6. Mulai ada Perbandingan

"Ta, ini sudah malam. Kamu ngapain?" tanya Kei pada Neta yang sedang menyiapkan bahan untuk membuat sarapan besok pagi.

"Sebentar, aku siapkan ini dulu buat besok pagi," jawab Neta dengan lembutnya. Sesuatu yang jarang Kei temui dengan istri pertamanya, Salma.

"Sibuk sekali, apa mau aku bantu?" tawar Kei saat melihat istri mudanya itu menyiapkan semuanya dengan senang hati.

"Menyiapkan seperti ini saja dia bisa menjadi sangat senang seperti itu," batin Kei saat melihat senyuman Neta.

"Istriku, Salma. Mana mau dia tangannya kotor, bau bawang, bau amis begini hanya untuk menyiapkan makanan kami? tapi dia malah dengan senang hati melakukannya. Ini jaman apa? aku kira wanita seperti ini sudah punah," batin Kei yang semakin mendekat lalu berdiri bersandar pada kitchen set.

"Apa? Tidak usah dibantu Mas Kei, ini sudah selesai. Jangan melihatku seperti itu, ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Neta sembari mengusap pipinya dengan punggung tangannya. matanya membulat indah.

"Tapi aku mau bantu kamu Ta," jawab Kei dengan lembutnya.

Dengan cepat Kei mengubah posisi. Saat ini di berada di belakang Neta dan memeluknya. Memegang kedua tangan Neta lalu perlahan mencucinya.

Usapan demi usapan lembut itu terjadi. Gelanyar aneh pun mulai muncul. Neta sangat paham akan keinginan lelaki yang telah menjadi suaminya itu.

"Takutnya, nanti kamu cuci tangannya enggak bersih." Kei mengelap tangan Neta yang baru saja selesai ia cuci.

"Sepertinya kalau kamu nempel begini, pasti ada maunya. Mau apa Mas Kei? Mau ku buatkan sesuatu? Atau Lapar lagi?" tanya Neta yang sekedar ingin mengalihkan topik pembicaraan.

Kei terkekeh geli. Ia lalu mengusap pucuk hidung Neta yang mungil. Iya hidung Neta tidak begitu besar. Kecil dan lancip. Minimalis tetapi menarik.

"Boleh, buatkan teh. Kita berbincang di ruang tengah ya? Aku masih sangat kenyang dan belum mau tidur," kata Kei yang kemudian mendahului Neta dan menyalakan TV di ruang tengah.

Senyuman yang tak luntur dan juga kebahagiaan yang berlimpah. Neta merasa ini adalah saat yang tepat baginya untuk menanyakan kepergian Kei tempo hari. Apa alasannya sampai tidak menghubungi selama berhari-hari.

Tak berselang lama, Neta datang dengan nampan yang berisi teh hangat dan juga kue buatannya sendiri. Hal seperti ini sangat jarang Kei jumpai bahkan tidak pernah. Salma hanya sibuk dengan bisnisnya dan dunianya.

bagi Salma, Kei hanyalah sebuah persyaratan mutlak yang harus ia miliki untuk menguasai harta ayahnya. sementara Salma bagi Kei hanyalah sebuah jembatan untuk menggapai mimpinya. Namum, sayangnya Salma tidak bisa menghubungkan Kei dengan mimpinya sebab ia tidak bisa mengandung.

karena hal itulah, Kei mencari cara yang dianggapnya paling baik. Kei menikah dengan wanita pilihannya hanya untuk bisa mendapatkan keturunan. Sebenarnya sikap manisnya terhadap Neta bukanlah cinta, melainkan hanyalah sebatas kebutuhan belaka.

Bisa dibilang, ini semua hanyalah bentuk kerja sama antara Kei dan Bu Rahayu. Sementara Neta, ia hanyalah alatnya. Keuntungan besar tetap didapatkan oleh Bu Rahayu.

"Ini minumnya, capek ya Mas?" tanya Neta dengan tatapan teduhnya. Ia menyodorkan minuman hangat itu pada suaminya.

Kei duduk bersandar dan menatap Televisi yang menyala. Dia berbicara tanpa menoleh pada Neta. tiba-tiba saja dia menunjukkan sikap yang dingin.

"Mana ada kerja yang tidak capek?" jawabnya dengan bertanya balik.

Bila itu Salma, sudah pasti akan ada pertengkaran di sana. Salma paling tidak bisa bila ada yang berbicara dengannya dengan tidak sopan. Maklumlah namanya juga anak orang kaya. Sedari kecil dia biasa menginjak dan meninggi, bukan biasa menyayangi dan rendah hati.

"Iya sih, kamu benar Mas," sambung Neta dan kemudian ia mendekat lalu memijit lengan Kei.

"Kakinya capek enggak?" tanyanya yang seolah dia tidak lelah untuk melakukan semua itu. Padahal, seharian dia sangat bekerja keras.

Demi bisa pulang lebih awal, Neta sampai kejar target dengan memforsir tenaganya. Jika biasanya dia hanya menggambar pola dan melayani pembeli. Hari ini dia ikut menjahit supaya pekerjaannya cepat selesai.

