Salma, Kei hanyalah sebuah persyaratan mutlak yang harus ia miliki untuk menguasai harta ayahnya. sementara Salma bagi Kei hanyalah sebuah jembatan untuk menggapai mimpinya. Namum, sayangnya Salma tidak bisa menghubungkan Kei dengan mimpinya sebab ia tidak bisa mengandung.
karena hal itulah, Kei mencari cara yang dianggapnya paling baik. Kei menikah dengan wanita pilihannya hanya untuk bisa mendapatkan keturunan. Sebenarnya sikap manisnya terhadap Neta bukanlah cinta, melainkan hanyalah sebatas kebutuhan belaka.
Bisa dibilang, ini semua hanyalah bentuk kerja sama antara Kei dan Bu Rahayu. Sementara Neta, ia hanyalah alatnya. Keuntungan besar tetap didapatkan oleh Bu Rahayu.
"Ini minumnya, capek ya Mas?" tanya Neta dengan tatapan teduhnya. Ia menyodorkan minuman hangat itu pada suaminya.
Kei duduk bersandar dan menatap Televisi yang menyala. Dia berbicara tanpa menoleh pada Neta. tiba-tiba saja dia menunjukkan sikap yang dingin.
"Mana ada kerja yang tidak capek?" jawabnya dengan bertanya balik.
Bila itu Salma, sudah pasti akan ada pertengkaran di sana. Salma paling tidak bisa bila ada yang berbicara dengannya dengan tidak sopan. Maklumlah namanya juga anak orang kaya. Sedari kecil dia biasa menginjak dan meninggi, bukan biasa menyayangi dan rendah hati.
"Iya sih, kamu benar Mas," sambung Neta dan kemudian ia mendekat lalu memijit lengan Kei.
"Kakinya capek enggak?" tanyanya yang seolah dia tidak lelah untuk melakukan semua itu. Padahal, seharian dia sangat bekerja keras.
Demi bisa pulang lebih awal, Neta sampai kejar target dengan memforsir tenaganya. Jika biasanya dia hanya menggambar pola dan melayani pembeli. Hari ini dia ikut menjahit supaya pekerjaannya cepat selesai.
"Em," jawab Kei dengan mengangguk pelan.
Neta beralih memijit kaki suaminya. Ia melakukan dengan penuh kerelaan. Bahkan senyuman itu sama sekali tidak memudar.
Diam-diam Kei memerhatikan setiap gerak-gerik Neta. Hatinya perlahan berdebar. Sedikit demi sedikit, dia selalu membuat perbandingan antara Salma, dan Neta.
"Hoamz!" Neta menguap dan matanya terlihat berair tetapi tangannya masih belum berhenti.
"Sudah mengantuk? Ayo kita tidur," ajak Kei pada Neta.
"Belum kok Mas, ini tehnya saja belum kamu minum. Kuenya, apa tidak mau mencicipi? Buatanku sendiri loh Mas, khusus buatmu. Karena aku senang, ada kamu di rumah, jadi aku enggak kesepian lagi," aku Neta yang hanya ditanggapi senyuman dan usapan sekedarnya di pucuk kepala.
Demi menjaga perasaan Neta, Kei mengambil sepotong kue dan menyantapnya. Hanya satu gigit kecil karena tampilan kue itu tidak secantik kue-kue yang sering Salma beli. Lagi-lagi di sini ada perbandingan.
"Jelek sih memang, aku tidak pandai menghias Mas, tapi kalau rasa sih tidak mengecewakan," ucap Neta.
"Oke, kalau tidak enak bagaimana?" tanya Kei yang sangat meragukan kue tersebut.
Neta yang sudah mengantuk dan agak kesal dengan penilaian Kei terhadap kue buatannya itu pun kemudian berdiri. Ia beranjak dan pergi ke kamar tidur mereka. Ada rasa kecewa saat suaminya berkata demikian.
"Dia bilang kueku jelek 'kan tadi? Ah memang aku tidak pandai menghias. Seharusnya memang aku beli saja tadi," batin Neta dengan wajah murungnya. Ia berbaring dan perlahan terlelap.
Sementara itu, di ruang tengah.
"Kenapa bisa enak begini sih? Ini kue biasa tapi kenapa rasanya beda?" kata Kei sambil terus mengecap rasa kue tersebut.
"Kalau begini terus aku bisa gendut, sudah ah," ujar Kei yang hanya menyisakan whip cream di piring.
"Kemana dia tadi?" gumam Kei yang kemudian mencari keberadaan Neta. "Apa dia marah karena aku menghina kuenya tadi?" pikirnya.
Kei masuk ke dalam kamar dan melihat Neta yang sudah terlelap. Tanpa selimut, Neta terlihat meringkuk. Kei merasa iba ketika melihatnya dan dia perlahan menutupi tubuh Neta dengan selimut.
"Seharusnya tidak ada perasaan yang dimainkan dalam hubungan kita ini dan aku harap, kamu bukan wanita seperti apa yang aku dambakan selama ini. Agar nantinya di saat kita bercerai, semuanya bisa dilakukan dengan mudah," batin Kei.
menatap datar Neta wanita yang telah memberikan kegadisannya pada lelaki yang ia anggap suami yang sangat baik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi hari di saat Neta terbangun lebih dulu dari tidurnya dia melihat antara Kei dan dirinya mengenakan selimut yang berbeda. Bukankah mereka seharusnya berbagi dan bahkan saling memeluk? Tapi ini? Kei seperti menjaga jarak dengannya.
"Kenapa harus sendiri-sendiri?" gumam Neta dengan perasaan kecewanya. Ia meremas selimut tersebut penuh arti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
windanor
Semangat Thor updatenya. Ceritanya menarik❤❤
2023-01-28
1