Seorang laki-laki terdengar mengamuk di ruang kerjanya. Kali ini dia sedang memarahi asisten pribadinya. Ia merasa kecewa karena satu informasi penting telah ia lewatkan dari istri keduanya.
"Jono! Ke mana saja otakmu itu aku suruh bekerja? Bisa-bisanya kamu melewatkan satu informasi penting tentang Neta. Sudah berapa lama dia berlangganan dengan nenekku?" Tanya Kei dengan nada marah kepada Jono yang tengah tertunduk lesu karena satu kesalahan yang telah ia perbuat.
Dengan suara yang bergetar Jono berusaha untuk menjelaskan ini. Dalam beberapa hari semenjak pernikahan Kei dengan Neta Jono jadi tidak mempunyai waktu untuk bicara secara langsung dengan Kei. Pasalnya atasannya ini selalu pergi ke luar kota untuk mengurus segala bisnisnya.
"Ma ... Maaf Pak, saya lalai. Saya benar-benar lupa pak semenjak pernikahan bapak dengan ibu Neta, saya jadi kewalahan mengurus segala sesuatunya di sini. Karena itulah saya sampai melupakan tentang satu poin itu di mana ibu Neta dan nenek anda sudah berlangganan setahun belakangan ini," papar Jono meski dengan suaranya yang bergetar.
Kei melempar sebuah buku catatan kecil dari atas mejanya tepat di hadapan Jono hingga membuat laki-laki yang 2 tahun lebih muda darinya itu terkejut. Jono tahu akan kebiasaan ini ia lalu memungutnya dan menulis kesalahannya di sana tentang kelalaian yang telah ia perbuat. Buku catatan kecil itu merupakan catatan pengurangan poin kedisiplinan milik Jono.
"Kamu buka itu kamu baca semuanya berapa poinmu yang sudah hilang dalam satu bulan ini," titah Kei penuh dengan kemarahan.
Belum sempat Jono membacanya, pintu ruang kerja Kei tiba-tiba saja terbuka. Menampilkan sosok wanita cantik berambut panjang yang merindukan suaminya. Iya dia adalah Salma.
Salma datang untuk mencari Kei lantaran sudah 2 hari suaminya itu tidak pulang dengan alasan berbisnis ke luar kota. Alasan yang terdengar cukup masuk di akal tetapi tidak masuk di hati Salma. Pasalnya secara diam-diam wanita cantik itu membayar mata-mata untuk membuntuti Kei mulai dari kepergiannya yang terakhir kali.
"Oh, sedang rapat ya?" Tanya Salma yang sedikit kebingungan lantaran melihat ada Jono di ruangan itu dengan wajahnya yang pucat seperti ketakutan.
"Oh tidak Bu ini sudah selesai dan saya akan keluar," jawab Jono yang baginya ini merupakan satu kesempatan emas untuk melarikan diri dari kemarahan sang atasan.
Secepat kilat Jono melesat pergi bersamaan dengan itu Salma lalu mengunci pintu ruang kerja tersebut. Tanpa diminta dan memang sering terjadi seperti biasanya dia akan segera menempatkan dirinya untuk duduk manis di atas pangkuan suaminya. Bila sudah dalam posisi ini tentu key sangat hafal apa yang Salma inginkan.
"Ada apa Salma, aku ini lelah sekali baru saja tadi pagi aku sampai dari Singapura," kata Kei dengan sejuta kebohongannya dia pikir Salma tidak mengetahui sesuatu tentang dirinya.
"Tidak ada apa-apa hanya saja temanku mengajakku untuk menonton konser idolku di Korea. Apakah kamu memberiku izin suamiku?" tanya Salma dengan nada bicaranya yang teramat lembut dan manja mendayu di telinga.
Akan tetapi jangan salah terka dengan itu semua. Tutur kata Salma memang sangatlah lembut dan mendayu-dayu. Kesan pertama yang orang lain lihat dari sosok Salma adalah wanita yang cantik lemah gemulai.
Namun, dibalik itu semua Salma merupakan sosok wanita pemarah yang temperamental. Entah sudah berapa kali tubuh Kei menerima jahitan setelah suatu pertengkaran terjadi. Tidak lain tidak bukan pelaku kekerasan itu ialah Salma sendiri.