"Em," jawab Kei dengan mengangguk pelan.

Neta beralih memijit kaki suaminya. Ia melakukan dengan penuh kerelaan. Bahkan senyuman itu sama sekali tidak memudar.

Diam-diam Kei memerhatikan setiap gerak-gerik Neta. Hatinya perlahan berdebar. Sedikit demi sedikit, dia selalu membuat perbandingan antara Salma, dan Neta.

"Hoamz!" Neta menguap dan matanya terlihat berair tetapi tangannya masih belum berhenti.

"Sudah mengantuk? Ayo kita tidur," ajak Kei pada Neta.

"Belum kok Mas, ini tehnya saja belum kamu minum. Kuenya, apa tidak mau mencicipi? Buatanku sendiri loh Mas, khusus buatmu. Karena aku senang, ada kamu di rumah, jadi aku enggak kesepian lagi," aku Neta yang hanya ditanggapi senyuman dan usapan sekedarnya di pucuk kepala.

Demi menjaga perasaan Neta, Kei mengambil sepotong kue dan menyantapnya. Hanya satu gigit kecil karena tampilan kue itu tidak secantik kue-kue yang sering Salma beli. Lagi-lagi di sini ada perbandingan.

"Jelek sih memang, aku tidak pandai menghias Mas, tapi kalau rasa sih tidak mengecewakan," ucap Neta.

"Oke, kalau tidak enak bagaimana?" tanya Kei yang sangat meragukan kue tersebut.

Neta yang sudah mengantuk dan agak kesal dengan penilaian Kei terhadap kue buatannya itu pun kemudian berdiri. Ia beranjak dan pergi ke kamar tidur mereka. Ada rasa kecewa saat suaminya berkata demikian.

"Dia bilang kueku jelek 'kan tadi? Ah memang aku tidak pandai menghias. Seharusnya memang aku beli saja tadi," batin Neta dengan wajah murungnya. Ia berbaring dan perlahan terlelap.

Sementara itu, di ruang tengah.

"Kenapa bisa enak begini sih? Ini kue biasa tapi kenapa rasanya beda?" kata Kei sambil terus mengecap rasa kue tersebut.

"Kalau begini terus aku bisa gendut, sudah ah," ujar Kei yang hanya menyisakan whip cream di piring.

"Kemana dia tadi?" gumam Kei yang kemudian mencari keberadaan Neta. "Apa dia marah karena aku menghina kuenya tadi?" pikirnya.

Kei masuk ke dalam kamar dan melihat Neta yang sudah terlelap. Tanpa selimut, Neta terlihat meringkuk. Kei merasa iba ketika melihatnya dan dia perlahan menutupi tubuh Neta dengan selimut.

"Seharusnya tidak ada perasaan yang dimainkan dalam hubungan kita ini dan aku harap, kamu bukan wanita seperti apa yang aku dambakan selama ini. Agar nantinya di saat kita bercerai, semuanya bisa dilakukan dengan mudah," batin Kei.

menatap datar Neta wanita yang telah memberikan kegadisannya pada lelaki yang ia anggap suami yang sangat baik.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi hari di saat Neta terbangun lebih dulu dari tidurnya dia melihat antara Kei dan dirinya mengenakan selimut yang berbeda. Bukankah mereka seharusnya berbagi dan bahkan saling memeluk? Tapi ini? Kei seperti menjaga jarak dengannya.

"Kenapa harus sendiri-sendiri?" gumam Neta dengan perasaan kecewanya. Ia meremas selimut tersebut penuh arti.

Terpopuler

Comments

windanor

windanor

Semangat Thor updatenya. Ceritanya menarik❤❤

2023-01-28

1

lihat semua
Episodes
1 `1. Hari Pernikahan
2 2. Malam Pertama
3 3. Gagal Bulan Madu
4 4. Tidak Ada Kabar
5 5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6 6. Mulai ada Perbandingan
7 7. Sikap aneh Kei
8 8. Mirip dengan Petunjuk
9 9. Hampir Ketahuan
10 10. Salma yang mulai mengendus
11 11. Nasihat Almarhum Ayah
12 12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13 13. Neta hamil
14 14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15 15. Neta yang menuntut Penjelasan
16 16. Kei yang berbelok perasaannya
17 17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18 18. Maksud Terpendam Reza
19 19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20 20. Neta yang kian lemah
21 21. Kejujuran Kei
22 22. Keputusan Neta
23 23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24 24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25 25. Sosok impian Kei
26 26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27 27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28 28. Kedatangannya Membawa Musibah
29 29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30 30. Merelakan itu lebih baik
31 31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32 32. Sebuah Permulaan yang Baik
33 33. Neta dan Kesedihannya
34 34. Namanya Rumi
35 35. Hari yang Menyesakkan Dada
36 36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37 37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38 38. Cacian dari Mereka
39 39. Cerai
40 40. Hari yang Berat
41 41. Rival Kei
42 42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43 43. Tidak Bisa Berjauhan
44 44. Pernikahan Ulang
45 45. Kekhawatiran Kei
46 46. Bulan Madu Merah
47 47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48 48. Memaksa?
49 49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50 50. Masih Bisa Hamil
51 51. Akan dilengserkan
52 52. Takdir Keluarga
53 53. Mulai posesif
54 54. Usulan Keni
55 55. Kebenaran Tentang Neta
56 56. Menjaga Butik Demi Istri
57 57. Lebih Dari Suka
58 58. Keni yang Mulai Tertarik
59 59. Karena Secangkir Kopi
60 60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61 61. Kenny yang Menyebalkan
62 62. Kenny si Jahil
63 63. Diantara dua lelaki manja
64 64. Kenny Sebenarnya Baik
65 65. Menjadi Dekat Karena Luka
66 66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67 67. Upaya Pencarian
68 68. Pelerai Handal
69 69. Neta Demam
70 70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71 71. Apa jangan-jangan ....
72 72. Sikap Posesif Calon Ayah
73 73. Syarat dari Suami Tercinta
74 74. 3 Asisten
75 75. Sikap Anehnya
76 76. Sangat Mau digoda
77 77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78 78. Ancaman dari Nyonya
79 79. Kei Merajuk
80 80. Sudah tidak Marah Lagi
81 81. Kenny yang masih mendamba
82 82. Persalinan
83 83. END
Episodes

Updated 83 Episodes

1
`1. Hari Pernikahan
2
2. Malam Pertama
3
3. Gagal Bulan Madu
4
4. Tidak Ada Kabar
5
5. Pertengkaran yang Selalu Terjadi
6
6. Mulai ada Perbandingan
7
7. Sikap aneh Kei
8
8. Mirip dengan Petunjuk
9
9. Hampir Ketahuan
10
10. Salma yang mulai mengendus
11
11. Nasihat Almarhum Ayah
12
12. Demi menghindari kecurigaan Salma
13
13. Neta hamil
14
14. Mengapa ibunya tega menjual anaknya?
15
15. Neta yang menuntut Penjelasan
16
16. Kei yang berbelok perasaannya
17
17. Kei yang Meninggalkan Tanpa Ucapan
18
18. Maksud Terpendam Reza
19
19. Perasaan Keduanya yang Bimbang
20
20. Neta yang kian lemah
21
21. Kejujuran Kei
22
22. Keputusan Neta
23
23. Kemarahan yang tidak Terkendali
24
24. Pemindahan Neta dari Apartemen
25
25. Sosok impian Kei
26
26. Berperan Sebagai Istri yang Baik
27
27. Dia yang Tidak Pernah Sadar
28
28. Kedatangannya Membawa Musibah
29
29. Berharap yang Terbaik yang Terjadi
30
30. Merelakan itu lebih baik
31
31. Perasaan Neta yang Sebenarnya
32
32. Sebuah Permulaan yang Baik
33
33. Neta dan Kesedihannya
34
34. Namanya Rumi
35
35. Hari yang Menyesakkan Dada
36
36. Bagaimana Bila tak Bisa Hamil
37
37. Neta Adalah Wanita yang Tepat
38
38. Cacian dari Mereka
39
39. Cerai
40
40. Hari yang Berat
41
41. Rival Kei
42
42. Kei yang Tak Bisa Melepaskan
43
43. Tidak Bisa Berjauhan
44
44. Pernikahan Ulang
45
45. Kekhawatiran Kei
46
46. Bulan Madu Merah
47
47. Mengulang Rasa sakit yang Sama
48
48. Memaksa?
49
49. Perhatian Kei yang Membuat Iri
50
50. Masih Bisa Hamil
51
51. Akan dilengserkan
52
52. Takdir Keluarga
53
53. Mulai posesif
54
54. Usulan Keni
55
55. Kebenaran Tentang Neta
56
56. Menjaga Butik Demi Istri
57
57. Lebih Dari Suka
58
58. Keni yang Mulai Tertarik
59
59. Karena Secangkir Kopi
60
60. Masuk Surga Dengan Cara Enak
61
61. Kenny yang Menyebalkan
62
62. Kenny si Jahil
63
63. Diantara dua lelaki manja
64
64. Kenny Sebenarnya Baik
65
65. Menjadi Dekat Karena Luka
66
66. Menyelamatkan Nyawanya yang Berharga
67
67. Upaya Pencarian
68
68. Pelerai Handal
69
69. Neta Demam
70
70. Mencemaskannya Lebih Dari Apapun
71
71. Apa jangan-jangan ....
72
72. Sikap Posesif Calon Ayah
73
73. Syarat dari Suami Tercinta
74
74. 3 Asisten
75
75. Sikap Anehnya
76
76. Sangat Mau digoda
77
77. Tidak Mau Apa-apa Lagi
78
78. Ancaman dari Nyonya
79
79. Kei Merajuk
80
80. Sudah tidak Marah Lagi
81
81. Kenny yang masih mendamba
82
82. Persalinan
83
83. END

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!