"Boleh kamu boleh pergi dengan teman-temanmu dan seperti biasa aku akan mengirimkan uangnya nanti," kata Kei yang tidak banyak pertimbangan ketika istrinya meminta untuk pergi.
"Tapi sebelum itu apakah kamu tidak ingin melakukan sesuatu dengan Kei? Apa kamu tidak merindukan sesuatu Sayang?"
Salma merayu dengan suara lembutnya jemarinya yang lentik itu pun mulai menari di atas resleting celana. Iya dia memang sering tidak tahu tempat untuk menggoda suaminya. Sebagai lelaki pun terkadang Kei merasa risih sebab ini sedang berada di kantor bukan di rumah mereka.
Jika kalian pikir Salma benar-benar menginginkannya maka kalian salah besar. Salma hanya sekedar menggoda dan apabila Kei sudah terangsang Salma akan pergi begitu saja sambil tertawa. Baginya mungkin hal itu adalah suatu permainan yang begitu menggemaskan tetapi bagi Kei itu adalah sebuah siksaan.
"Tolong sama hentikan ini 20 menit lagi aku ada rapat, pergilah jika kamu mau pergi nanti malam kita bertemu," kata Kei.
"Bagaimana bisa bertemu? Kamu belum pulang saja aku sudah berangkat ke Korea," jawab Salma yang kemudian berdiri dan merapikan penampilannya.
"A ... Apa?" Tanya Kei dengan ekspresi wajahnya yang begitu gugup dan terkejut.
"Kamu baru saja minta izin 3 menit yang lalu dan sekarang kamu bilang nanti malam kamu berangkat? Ini artinya kamu sudah merencanakan ini dari beberapa bulan yang lalu Salma, kenapa kamu tidak meminta izin dari beberapa bulan yang lalu juga?" Tanya Kei dengan dirinya yang sudah siap meledak dan marah.
Salma dengan santainya mengusap pipi sebelah kanan suaminya itu sambil berbisik, "Bagaimana bisa aku meminta izin kepadamu sedangkan kamu saja terlalu sibuk dengan mainan barumu Sayang."
Setelah berbisik meninggalkan rangkaian kata yang begitu ambigu untuk dimaknai, Salma pergi melenggang begitu saja meninggalkan Kei yang hanya terdiam mematung di tempatnya. Seketika itu juga Kei memikirkan banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi dan mungkin saja Salma lakukan di belakangnya. Tidak mungkin semuanya terendus oleh Salma begitu cepat sedangkan Neta saja belum hamil.
"Tidak, tidak. Tidak boleh Salma mengetahui ini sebelum aku mendapatkan anakku dari Neta, aku harus mencari cara supaya apapun yang Salma coba ketahui tentang Neta itu terputus begitu saja. Aku yakin Salma memiliki seseorang di balik ini semua tapi siapa?"
Kei bingung setengah mati memikirkan ini semua.
****
Sementara itu di sebuah butik Neta tengah mempersiapkan semua bahan dan juga potongan-potongan pola yang telah ia buat. Pikirannya saat ini hanya tertuju kepada pekerjaan dan tidak ada yang lainnya termasuk Kei suaminya. Di saat dia tengah berusaha menyibukkan diri tiba-tiba saja datang seorang lagi lagi yang Neta anggap sebagai calon pembeli.
"Reza?" gumam Salma pertama kali saat melihat Reza si fotografer jalanan yang pernah bertemu dengannya beberapa hari lalu itu.
"Hei kamu di sini ini butikmu?" Tanya Reza penuh dengan ekspresi dan antusias yang terpancar dari wajah dan matanya.
"Iya ini butik ku, kamu ke sini sama siapa?" Tanya Neta yang merasa penasaran lantaran Reza datang ke sebuah butik pakaian khusus wanita.
"Aku sendiri aku ingin membeli baju perempuan," jawab Reza singkat dengan maniknya yang sudah mulai mengamati model-model baju yang tergantung rapi.
"Buat pacar?" tanya Neta.
"Bukan." Reza menggeleng.
"Lalu?" tanya Neta.
"Kamu," jawab Reza dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments